Saudi Borong Senjata Amerika

Reporter

Editor

Kamis, 23 September 2010 05:46 WIB

Rudal Patriot milik Amerika Serikat di Polandia Utara (24/5). AP Photo/Marek Lis
TEMPO Interaktif, Washington - Gabus sumbat botol sampanye itu belum meloncat, tapi para pembuat senjata militer Amerika Serikat telah bersiap-siap bersulang. Pemerintahan Presiden Barack Obama kini sedang melobi Kongres untuk menyetujui rencana menjual senjata dan logistik militer kepada empat negara Teluk dengan total nilai kontrak US$ 123 miliar!

"Ini transaksi terbesar sepanjang sejarah," kata juru bicara markas Departemen Pertahanan Amerika Serikat, Geoff Morrell. Tengok saja menu belanjanya: 84 unit jet tempur F-15, helikopter Apache, kapal perang, dan sistem pertahanan udara supercanggih. Kontrak itu juga termasuk peremajaan sejumlah jet tempur dan sistem pertahanan rudal.

"Motivasi terbesar pembelian senjata ini jelas karena program nuklir dan rudal Iran," kata Morrell tanpa tedeng aling-aling. Meski begitu, kata dia, ada hal lain yang juga jadi pertimbangan. "Kesepakatan ini memungkinkan Arab Saudi menghadapi serangan-serangan kelompok teroris yang berasal dari perbatasan Yaman."

Hal senada diungkapkan pengamat pertahanan pada Center for Strategic and International Studies, Anthony Cordesman. "Kalau Saudi merasa aman, buat apa mereka membeli senjata dalam partai besar?" ujarnya. "Inikan bukan uang yang sedikit." Maklumlah, Iran memiliki 300 pesawat tempur, yang berasal dari Rusia dan Amerika Serikat.

Selain itu, kata Cordesman, penjualan senjata ini sekaligus memperbaiki hubungan Amerika-Saudi. "Kontrak ini sinyal pulihnya 70 tahun aliansi Saudi-Amerika pasca-serangan 11 September 2001," tuturnya. Sebab, 15 dari 19 pembajak pesawat sipil yang dipakai untuk menyerang Amerika Serikat saat itu adalah warga negara Saudi.

Lantas bagaimana dengan kemungkinan Saudi menyerbu Israel? Amerika Serikat telah memastikan kepada Israel bahwa kemampuan senjata yang dijual itu Washington setingkat di bawah milik Israel, yang telah memesan 20 pesawat tempur siluman F-35 dengan harga hampir US$ 3 miliar. "Apalagi sistem pertahanan ini cuma Amerika yang tahu," ujar Cordesman. l AP | ECONOMIST | CSMONITOR | ANDREE PRIYANTO


Jual Beli Senjata Perang


Pemerintahan Presiden Barack Obama setuju untuk menggelar transaksi jual-beli senjata militer senilai US$ 123 miliar dengan empat negara Teluk. "Inilah transaksi penjualan senjata militer terbesar," kata juru bicara markas Departemen Pertahanan Amerika Serikat, Pentagon, Geoff Morrell.

Menurut Morrell, peralatan perang ini dijual guna menyokong Arab Saudi di garis depan pertempuran di kawasan Teluk. Salah satunya dengan Yaman. Namun tak sedikit yang menduga senjata ini untuk melindungi Timur Tengah dari kemungkinan serbuan Iran. Benarkah? Setidaknya begitu kata pengamat politik luar negeri dari Center for Strategic and International Studies, Anthiny Cordesman.

"Iran terus-menerus mengatakan bisa melumpuhkan Amerika Serikat," kata Cordesman. Bukan hanya itu. Pentagon juga menjual sekitar 20 unit pesawat tempur siluman F-35 dengan harga hampir US$ 3 miliar. Pemerintah Israel malah telah secara resmi menyetujui rencana pembelian jet tempur siluman itu.

"Pembelian pesawat canggih ini merupakan langkah penting dalam memperkuat militer Israel," ujar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Tak cuma Amerika yang berdagang senjata militer supercanggih. Rusia pun disebut sebut berencana menjual rudal jelajah antikapal kepada Suriah.

"Kesepakatan ini berasal dari kontrak pada 2007," kata Menteri Pertahanan Rusia Anatoly Serdyukov seperti dikutip RIA Novosti. Rudal Yakhony ini dibeli Suriah dengan nilai kontrak US$ 300 juta. Gara-gara rudal inilah Israel berang. "Senjata ini bisa dipakai gerilyawan Hizbullah," kata Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak.

Sebab, Hizbullah selama ini diklaim memiliki persenjataan militer yang lebih canggih daripada Angkatan Bersenjata Libanon. Senjata-senjata itu konon diperoleh Hizbullah dari Iran, sekutu dekatnya. Hizbullah, misalnya, pernah mengejutkan Israel dengan menyerang salah satu kapal angkatan lautnya memakai rudal jelajah selama perang Libanon 2006. Adapun Suriah membantah jika disebut mempersenjatai Hizbullah. l AP | FINANCIALTIMES | GRAPHICNEWS | ANDREE PRIYANTO


Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya