Dalam kekerasan terburuk di ibu kota Serbia selama lebih dari dua tahun ini, lebih dari 110 polisi terluka dalam perlawanan dengan kelompok-kelompok nasionalis dan skinhead, dan salah satu dari 1.500 pengunjuk rasa dipukuli parah saat ia tiba di rumahnya di pinggiran kota.
Ketika para pengunjuk rasa didorong oleh 5.000 polisi keluar dari wilayah parade, mereka beralih ke tempat lain. Mereka menerobos masuk ke lobi kantor televisi milik negara, menghancurkan jendela di kedutaan Austria dan membakar mobil di depan Kedutaan Besar Prancis.
Petugas pemadam kebakaran juga memadamkan kobaran api di markas besar Partai Demokrat Presiden Boris Tadic dan tempat dari mitra koalisi mereka, Partai Sosialis.
Menteri Pertahanan Dragan Sutanovac menyebutnya sebagai "hari yang sangat menyedihkan bagi Serbia" dan Tadic berjanji untuk membawa orang-orang di balik kekerasan tersebut ke pengadilan.
"Serbia akan mengamankan hak asasi manusia untuk semua warga negara tanpa memperhatikan keragaman mereka. Tidak ada yang akan mentoleransi upaya untuk mengancam mereka," kata Tadic, yang seperti para pejabat pemerintah lainnya tidak menghadiri pawai ini.
Bentrokan tersebut menyoroti intoleransi yang masih menyebar di masyarakat Serbia satu dekade setelah negara itu menggulingkan orang kuat Slobodan Milosevic, mengakhiri status paria yang memantapkannya selama perang Balkan tahun 1990-an.
Parade pertama yang terjadi di Beograd dalam hampir satu dekade ini, telah dipandang sebagai ujian kesiapan Serbia untuk menjadi sebuah masyarakat yang lebih modern dan terbuka setelah bertahun-tahun terjadi konflik yang dipicu oleh kebencian etnis.
Kekerasan ini terjadi hanya dua hari sebelum kunjungan yang direncanakan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton.
REUTERS I MARIA C