Perang Irak Berakhir

Reporter

Editor

Kamis, 2 September 2010 04:44 WIB

Barack Obama dalam siaran televisi mengumumkan berakhirnya perang Irak (1/9). AP/Karim Kadim
TEMPO Interaktif, Washington - Presiden Amerika Serikat Barack Hussein Obama kemarin di Ruang Oval, Gedung Putih, mengumumkan secara resmi bahwa Perang Irak telah berakhir. Meski begitu, ia memperingatkan, misi mereka selama sembilan tahun, yakni menghancurkan jaringan Al-Qaidah, gagal.

Berbicara dari meja yang sama saat Presiden George Walker Bush menyatakan invasi terhadap Irak Maret 2003, Obama mengatakan operasi militer di Negeri Dua Sungai itu telah menewaskan lebih dari 4.400 prajurit Amerika dan membuat Pentagon (Departemen Pertahanan) menggelontorkan US$ 1 triliun.
"Operasi Pembebasan Irak telah berakhir, dan rakyat Irak sekarang bertanggung jawab atas keamanan negara mereka," kata presiden kulit hitam pertama Amerika ini dalam pidato televisi yang disiarkan secara nasional. Pagi harinya, ia menelepon Bush untuk memberi tahu bahwa misi bersenjata di Irak telah berakhir.

Namun ia meyakinkan, berakhirnya operasi perang di sana bukan berarti komitmen Washington membantu Bagdad juga selesai. Ia juga menyeru para pemimpin Irak segera membentuk pemerintahan persatuan.

Pemilihan umum Maret lalu di Irak memang tidak menghasilkan pemenang mutlak. Blok Iraqiyah, yang dipimpin mantan perdana menteri Iyad Allaqi, hanya unggul dua kursi di parlemen ketimbang suara yang diperoleh Perdana Menteri Nuri al-Maliki, yang mengomandoi koalisi Negara Hukum.

Sejatinya, bos Aliansi Nasional Irak, Muqtada al-Sadr, memegang peranan kunci dalam pembentukan pemerintahan koalisi. Tapi ulama muda garis keras yang menentang penjajahan Amerika di Irak ini lebih memilih bekas perdana menteri Ibrahim Jafari untuk memimpin kabinet mendatang.

Dalam pidato nasionalnya di Ibu Kota Bagdad, Perdana Menteri Maliki meyakinkan masyarakat internasional bahwa pasukan keamanan Irak mampu mengemban semua tanggung jawab. "Ini merupakan hari yang akan diingat semua orang. Hari ini Irak telah menjadi negara berdaulat dan merdeka," ia menegaskan.

Momentum berakhirnya Perang Irak ini ditandai dengan kunjungan Wakil Presiden Amerika Joe Biden dan Menteri Pertahanan Robert Gates ke Negeri 1.001 Malam itu. Selanjutnya, masih terdapat sekitar 50 ribu tentara Amerika yang bertugas melatih pasukan Irak hingga tahun depan.

Tidak semua warga Irak menyambut gembira kemerdekaan baru negara mereka. "Irak masih memerlukan pasukan Amerika karena situasi keamanan di sini belum stabil," ujar Samira Gorgess, warga Bagdad.

AP | USA Today | Washington Post | Faisal Assegaf

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya