Para aktivis yang berjumlah 160 orang itu berangkat dengan cara konvoi, namun yang diizinkan masuk ke Jalur Gaza hanya 112 orang, terdiri dari warga negara Pakistan, India, Jepang, Indonesia, Malaysia, Selandia Baru, dan Kuwait.
Feroz Mesberola, pelaksana kegiatan asal India, mengatakan otoritas Mesir mencegah seorang aktivis kemanusiaan Iran dan Yordania di pos perbatasan agar tak masuk ke daerah tersebut.
Menurut Feroz, peserta aksi kemanusiaan berasal dari berbagai negara dan memiliki latar belakang agama berbeda, namun bersepakat bahwa aksi yang dilakukan tersebut semata-mata untuk membongkar blokade terhadap warga Palestina di Jalur Gaza. Untuk itu, kehadiran mereka dengan membawa 300 ton obat-obatan dan bantuan makanan bagi rakyat Palestina yang menjadi korban blokade tentara Israel.
Konvoi ini juga diorganisir oleh Lembaga Kemanusiaan Turki (IHH) yang sebelumnya mendapatkan serangan dari tentara Israel saat memasuki kawasan yang diblokade di Gaza dengan konvoi kapal laut, Mei 2010.
Pasukan komando Israel, saat itu, menyerang konvoi dan membunuh sembilah warga Turki di atas geladak kapal bantuan kemanusiaan, flotilla. Peristiwa tersebut menjadi perhatian dunia, bahkan masyarakat internasional mengecam kebiadaban Israel serta meminta agar negeri Yahudi itu membuka blokade dan mengizinkan kegiatan ekspor impor melalui pantai Gaza.
Israel memblokade Jalur Gaza semenjak Palestina menangkap salah seorang serdadunya, Gilad Shalit, pada Juni 2006. Israel juga memberlakukan embargo pada 2007, setelah Hamas berhasil mengontrol dan memenangkan pemilihan umum di Gaza menyusul kekalahan Fatah dalam sebuah pertempuran.
ARAB NEWS | CHOIRUL