San Suu Kyi Lakukan Pembicaraan Kembali dengan Junta

Reporter

Editor

Kamis, 8 Oktober 2009 09:45 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Tokoh prodemokrasi Burma, Aung San Suu Kyi, Rabu (7/10), mengadakan pembicaraan kembali dengan pihak pemerintah junta militer Burma. Ini merupakan pembicaraan kedua dalam pekan ini. Dan merupakan sebuah perkembangan politik baru yang penting di Burma, setelah sejak tahun 1990, San Suu Kyi selalu berada dalam status tahanan politik, dan pemerintah junta selalu menolak untuk berunding dengan tokoh oposisi ini.

Aung San Suu Kyi bertemu dengan Menteri Perburuhan Aung Kyi, yang selama ini ditunjuk sebagai pejabat penghubung antara pihak Junta militer dengan pihak San Suu Kyi. Pertemuan kemarin berlangsung selama 30 menit, dan diadakan disebuah rumah milik negara di Rangoon, Burma.

Namun hingga kini, tidak diketahui apa isi pembicaraan antara keduanya.

Pada Sabtu (3/10) pekan lalu, mereka melakukan pembicaraan pertama di penjara Insein, Yangoon, merupakan pertemuan pertama sejak Januari 2008. Jurubicara partai National League for Democracy, yang juga pengacara Suu Kyi, Nyan Win, mengatakan fokus pembicaraan kemungkinan berpusat dengan adanya ancaman peningkatan sanksi ekonomi politik dari dunia internasional terhadap Burma, dan tawaran dari Suu Kyi untuk melobi dunia internasional agar menurunkan sanksi tersebut.

Pertemuan pertama ini diadakan sehari setelah pengadilan banding Burma menjatuhkan hukuman perpanjangan satu tahun tahanan rumah bagi Suu Kyi.

Aung San Suu Kyi, yang juga merupakan penerima hadia Nobel perdamaian tahun 1991. Memenangkan pemilihan umum demokratis di Burma tahun 1990 yang tidak diakui oleh Junta militer yang berkuasa, sejak itu hingga kini ia terus menerus dalam status sebagai tahanan politik, ditahan di penjara selama 8 tahun, dan dalam tahanan rumah selama 14 tahun terakhir.

VOANEWS l WAHYUANA


Berita terkait

Ular Piton Betina Terbesar Ditemukan di Florida Amerika

9 April 2019

Ular Piton Betina Terbesar Ditemukan di Florida Amerika

Ular piton betina ini memiliki panjang lebih dari lima meter dengan bobot lebih dari 63 kilogram di temukan di Florida, Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Hentikan Ujaran Kebencian, Facebook Hapus Fitur Bahasa Burma

8 September 2018

Hentikan Ujaran Kebencian, Facebook Hapus Fitur Bahasa Burma

Facebook menghapus fitur terjemahan bahasa Burma untuk mengatasi ujaran kebencian terhadap suku Rohingya di Myanmar

Baca Selengkapnya

16 Koran Non-Pemerintah Akan Beredar di Burma

2 April 2013

16 Koran Non-Pemerintah Akan Beredar di Burma

Pada 1964, sejumlah media massa swasta, berbahasa Inggris atau lokal, ditutup paksa oleh militer.

Baca Selengkapnya

PMI-OKI Gagas Bantuan untuk Rohingya  

3 Desember 2012

PMI-OKI Gagas Bantuan untuk Rohingya  

Menurut Kalla, bantuan PMI-OKI untuk warga Rohingya bisa bermacam-macam sesuai kebutuhan.

Baca Selengkapnya

Singgah ke Amerika, Suu Kyi Ceramah di Universitas  

17 September 2012

Singgah ke Amerika, Suu Kyi Ceramah di Universitas  

Aung San Suu Kyi akan jadi pembicara di Universitas Yale dan Louisville. Kunjungannya ke Amerika untuk menjelaskan kondisi politik Burma.

Baca Selengkapnya

Era Sensor Media di Burma Berakhir

20 Agustus 2012

Era Sensor Media di Burma Berakhir

Pemerintah Myanmar menghapus penyensoran atas media. Apa komentar pekerja media?

Baca Selengkapnya

Bantu Rohingya, PMI Berangkat ke Myanmar

18 Agustus 2012

Bantu Rohingya, PMI Berangkat ke Myanmar

PMI juga akan mengajak palang merah dari negara-negara Islam ke Myanmar.

Baca Selengkapnya

Menlu: Indonesia Punya Pengalaman Soal Rohingya  

18 Agustus 2012

Menlu: Indonesia Punya Pengalaman Soal Rohingya  

Indonesia memahami kesulitan Myanmar menyelesaikan konflik Rohingya.

Baca Selengkapnya

Asean Siap Bantu Myanmar Soal Rohingya  

18 Agustus 2012

Asean Siap Bantu Myanmar Soal Rohingya  

Selama ini, warga Rohingya yang minoritas memang kerap jadi korban perlakuan diskriminatif.

Baca Selengkapnya

KTT OKI Diminta Cari Solusi untuk Rohingya  

29 Juli 2012

KTT OKI Diminta Cari Solusi untuk Rohingya  

Desakan ini datang dari Tunisia dan didukung sejumlah negara Arab.

Baca Selengkapnya