Soal Dana Iklim, Indonesia Siap Diaudit

Reporter

Editor

Jumat, 18 Desember 2009 18:05 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Indonesia terus melakukan terobosan agar Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim di Kopenhagen yang tinggal satu hari, berhasil dengan baik. “Masalah utama adalah hilangnya trust di sini,” kata Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Kamis malam waktu Denmark. Masih ada kepentingan yang tajam antara negara maju dengan negara-negara berkembang.

Untuk mengetahui suasana konferensi dan menjembatani perbedaan, kata Marty, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah bertemu dengan PM Norwegia, PM Australia Kevin Rudd, Presiden Meksiko Felipe Calderon Hinojosa, Sekjen PBB Ban Ki Moon dan PM Thailand Abhisit Vejajjiva. Presiden mengutus Marty Natalegawa bertemu Sudan yang menjadi ketua Kelompok 77, gabungan negara-negara berkembang.

Marty menegaskan Indonesia menghilangkan “baju-baju” kepentingan untuk mencairkan kebekuan di Konferensi Kopenhagen. Salah satunya adalah soal mekanisme pengukuran, pelaporan dan pemeriksaan (measurement, reporting and verification, MRV). Isu ini jadi ganjalan karena
negara-negara berkembang tidak ingin ada audit keuangan dari bantuan dana negara maju untuk mengurangi emisi karbon. Mereka beralasan bahwa mekanisme itu melanggar kedaulatan suatu negara.

Sementara negara maju menuntut bantuan yang telah diserahkan harus jelas pemakaiannya. Hal itu terkait pertanggungjawaban mereka kepada pembayar pajak. Amerika Serikat misalnya, menawarkan pendekatan ‘pledge and review’ di mana setiap negara berjanji menurunkan emisi nasionalnya dan harus terbuka serta siap diperiksa oleh negara lain.

Proposal Amerika Serikat ini tampaknya menarik bagi negara-negara berkembang yang secara sukarela menurunkan emisi nasionalnya. Kemarin Menteri Luar Negeri Hillary Clinton mengumumkan komitmen negaranya kepada pers di Kopenhagen. “Kami akan memobilisasi dana US$ 100 miliar setiap tahun mulai tahun 2020 untuk kebutuhan negara-negara berkembang,” katanya.

Pada awal-awal persidangan di Konferensi Kopenhagen, delegasi Indonesia menolak adanya audit keuangan dari luar. Dalam arti, MRV hanya untuk mendukung, bukannya tindakan yang harus dilakukan. Namun setelah kehadiran kepala negara, sikap tersebut berubah. Hal itu terlihat jelas dari pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Konferensi Kopenhagen, Kamis siang.

Menurut Yudhyono, inisiatif dana segera merupakan awal yang baik bagi proyek mitigasi dan adaptasi. Bagi Indonesia, idealnya dana yang diluncurkan menjadi US$ 25-35 miliar per tahun hingga 2012. “Jumlah ini hanya tetesan kecil dalam ember ketimbang US$ 6 triliun yang hilang selama krisis keuangan gobal,” katanya. Presiden Yudhoyono menjelaskan negara maju dan negara berkembang harus fleksibel terhadap MRV. Mekanisme MRV dalam Bali Action Plan memiliki tiga kategori yakni komitmen dan aksi negara maju dalam mitigasi, aksi negara berkembang dalam mitigasi serta dukungan negara maju bagi negara berkembang untuk aksi mitigasi. Yudhoyono
mengkritik negara-negara maju yang terikat Protokol Kyoto untuk mengurangi emisinya, ternyata tidak tercapai.

MRV, kata Yudhoyono, bukan ide yang mustahil jika seluruh negara menetapkan target pengurangan emisinya. “Kita perlu tahu jika kita sudah mencapai kemajuan dalam target masing-masing." Indonesia bersedia transparan untuk memaparkan kemajuan dan rencana MRV berdasar kesepakatan mekanisme multilateral. "MRV dibutuhkan untuk memastikan ada dukungan negara maju bagi negara berkembang tersalurkan dengan baik demi perubahan iklim." Hal ini penting, tambahnya, agar tidak timbul perdagangan yang diskriminatif.

Menurut Marty Natalegawa, MRV jangan dipandang sebagai campur tangan negara luar terhadap kedaulatan suatu negara. Dia mencontohkan bantuan yang diterima dari luar negeri ketika tsunami melanda Provinsi Aceh pada tahun 2004. “Kita transparan dan terbuka mengelola bantuan itu,” katanya. Mekanisme MRV, ujarnya, juga untuk mendisiplinkan tiap negara bahwa target penurunan emisi telah tercapai dan terlihat.

UNTUNG WIDYANTO (KOPENHAGEN)

Berita terkait

6 Penyebab Kekeringan, Dampaknya Bagi Manusia

29 Mei 2023

6 Penyebab Kekeringan, Dampaknya Bagi Manusia

Banyak faktor yang membuat fenomena kekeringan terjadi. Seperti badai El Nino 2015 di Indonesia dan masih banyak lagi.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa UGM Manfaatkan Aspal Jalanan Untuk Kurangi Peningkatan Suhu Perkotaan

14 September 2022

Mahasiswa UGM Manfaatkan Aspal Jalanan Untuk Kurangi Peningkatan Suhu Perkotaan

Mahasiswa UGM menggagas inovasi pemanfaatan aspal sebagai kolektor panas Asphalt Thermal Collector untuk mengurangi peningkatan suhu.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Sebut Balap Formula E bukan Kongres atau Munas, Maksudnya Apa?

3 Juni 2022

Anies Baswedan Sebut Balap Formula E bukan Kongres atau Munas, Maksudnya Apa?

Anies Baswedan mengatakan balapan Formula E merupakan jawaban Jakarta untuk menghadapi perubahan iklim dan pemanasan global.

Baca Selengkapnya

Ketika Pradikta Wicaksono Kesal Disebut Dekil, Kurus, dan Gondrong

24 September 2021

Ketika Pradikta Wicaksono Kesal Disebut Dekil, Kurus, dan Gondrong

Pradikta Wicaksono mengungkapkan kejengkelannya ketika penampilannya yang disebut dekil, kurus, dan gondrong ini dikaitkan dengan tuntutan menikah.

Baca Selengkapnya

Perbedaan Generasi Z dan Generasi Milenial, Siapa Lebih Peduli Lingkungan?

31 Agustus 2021

Perbedaan Generasi Z dan Generasi Milenial, Siapa Lebih Peduli Lingkungan?

Setiap generasi memiliki ciri spesifiknya, apa perbedaan Generasi Z dan pendahulkunya, Generasi Milenial?

Baca Selengkapnya

Ciri Spesifik Generasi Z Lahir antara 1995 - 2010, Selain itu Apa Lagi?

31 Agustus 2021

Ciri Spesifik Generasi Z Lahir antara 1995 - 2010, Selain itu Apa Lagi?

Istilah Generasi Z berseliweran di media sosial. Apa sebenarnya yang dimaksud Gen Z ini dan bagaimana ciri-cirinya?

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Serukan Boikot Bank yang Membiayai Proyek Batu Bara

20 April 2021

Faisal Basri Serukan Boikot Bank yang Membiayai Proyek Batu Bara

Ekonom senior Faisal Basri ikut mendorong perbankan untuk tidak lagi membiayai proyek-proyek batu bara.

Baca Selengkapnya

BMKG Sebut Siklon Seroja Tak Lazim, Bisa Picu Gelombang Tinggi Mirip Tsunami

6 April 2021

BMKG Sebut Siklon Seroja Tak Lazim, Bisa Picu Gelombang Tinggi Mirip Tsunami

BMKG mengatakan dampak siklon ke-10 ini yang paling kuat dibandingkan siklon-siklon sebelumnya, Masuk ke daratan dan menyebabkan banjir bandang.

Baca Selengkapnya

Mensos Risma: Erupsi Gunung Semeru Mungkin Dampak Global Warming

18 Januari 2021

Mensos Risma: Erupsi Gunung Semeru Mungkin Dampak Global Warming

Mensos Risma menyebut peristiwa erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur kemungkinan sebagai dampak dari pemanasan global atau global warming.

Baca Selengkapnya

Cegah Global Warming, Pebisnis Tur Rick Steves Sumbang US$1 Juta

15 Oktober 2019

Cegah Global Warming, Pebisnis Tur Rick Steves Sumbang US$1 Juta

Pariwisata menyumbang pembuangan karbon dalam Global warming. Itulah yenga mendorong pebisnis tur Rick Steves menyumbang US$ 1 juta.

Baca Selengkapnya