TEMPO Interaktif, Kuala Lumpur – Seorang anggota parlemen Malaysia Mohsin Fadzli Samsuri, Rabu (3/3), mengundurkan diri dari partai pimpinan Anwar Ibrahim, partai Keadilan rakyat (PKR). Dengan mundurnya Mohsin, maka sudah tiga orang anggota parlemen yang mundur dari partai Anwar dalam tiga pekan ini.
Seperti dua temannya yang lebih dulu mundur, Mohsin mengatakan meninggalkan PKR karena ingin menjadi anggota parlemen independen.
Kendati demikian, mundurnya tiga orang itu menimbulkan spekulasi bahwa oposisi akan jatuh dan akan memberikan kemenangan bagi kelompok koalisi pemerintah.
Gelombang pengunduran diri besar-besaran anggota parlemen dari PKR berlangsung setelah pemimpin mereka mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menghadapi persidangan kasus sodomi.
Kepada reporter, Mohsin mengaku tidak punya masalah secara personal dengan Anwar. Namun dia, lanjutnya, kehilangan kepercayaan terhadap kepemimpinan partai karena sikap partainya yang diam terhadap kontroversi baru-baru ini tentang larangan penggunaan kata “Allah” oleh masyarakat non Muslim.
“Saya masih tidak bisa mentoleransi dan bersikap diam...demi nama Allah saya disini mengumumkan keputusan saya untuk berhenti dari partai,” ujar Mohsin. Dia menambahkan, berhenti bukan karena didekati oleh partai lain.
Adapun dua anggota parlemen oposisi yang mundur lebih dulu yakni Tan Tee Beng, anggota parlemen dari Penang. Tan Tee Beng mundur Selasa lalu karena berseteru dengan kolega partai lokal. Sedangkan satunya lagi Zahrain Hashim, anggota parlemen dari Penang juga. Zahrain mengundurkan diri dari PKR tiga pekan lalu.
Dalam akun Twitter-nya, mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menulis "Harapan yang menggunung". Setelah melalui jalan panjang, akhirnya koalisi oposisi dideklarasikan secara resmi dengan logo bertulisan "HARAPAN", yang huruf "A" keempat berupa anak panah Arjuna- tokoh dalam kisah epik Mahabarata. Dengan pilihan ini, metamorfosis Pakatan Rakyat, partai oposisi Malaysia, membayangkan pemilihan umum yang akan datang sebagai arena perang melawan Karna, yakni Barisan Nasional- partai berkuasa sekarang.