Korban Pelecehan Pendeta Gelar Unjuk Rasa di Vatikan  

Reporter

Editor

Senin, 1 November 2010 04:48 WIB

Sejumlah demonstran membawa lilin yang menyala, ketika berunjukrasa menentang pelecehan seksual yang dilakukan para pendeta Katolik Roma di dekat Vatikan (31/10). AP/Pier Paolo Cito
TEMPO Interaktif, Roma – Para korban pelecehan seksual anak yang dilakukan para pendeta Katolik Roma menggelar unjuk rasa di dekat Vatikan Minggu malam waktu setempat dengan mengusung plakat yang isinya menuntut gereja untuk menghukum semua pihak yang bertangung jawab dan mendesak upaya yang lebih serius dalam melindungi anak-anak.

Sekitar 75 korban dan para pendukung mereka dari Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa sempat berniat untuk berjalan kaki menuju Vatikan dengan membawa lilin, tapi mereka dihadang oleh pihak kepolisian karena tak memiliki izin.

"Ini tentang tanggung jawab," kata Gary Bergeron, salah satu pengurus kelompok Survivors Voice dalam pidatonya di depan para pengujuk rasa di Castel Sant' Angelo di jantung kota Roma sekitar 500 meter dari Saint Peter's Basilica.

Setelah bernegosiasi dengan polisi, Bergeron dan seorang wanita diizinkan untuk berjalan menuju Vatikan dengan membawa lilin dan masuk ke St Peter's Square sementara para pengunjuk rasa dipaksa menjaga jarak.

Kedua orang itu kemudian meninggalkan 75 surat dari para korban pelecehan seksual yang ditujukan kepada Paus Benedict di salah satu pintu masuk ke Vatikan. Polisi kemudian memfotokopi paspor kedua orang itu sebelum melepaskan mereka.

"Tak ada seorang pun dengan posisi apa pun di bagian mana pun di dunia ini yang status atau posisinya berada di luar jangkauan perlindungan terhadap anak-anak kami atau di luar hukum," kata Bergeron.

Advertising
Advertising

Bergeron juga meninggalkan selusin batu kecil di lapangan yang mewakili para korban pelecehan dari berbagai negara.

"Ketika para pria berjubah mengambil tubuh anak-anak untuk kesenangan mereka, ini saatnya melakukan perubahan," tambah Bergeron.

Pengungkapan tentang adanya anak-anak yang jadi korban pelecehan seksual para pendeta dalam beberapa dekade terakhir telah mengguncang pihak gereja tahun ini terutama di Eropa, Amerika Serikat dan Australia.

Para pengunjuk rasa termasuk sekelompok lelaki yang jadi korban pelecehan para pendeta di sekolah khusus tuna rungu di Verona pada tahun 1960-an.

Mereka mengungkapkan semua itu dengan bahasa isyarat melalui seorang penterjemah sambil memegang plakat bertuliskan berbagai kata-kata seperti "Memalukan", "Kami ingin sebuah gereja tanpa pelecehan " dan "Para pendeta paedophile, jangan sentuh anak-anak ".

"Hari ini, saya mengatakan keada setiap pendeta, setiap politisi, setiap pemimpin negara di dunia... bahwa alasan yang berbunyi 'Saya tidak tahu’, 'Anda tak pernah memberiahu saya’ atau 'Saya tak pernah tahu' tak bisa lagi dijadikan pembelaan," tegas Bergeron.

Juru bicara Vatican, Romo Federico Lombardi, keluar untuk berbicara dengan para pengunjuk, tapi ia terpaksa membatalkannya setelah mendapat cemoohan dari masa dan saat pihak media berkumpul. Lombardi kemudian menemui para pemimpin pengunjuk rasa.

Unjuk rasa yang dijuluki "Hari Reformasi " itu sengaja digelar bertepatan dengan hari di mana Martin Luther menggelar revolusi melawan kekuasaan Paus pada 1517 silam.

Dua pendiri Survivors Voice, Bergeron (47 tahun) dan Bernie McDaid (54) merupakan korban pelecehan seorang pendeta di kota yang berbeda di Boston dalam rentang waktu sekitar 7 tahun pada 1960-an saat keduanya masih anak-anak.

"Para pria berjubah ini terus menolak untuk mengaku. Ini bukan gereja yang diajarkan kepada saya," kata McDaid.

Bergeron dan McDaid merupakan putra altar dan mereka dikabarkan mendapat pelecehan dari seoang pendeta yang pernah jadi tersangka pelecehan pada 1962, tapi kemudian ditugaskan dari desa ke desa dan bukan dicabut status kependetaannya.

Bergeron dan McDaid akhirnya bertemu pada 2002 saat keduanya telah dewasa ketika isu pelecahan seks di gereja merebak di Amerika Serikat dengan fokus di Boston.

"Apa yang pernah kami miliki daat kanak-kanak tak akan pernah bisa kami raih kembali," kata Bergeron. "Kami berdiri di sini hari ini sebagai peringatan kepada dunia bahwa apa yang pernah direnggut dari kami, tak pernah lagi boleh direnggut dari anak-anak lainnya. Kami di sini untuk mengatakan: 'Cukup".

REUTERS | A. RIJAL

Berita terkait

Esti Andayani, Dubes RI Perempuan Pertama untuk Italia

20 Mei 2017

Esti Andayani, Dubes RI Perempuan Pertama untuk Italia

Dubes Esti Andayani menyerahkan surat kepercayaan kepada Presiden Italia Sergio Mattarella.

Baca Selengkapnya

Terbongkar, Penampungan Imigran Dikelola Mafia Selama Satu Dekade

16 Mei 2017

Terbongkar, Penampungan Imigran Dikelola Mafia Selama Satu Dekade

Polisi Italia mengungkapkan salah satu pusat penampungan imigran terbesar di Italia berada dalam cengkeraman mafia selama lebih dari satu dekade

Baca Selengkapnya

Wali Kota Italia Beri Rp 30 Juta Jika Mau Tinggal di Kota Ini  

10 Mei 2017

Wali Kota Italia Beri Rp 30 Juta Jika Mau Tinggal di Kota Ini  

Wali kota Italia beri uang Rp 30 juta bagi siapa saja yang mau tinggal di kota sepi di Bormida.

Baca Selengkapnya

Italia Selamatkan 3.000 Pengungsi Afrika di Laut Mediterania  

7 Mei 2017

Italia Selamatkan 3.000 Pengungsi Afrika di Laut Mediterania  

Hingga tahun ini sekitar 43 ribu pengungsi dan pendatang tiba di Eropa melalui laut, lebih dari 1.000 orang meninggal.

Baca Selengkapnya

Perempuan Tertua di Dunia Meninggal di Usia 117 Tahun

16 April 2017

Perempuan Tertua di Dunia Meninggal di Usia 117 Tahun

Emma Morano diyakini adalah orang terakhir di dunia yang lahir pada 1800-an.

Baca Selengkapnya

Hakim Bebaskan Terdakwa Pemerkosa karena Korban Tidak Menangis  

25 Maret 2017

Hakim Bebaskan Terdakwa Pemerkosa karena Korban Tidak Menangis  

Hakim di Turin, Italia, membebaskan terdakwa kasus perkosaan seorang wanita dari tuntutan hukum. Alasannya, wanita itu tidak menangis.

Baca Selengkapnya

Uskup Sisilia Haramkan Anggota Mafia Jadi Ayah Baptis

20 Maret 2017

Uskup Sisilia Haramkan Anggota Mafia Jadi Ayah Baptis

Seorang uskup agung di Sisilia melarang setiap anggota mafia
menjadi ayah baptis bagi setiap anak yang menerima sakramen
pembaptisan di keuskupannya

Baca Selengkapnya

Tunawisma Dibakar Hidup-Hidup, Polisi Italia Buru Pelaku

12 Maret 2017

Tunawisma Dibakar Hidup-Hidup, Polisi Italia Buru Pelaku

Polisi memburu pelaku pembakaran terhadap seorang tunawisma yang tewas karena dibakar hidup-hidup di Kota Palermo, Sisilia, Italia.

Baca Selengkapnya

Dubes Parengkuan Terima Penghargaan dari La Sponda

23 Desember 2016

Dubes Parengkuan Terima Penghargaan dari La Sponda

Dubes Parengkuan dinilai sebagai figur yang memajukan hubungan Indonesia-Italia.

Baca Selengkapnya

Promosi Gencar ITPC Milan Tingkatkan Ekspor RI ke Italia

19 Desember 2016

Promosi Gencar ITPC Milan Tingkatkan Ekspor RI ke Italia

Dari pameran saja, total potensi perdagangan mencapai 1,52 juta Euro (Rp 21,23 miliar)

Baca Selengkapnya