Di Sela KTT Yudhoyono Diserang Alergi

Reporter

Editor

Jumat, 18 Desember 2009 19:15 WIB

AP Photo

TEMPO Interaktif, Jakarta - Teka-teki ketidakhadiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam jamuan makan malam atas undangan ratu Denmark terjawab sudah. “Saya alergi," ujarnya dalam mengawali konferensi pers, di lantai dua Crown Plaza, Kopenhagen.

Yudhoyono membantah rumor yang ada bahwa ketidakhadirannya dalam jamuan makan malam itu karena ada masalah di tanah air yang harus dibicarakan. “Oleh dokter dikatakan alergi,” aku Yudhoyono, yang juga menepis penyebab alergi karena makan udang. “Subuh (saya) sudah sehat kembali. Alergi biasa, tidak ada yang luar biasa.”

Konferensi pers yang dilakukan secara mendadak ini, diperkirakan akan mengutarakan jawaban atas rekomendasi Pansus Angket Century yang meminta Wakil Presiden Boediono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk non aktif. Namun, presiden ternyata hanya membicarakan masalah terakhir dalam KTT Perubahan Iklim.

“Kali ini tidak ada sesi tanya jawab,” kata Yudhoyono di awal pidatonya, yang disiarkan langsung Metro TV. Presiden harus kembali lagi ke pertemuan KTT dalam satu jam.

Kemudian Yudhoyono memaparkan solusi yang diberikan Indonesia dalam KTT Perubahan Iklim kali ini. Dalam pemaparannya Indonesia memberikan formula lima plus satu. Dikatakan Yudhoyono, posisi Indonesia sangat jelas dengan memberikan formula lima posisi dasar.

Advertising
Advertising

Pertama yang tidak tidak ada kompromi adalah kenaikan dari pemanasan global tidak melebihi dua derajat celcius. "Itu harga mati," ujar Yudhoyono. Kemudian, formula kedua bahwa Indonesia berpendapat negara maju harus melakukan pengurangan tingkat emisi sampai 40 persen. Tiga, bantuan negara maju kepada negara berkembang dijamin cukup.

Yudhoyono menambahkan, bantuan itu harus ditingkatkan sampai 2012 mencapai US$ 25 miliar- US$ 35 miliar dolar per tahun dari negara maju. “Alokasi dana sampai 2020 untuk negara berkembang untuk mitigasi,” ujarnya.

Selanjutnya yang keempat, meski tidak harus menggunakan Protokol Kyoto, Indonesia telah menetapkan pengurangan emisi 26 persen. Kelima yang sangat diperdebatkan, lanjut Yudhoyono, adalah monitoring, reporting dan verifikator diperlukan.

NUR HARYANTO



Berita terkait

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

6 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

10 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

10 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

10 hari lalu

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab

Baca Selengkapnya

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

15 hari lalu

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

21 hari lalu

Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

Aktivis Greta Thunberg ditangkap lagi setelah dibebaskan dalam unjuk rasa menentang subsidi bahan bakar minyak.

Baca Selengkapnya

Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

24 hari lalu

Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

Setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan curah hujan di Kota Bogor selalu tinggi. Namun bukan hujan pemicu seringnya bencana di wilayah ini.

Baca Selengkapnya

Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

28 hari lalu

Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

Grup musik punk Green Day akan tampil dalam konser iklim global yang didukung oleh PBB di San Francisco

Baca Selengkapnya

Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

33 hari lalu

Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

Jakarta dan Banten diperkirakan memasuki musim kemarau mulai Juni mendatang, dan puncaknya pada Agustus. Sedikit mundur karena anomali iklim.

Baca Selengkapnya

Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

39 hari lalu

Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

AMAN mengidentifikasi belasan masyarakat adat di IKN Nusantara dan sekitarnya. Mereka terancam rencana investasi proyek IKN dan dampak krisis iklim.

Baca Selengkapnya