TEMPO Interaktif, Teheran - Jurnalis Kanada Maziar Bahari dibebaskan dari sebuah penjara di Teheran, Iran, Minggu (18/10) kemarin.
Jurnalis kelahiran Iran, tetapi warganegara Kanada ini, berada dalam penjara di Teheran sejak Juni 2009. Menteri Luar Negeri Kanada Lawrence Cannon, mengkonfirmasikan pembebasan Bahari ini.
Bahari, 42 tahun, adalah seorang koresponden untuk Majalah Newsweekm ditangkap pada Juni 2009, menyusul meruaknya protes jalanan yang berujung pada berbagai kerusuhan pasca pemilihan umum presiden yang dimenangkan Perdana Menteri Ahmadinejad.
Istri Bahari, Paola Gourley, yang warganegara Inggris, harus menjalani bedah cesar pada 26 Oktober ini, sehingga ia tidak bisa menyambut pembebasan Bahari pada hari Minggu kemarin. Namun ia senang dengan pembebasan Bahari ini, dan berharap agar bisa segera bergabung dengan istrinya di London untuk menyambut kelahiran anak pertama mereka.
Tidak jelas alasan Pemerintah Iran memberikan pembebasan bagi Maziar Bahari, dan membolehkannya keluar dari Penjara Evin, Teheran, penjara paling menakutkan di Iran. Namun dikabarkan pembebasan Bahari ini, setelah diberikan uang jaminan sebesar 3 juta rial, sekitar 303,541 dolar Amerika Serikat, sekitar Rp 3 juta, kepada otoritas setempat. Penjara Evin di Teheran merupakan penjara yang memiliki reputasi menakutkan, seorang jurnalis Kanada keturunan Iran lain, Zahra Kazemi, pernah berusaha mengambil foto penjara ini pada 2003, namun dia kemudian ditangkap, dan terbunuh dalam penjara tersebut.
Majalah Newsweek dalam statemennya, menyambut pembebasan korespondennya ini, dan mengatakan untuk sementara Bahari sekarang tinggal bersama keluarganya. Ibu Bahari masih tinggal di Teheran.
Bahari merupakan warganegara Kanada, pernah tinggal di Kanada selama satu dekade, sebelum memutuskan kembali ke Iran pada akhir 1990-an. Di Iran ia menjadi koresponden sejumlah kantor berita dan membuat laporan-laporan dokumenter buat CBC dan BBC. Sejak Juni, ketika Iran digoyang demo terus menerus yang rusuh, menyusul hasil Pemilu yang diprotes oposisi, Maziar Bahari, secara rutin tiap minggu membuat laporan buat Newsweek, hingga ia ditangkap.
"Penangkapan Maziar oleh pemerintah merupakan kesalahan besar, karena ia benar-benar seorang reporter profesional. Penangkapan itu memberikan kesan yang buruk bagi pemerintah, dan merupakan peringatan bagi setiap reporter dan stringer yang bekerja untuk agen berita luar negeri untuk hati-hati. Dia tidak melakukan apapun yang salah. Dia bekerja dengan perlengkapan formal yang diakui pemerintah. Penangkapan itu membuat kesan yang buruk, dan akan diingat orang," ujar Nazila Fathi, jurnalis teman dekat Bahari yang bekerja untuk New York Times.
THEGLOBEANDMAIL l WAHYUANA
Berita terkait
Pembawa Acara Talk Show Politik Populer Pakistan Diskors karena Kritik Militer
1 Juni 2021
Hamid Mir, jurnalis ternama dan pembawa acara talk show politik populer di Pakistan, diskors setelah mengkritik militer dan mendukung sesama jurnalis.
Baca SelengkapnyaAJI Jakarta Kecam Kekerasan terhadap Jurnalis di Munajat 212
22 Februari 2019
AJI Jakarta mengutuk aksi kekerasan dan intimidasi oleh massa FPI terhadap jurnalis yang sedang liputan di acara Munajat 212.
Baca SelengkapnyaAJI Jakarta Kecam Intimidasi Terhadap Jurnalis Detikcom
5 November 2018
Menurut Ketua AJI Jakarta, intimidasi terhadap jurnalis seperti itu telah mengancam kebebasan pers.
Baca SelengkapnyaDukung Jurnalis Investigasi, ICIJ Luncurkan ICIJ Insiders
20 Juni 2018
International Consortium of Investigative Journalism (ICIJ) membuka program untuk para pendonor yang disebut ICIJ Insiders.
Baca SelengkapnyaBagi Jurnalis, Honduras Negeri Paling Bahaya di Amerika
4 Mei 2018
Honduras adalah negeri paling bahaya di Amerika Selatan bagi jurnalis. Pelecehan dan panggilan telepon gelap kerap diamali jurnalis.
Baca SelengkapnyaHari Pers Dunia, Jurnalis Mesir Terima Penghargaan dalam Penjara
3 Mei 2018
Memperingati hari pers dunia, jurnalis foto mesir, Shawkan, mendapat penghargaan World Press Freedom dari UNESCO ketika ia menjalani penahanan.
Baca SelengkapnyaJurnalis TV Bacakan Deklarasi Pilkada yang Damai dan Bebas SARA
3 Maret 2018
Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) mendeklarasikan janji pemilihan kepala daerah atau pilkada yang damai, bebas konten SARA.
Baca SelengkapnyaIntimidasi terhadap Jurnalis BBC yang Meliput di Papua, Dikecam
5 Februari 2018
Tiga jurnalis BBC Indonesia diusir saat meliput wabah campak dan busung lapar di Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Papua, karena cuitan di Twitter.
Baca SelengkapnyaPolri Belum Terima Investigasi Pengusiran Wartawan BBC dari Papua
4 Februari 2018
Wakil Kapolri Komisaris Jenderal Syafruddin mengatakan belum menerima hasil investigasi terhadap pemulangan kontributor dan wartawan BBC dari Papua.
Baca SelengkapnyaJurnalis Top New York Times Diskors Gara-gara Lecehkan Reporter
21 November 2017
Jurnalis politik terkemuka New York Times diskors karena tuduhan melakukan pelecehan seksual terhadap beberapa reporter wanita muda.
Baca Selengkapnya