Pengadilan Belanda Tak Bisa Tangkap Yudhoyono

Reporter

Editor

Selasa, 5 Oktober 2010 19:26 WIB

Presiden SBY (kanan) didampingi Kapolri Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri. ANTARA/Widodo S. Jusuf

TEMPO Interaktif, Den Haag -Sidang kilat pengadilan negeri Den Haag atas tuntutan Republik Maluku Selatan (RMS) berlangsung Selasa siang waktu Belanda. Tuntutan RMS ini ditujukan kepada pemerintah Belanda yang diminta menahan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono ketika dia mengadakan kunjungan ke Belanda pada Rabu (6/10) sampai Jum'at (8/10).

Presiden Yudhoyono pun memutuskan untuk membatalkan kunjungannya ke Belanda. Dalam konferensi pers di Halim Perdana Kusuma, Yudhoyono mengumumkan pembatalan ini. "Ada perkembangan situasi di Belanda yang mengharuskan saya ambil sikap dan keputusan demi kepentingan kita," ujarnya di Halim Perdana Kusuma, Jakarta, siang tadi.

Seorang juru bicara untuk Kantor Perdana Menteri Belanda mengaku bahwa pihak berwenang Indonesia belum memberikan jawaban yang jelas soal pembatalan kunjungan Yudhoyono. "Kami masih berhubungan," katanya.

Sebelumnya, menurut seorang juru bicara Pengadilan Belanda, para aktivis yang terkait dengan gerakan RMS meminta pengadilan Belanda suatu perintah agar Yudhoyono ditangkap karena tuduhan pelanggaran HAM di Indonesia.

Perempuan juru bicara Pengadilan itu menyatakan kekebalan hukum akan menghalangi penuntutan kepada presiden tapi kelompok Maluku itu juga meminta pengadilan mencabut larangan itu.

Juru bicara kepresidenan RI, Julian Pasha mengatakan tiga warga Belanda telah mengajukan permohonan kepada pengadilan, dan bahwa presiden prihatin penuntutan pengadilan bisa dipercepat bertepatan dengan lawatannya pekan ini.

Meskipun pemerintah Belanda telah memberikan jaminan Presiden Yudhoyono kekebalan diplomatik penuh, keputusan atas kasus itu selama lawatannya bisa “tidak menyenangkan untuk menghormati presiden dan bangsa ini”. “Ini sebenarnya keempat atau kelima kalinya presiden membatalkan kunjungan,” ujar Pasha.

Andre de Hoogh, seorang dosen senior Hukum Internasional pada Groningen University, bilang bahwa pengadilan Belanda tak dapat mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Yudhoyono karena akan menimbulkan konflik dengan hukum internasional yang memberikan kekebalan hukum terhadap kepala-kepala negara.

“Ini suatu situasi yang tidak menguntungkan ketika seorang kepala negara membatalkan sebuah kunjungan, tentu saja. Hubungan politik bisa berlanjut dalam tekanan sedikit tetapi pada saat yang sama saya tak berfikir hal ini (menjadi) sangat besar,” ujar De Hoogh, tadi sore kepada Reuters. Dia tak berharap hubungan Belanda-Indonesia terganggu oleh keputusan (pembatalan) tersebut.

Reuters | Reza M | dwi arjanto

Berita terkait

Ada Ancaman Teror, Konser Band Allah-Lass di Rotterdam Dibatalkan

24 Agustus 2017

Ada Ancaman Teror, Konser Band Allah-Lass di Rotterdam Dibatalkan

Konser band rock Allah-Lass di Rotterdam, Belanda batal setelah ada laporan ancaman teror dari kepolisian Spanyol

Baca Selengkapnya

Mobil Tabrak Pejalan Kaki di Stasiun Amsterdam, Dua Orang Kritis

11 Juni 2017

Mobil Tabrak Pejalan Kaki di Stasiun Amsterdam, Dua Orang Kritis

Sebuah mobil menabrak delapan pejalan kaki di siatsiun kereta utama Amsterdam, Belanda

Baca Selengkapnya

Raja Belanda 21 Tahun Kopilot Pesawat, Penumpang Tak Pernah Kenal

18 Mei 2017

Raja Belanda 21 Tahun Kopilot Pesawat, Penumpang Tak Pernah Kenal

Raja Belanda, Willem-Alexander ternyata sudah 21 tahun menjadi kopilot pesawat komersial, serunya penumpang pesawat tak mengenalinya.

Baca Selengkapnya

Partai Anti-Islam Belanda Ingin Berkoalisi dengan Pemenang Pemilu

17 Maret 2017

Partai Anti-Islam Belanda Ingin Berkoalisi dengan Pemenang Pemilu

Politisi anti-Muslim sekaligus pemimpin Partai Kebebasan Belanda, Geert Wilders siap masuk pemerintahan baru yang dipimpin Mark Rutte.

Baca Selengkapnya

Buntut Perseteruan, Turki Kembalikan 40 Sapi ke Belanda

16 Maret 2017

Buntut Perseteruan, Turki Kembalikan 40 Sapi ke Belanda

Ketua Asosiasi Produsen-Produsen Daging Merah Turki, Bulent Tunc mengatakan bahwa pihaknya siap mengirim kembali sekitar 40 ekor sapi ke Belanda.

Baca Selengkapnya

Menang Pemilu, Rutte Berkoalisi Susun Pemerintahan Baru Belanda

16 Maret 2017

Menang Pemilu, Rutte Berkoalisi Susun Pemerintahan Baru Belanda

Mark Rutte, pemenang pemilu Belanda, diperkirakan akan berkoalisi dengan Partai Demokrat dan D66 dalam membentuk pemerintahan.

Baca Selengkapnya

Di Kampung Halaman, Pemimpin Anti-Islam Belanda Ini Tak Disukai

16 Maret 2017

Di Kampung Halaman, Pemimpin Anti-Islam Belanda Ini Tak Disukai

Warga Venlo berharap pemimpin anti-Islam Belanda, Geert Wilders, tak terpilih menjadi perdana menteri.

Baca Selengkapnya

Geert Wilder Akui Kalah dan Ucapkan Selamat ke PM Rutte

16 Maret 2017

Geert Wilder Akui Kalah dan Ucapkan Selamat ke PM Rutte

Wilders menjanjikan akan menjadi oposisi yang tegas dan kritis jika partainya tidak diajak berkoalisi.

Baca Selengkapnya

Wilders Kalah di Pemilu, Rutte: Stop untuk Populisme yang Salah

16 Maret 2017

Wilders Kalah di Pemilu, Rutte: Stop untuk Populisme yang Salah

Perdana Menteri Mark Rutte menegaskan Belanda ingin tetap sebagai negara yang aman, stabil dan makmur.

Baca Selengkapnya

Unggul atas Wilders, Partai Mark Rutte Menang di Pemilu Belanda

16 Maret 2017

Unggul atas Wilders, Partai Mark Rutte Menang di Pemilu Belanda

Partai Mark Rutte menang dengan 31 kursi, unggul atas partai pimpinan Geert Wilders yang dapat 19 kursi.

Baca Selengkapnya