Suu Kyi Akan Gugat Junta

Reporter

Editor

Senin, 6 September 2010 05:22 WIB

Solidaritas Burma/TEMPO/Zulkarnain
TEMPO Interaktif, Rangoon -
Pemimpin oposisi Burma, Aung San Suu Kyi, berencana menggugat junta militer karena telah membubarkan paksa partai yang ia pimpin, Liga Nasional bagi Demokrasi (NLD).

Niat itu ia sampaikan kepada tiga anggota tim kuasa hukumnya, yakni Nyan Win, Kyi Win, dan Khin Htay Kywe, dalam sebuah pertemuan Sabtu lalu. Suu Kyi masih menjalani tahanan rumah satu setengah tahun. Hingga kini ia sudah menjalani hukuman penjara lebih dari dua dekade.

"Nyonya Aung San Suu Kyi mengatakan kepada kami bahwa kami harus menggugat pemerintah yang memaksa NLD dihapus karena melanggar hukum," kata Nyan Win.

Perempuan 65 tahun itu menuding undang-undang pemilihan umum yang dibuat oleh junta sengaja untuk mengenyahkan dia dan partainya agar tidak ikut pemilu. Pesta demokrasi itu akan dilangsungkan pada 7 November mendatang, sepekan sebelum masa tahanan rumah Suu Kyi habis.

Junta sejatinya sudah memberikan kesempatan kepada NLD ikut pemilu. Syaratnya, Suu Kyi dicopot dari ketua dan status keanggotaannya. Sesuai dengan beleid yang baru dilansir Maret lalu itu, Suu Kyi juga tidak dapat berpartisipasi karena statusnya sebagai narapidana.

NLD pun akhirnya memilih boikot dan langsung dinyatakan sebagai partai terlarang oleh junta. Aturan pemilu versi junta ini sebenarnya sangat memberatkan pihak oposisi. Salah satunya, biaya pendaftaran bagi kandidat anggota parlemen sebesar US$ 500 per orang. Padahal pendapatan per kapita di negara miskin itu kurang dari US$ 600.

Ini hanya menguntungkan partai pro-junta, Partai Solidaritas Persatuan dan Pembangunan (USDP). Meski belum ada jadwal resmi kampanye, mereka sudah bergerak lebih dulu secara bebas. Sedangkan kaum pembangkang harus meminta izin.

Empat wartawan, menurut surat kabar The Myanmar Times, kemarin bergabung dengan USDP. Mereka adalah Ketua Asosiasi Penulis dan Wartawan Burma Tin Kha dan wakilnya, Tin Tin Oo; anggota komite eksekutif Aung Nyein; dan Hla Tun.

Sify | Faisal Assegaf

Berita terkait

Ular Piton Betina Terbesar Ditemukan di Florida Amerika

9 April 2019

Ular Piton Betina Terbesar Ditemukan di Florida Amerika

Ular piton betina ini memiliki panjang lebih dari lima meter dengan bobot lebih dari 63 kilogram di temukan di Florida, Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Hentikan Ujaran Kebencian, Facebook Hapus Fitur Bahasa Burma

8 September 2018

Hentikan Ujaran Kebencian, Facebook Hapus Fitur Bahasa Burma

Facebook menghapus fitur terjemahan bahasa Burma untuk mengatasi ujaran kebencian terhadap suku Rohingya di Myanmar

Baca Selengkapnya

16 Koran Non-Pemerintah Akan Beredar di Burma

2 April 2013

16 Koran Non-Pemerintah Akan Beredar di Burma

Pada 1964, sejumlah media massa swasta, berbahasa Inggris atau lokal, ditutup paksa oleh militer.

Baca Selengkapnya

PMI-OKI Gagas Bantuan untuk Rohingya  

3 Desember 2012

PMI-OKI Gagas Bantuan untuk Rohingya  

Menurut Kalla, bantuan PMI-OKI untuk warga Rohingya bisa bermacam-macam sesuai kebutuhan.

Baca Selengkapnya

Singgah ke Amerika, Suu Kyi Ceramah di Universitas  

17 September 2012

Singgah ke Amerika, Suu Kyi Ceramah di Universitas  

Aung San Suu Kyi akan jadi pembicara di Universitas Yale dan Louisville. Kunjungannya ke Amerika untuk menjelaskan kondisi politik Burma.

Baca Selengkapnya

Era Sensor Media di Burma Berakhir

20 Agustus 2012

Era Sensor Media di Burma Berakhir

Pemerintah Myanmar menghapus penyensoran atas media. Apa komentar pekerja media?

Baca Selengkapnya

Bantu Rohingya, PMI Berangkat ke Myanmar

18 Agustus 2012

Bantu Rohingya, PMI Berangkat ke Myanmar

PMI juga akan mengajak palang merah dari negara-negara Islam ke Myanmar.

Baca Selengkapnya

Menlu: Indonesia Punya Pengalaman Soal Rohingya  

18 Agustus 2012

Menlu: Indonesia Punya Pengalaman Soal Rohingya  

Indonesia memahami kesulitan Myanmar menyelesaikan konflik Rohingya.

Baca Selengkapnya

Asean Siap Bantu Myanmar Soal Rohingya  

18 Agustus 2012

Asean Siap Bantu Myanmar Soal Rohingya  

Selama ini, warga Rohingya yang minoritas memang kerap jadi korban perlakuan diskriminatif.

Baca Selengkapnya

KTT OKI Diminta Cari Solusi untuk Rohingya  

29 Juli 2012

KTT OKI Diminta Cari Solusi untuk Rohingya  

Desakan ini datang dari Tunisia dan didukung sejumlah negara Arab.

Baca Selengkapnya