Urusan pinjam-meminjam busana ini terjadi karena ratusan koper milik para wartawan peserta Konferensi tak terkirim dalam penerbangan lanjutan mereka ke Jenewa pada Rabu, 21 April oleh sejumlah perubahan penerbangan.
Tempo mengalami hal yang sama: seluruh bagasi hilang dan belum terlacak hingga hari ini—22 April, pukul 17.15 waktu setempat—oleh penerbangan KLM.
Bukan hanya wartawan-wartawan Asia, Afrika, dan Amerika yang terbang jarak jauh yang terkena sial. Para jurnalis Eropa juga mengalami hal serupa. Alhasil, suasana Konferensi sangat menarik. Pihak tuan rumah hadir dengan jas-jas lengkap, chic dress, sementara para hadirin tampil kedodoran, karena baju tidak pas di badan. Atau masih lecek sekali karena baju yang dipakai dua hari sejak penerbangan dari negaranya belum berganti.
Di Bandara Countrin, Jenewa, puluhan wartawan buru-buru meninggalkan ruang konferensi setelah jeda terakhir pada pukul 16.30 waktu setempat untuk mengecek nasib koper mereka, berikut segala isinya: “Saya betul-betul tak punya apa-apa, hanya baju di badan ini, bahkan saya tak bisa reporting karena semua alat rekaman saya dan kamera saya selamatkan di dalam kopor,” kata Mary, peserta dari Ghana dalam nada pasrah. “Seluruh catatan kerja saya tertinggal di dalam koper,” ujar Ahmadi, wartawan Yemen.
Sehari sebelumnya, Rabu 21 April, saat transit dari Amsterdam ke Jenewa, Tempo menyaksikan suasana yang masih katastropik: ratusan orang terlihat panik, terutama orang-orang yang tua yang bepergian sendirian. Banyak juga penumpang yang frustasi, marah-marah, menjerit, sampai pasrah. “Kami juga sudah berusaha keras, Bu, tolonglah mengerti,” ujar seorang awak KLM yang memohon-mohon agar jangan ditulis namanya.
Hermien Y. Kleden (Jenewa, Swiss)