Mengapa Undang-undang Reformasi Kesehatan Penting bagi Obama?  

Reporter

Editor

Jumat, 19 Maret 2010 12:08 WIB

AP Photo/Charles Dharapak

TEMPO Interaktif, Jakarta -Presiden Amerika Serikat Barack Obama telah menunda lawatannya ke Indonesia hingga Juni. Obama lebih memprioritaskan mengawal pemungutan suara rancangan undang-undang reformasi kesehatan di Dewan Perwakilan Rakyat yang bakal berlangsung alot Minggu sore (waktu Amerika) ini.

Juru bicara Gedung Putih Robert Gibbs mengatakan Obama telah dihubungi lebih dari 20 anggota kongres yang semula menentang menjadi mendukung rancangan undang-undang itu. Senat Amerika juga telah menyetujui paket reformasi kesehatan tersebut.

Namun tak sedikit pula yang menentang. Selain seluruh anggota DPR dari Partai Republik, sejumlah anggota Demokrat juga tak setuju. Diperkirakan suara persetujuan atau penolakan rencana itu akan berbeda sangat tipis.

Mengapa Obama memilih mengawal langsung pemungutan suara itu ketimbang berkunjung ke Indonesia yang juga sangat penting bagi Amerika? "Setiap hari saya menerima surat dari banyak keluarga Amerika yang terbebani biaya kesehatan yang tinggi, dan mereka meminta bantuan saya. Tugas saya sebagai Presiden Amerika adalah memastikan rakyat Amerika menikmati biaya kesehatan murah," ujar Obama.

Menurut Obama, sebagian besar rakyat Amerika selama ini "dipaksa menanggung beban yang selama puluhan tahun gagal diselesaikan Washington". Karena itu, kata dia, "Kami akan loloskan undang-undang baru sehingga seluruh warga Amerika bisa menikmati biaya kesehatan murah, memiliki pilihan dan perlindungan kesehatan yang memadai."

Sekitar 47 juta warga Amerika saat ini tidak memiliki asuransi kesehatan. Hanya 25 juta orang memiliki asuransi kesehatan. Pemilik asuransi kesehatan pun mengeluhkan harga premi yang terlalu tinggi.

Proposal baru itu akan memberi kekuasaan baru bagi pemerintah Amerika untuk melarang berbagai perusahaan asuransi kesehatan menaikkan harga premi terlalu tinggi. Pemerintah akan mendorong semua warga mendapatkan asuransi yang jauh lebih murah dan akan menyediakan subsidi agar rencana asuransi publik itu bisa terlaksana.

Proposal ini juga menjamin warga Amerika yang kesehatannya tidak dijamin tempat kerjanya mengikuti program asuransi publik ini.

Bagi Obama, reformasi ini juga merupakan pertaruhan apakah ia bisa memenuhi janjinya saat kampanye dulu atau tidak. Sebelum terpilih sebagai presiden, reformasi kesehatan menjadi salah satu tema utama kampanye Obama.

"Kegagalan rancangan undang-undang ini bisa berdampak negatif pada kepresidenan Barack Obama," kata Dennis Kucinich, demokrat liberal, yang berbalik mendukung paket reformasi kesehatan itu.

Kucinich semula menolak undang-undang itu karena "dana talangan pemerintah" itu akan membengkakkan defisit anggaran pemerintah. Pemerintah sudah mengeluarkan uang yang sangat besar untuk menyelamatkan perekonomian dari krisis perbankan dan kini anggaran negara harus digerogoti kembali demi menyediakan asuransi publik yang murah.

Hampir seluruh anggota Partai Republik juga bersikap sama. "Usulan pengambilalihan kendali secara besar-besaran oleh pemerintah di bidang pelayanan kesehatan harus ditolak," kata pemimpin Partai Republik di DPR Amerika John Boehner.

Biaya kesehatan yang sudah dikeluarkan pemerintah saat ini sudah sedimikian besar. Industri kesehatan telah menyumbang 16 persen dari produk domestik bruto Amerika. Rancangan undang-undang itu, kata Dave Camp dari Partai Republik, "tak ubahnya tuntutan hukum yang memaksa pemerintah mengeluarkan dana lebih besar. Ini jelas tidak mewakili keinginan rakyat Amerika secara keseluruhan."

Menanggapi serangan dari kubu lawan itu, Obama mengatakan pemerintah Amerika sudah membuktikan bahwa dana penyelamatan ekonomi telah mulai memulihkan kondisi ekonomi dari keruntuhan finansial. "Kita telah beranjak dari ancaman kehancuran," katanya. "Namun, kondisi bisa lebih parah tanpa paket bantuan keuangan pemerintah."

Obama menandaskan membenahi sistem kesehatan Amerika justru sangat krusial untuk menjamin peningkatan ekonomi. Ia juga yakin semua reformasi itu akan mengurangi defisit ekonomi Amerika di masa depan.

Satu hal yang juga mengundang perdebatan keras adalah dari mana negara meningkatkan pendapatan untuk mendanai meningkatnya anggaran kesehatan.

BBC | Washington Post | YR

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya