Korban Kecelakaan Pesawat Libya Berkumpul dengan Kerabat
Reporter
Editor
Jumat, 14 Mei 2010 04:57 WIB
Puing-puing badan pesawat Airways Afriqiyah Libya di Tripoli, Libya (14/5). AP/Nasser Nasser
TEMPO Interaktif, Tripoli - Bocah asal Belanda yang menjadi satu-satunya korban selamat kecelakaan pesawat Libya yang menewaskan 103 orang menyapa bibi dan pamannya hari Kamis setelah mereka bergegas ke kamar rumah sakit dari Belanda.
Tetapi pejabat Departemen Luar Negeri Belanda mengatakan bocah 9 tahun itu, Ruben van Assouw, kemungkinan tidak menyadari sepenuhnya kehilangannya karena belum diberi tahu bahwa orang tua dan kakaknya tewas dalam kecelakaan pada hari Rabu.
Mereka dalam perjalanan pulang dari liburan keluarga di Afrika Selatan untuk merayakan ulang tahun ke 12,5 pernikahan orang tua mereka, yang merupakan tradisi Belanda.
"Dia sudah bangun. Dia berbicara. Dia mendengarkan," kata pejabat itu, Ed Kronenburg, kepada Associated Press setelah mengunjungi Ruben di rumah sakit. "Tentu saja dia juga tidur cukup banyak karena ia mendapat anestesi kemarin dan masih sedikit pusing," tambahnya.
"Dia belum diberi tahu, sejauh yang kami tahu, bahwa orang tuanya meninggal."
Tim penyelamat menemukan Ruben masih terikat di kursinya di salah satu ujung lapangan puing besar setelah pesawat jatuh ketika berusaha mendarat di ibu kota Tripoli Libya, kata pejabat keamanan Libya Kolonel Baloul al-Khoja.
Kronenburg mengatakan tim penyelamat menemukan dia masih bernapas. "Itulah sebabnya mereka menyadari bahwa ia masih hidup," katanya.
Al-Khoja mengatakan Ruben setengah sadar dan tidak responsif, pendarahan dari luka di kakinya. Ketika mereka mulai memindahkannya, rasa kagetnya mulai luntur dan ia merasakan nyeri di kakinya, namun ia tidak banyak menangis.
Ruben ditemukan sekitar setengah mil dari potongan besar bagian ekor pesawat, menunjukkan bahwa ia mungkin telah duduk di bagian depan pesawat ketika hancur berkeping-keping.