Tujuh Negara Tentang Larangan Operasi UNRWA di Israel
Editor
Ida Rosdalina
Senin, 28 Oktober 2024 01:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Perwakilan Inggris untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyatakan keprihatinannya mengenai parlemen Israel (Knesset) yang "mempertimbangkan legislasi yang melarang kontak antara pemerintah Israel dan UNRWA".
Pada awal Oktober, sebuah komite parlemen Israel menyetujui sebuah rancangan undang-undang yang akan melarang Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) untuk beroperasi di wilayah Israel dan mengakhiri semua kontak antara pemerintah dan badan PBB tersebut. Rancangan undang-undang ini masih membutuhkan persetujuan akhir dari Knesset.
Dalam sebuah tulisan di X, Duta Besar Barbara Woodward mengatakan: "Tanpa UNRWA, bantuan penyelamatan nyawa bagi para pengungsi Palestina akan sangat terhambat, bahkan tidak mungkin dilakukan."
"Kami mendesak pemerintah Israel untuk menjaga agar kemampuan UNRWA untuk bekerja tidak terganggu."
Selain Inggris, enam negara lainnya telah menyuarakan keprihatinan mereka mengenai rancangan undang-undang yang saat ini sedang dipertimbangkan oleh Knesset Israel yang berusaha untuk melarang kegiatan UNRWA di dalam wilayah Israel.
Hal ini diungkapkan dalam sebuah pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Inggris pada Minggu, 27 Oktober 2024.
"Kami, Menteri Luar Negeri Kanada, Australia, Prancis, Jerman, Jepang, Republik Korea, dan Inggris, menyatakan keprihatinan kami yang mendalam atas legislasi yang saat ini sedang dipertimbangkan oleh Knesset Israel, yang bertujuan untuk mencabut hak-hak istimewa dan kekebalan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA), melarang kontak apa pun antara badan-badan negara Israel, para pejabat, dan UNRWA, serta melarang kehadiran UNRWA di Israel," demikian bunyi pernyataan tersebut.
Para menteri luar negeri memperingatkan bahwa ketiadaan operasi UNRWA akan secara signifikan mengganggu bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza dan Tepi Barat.
"Kami mendesak Pemerintah Israel untuk mematuhi kewajiban internasionalnya, menjaga hak-hak istimewa dan kekebalan UNRWA agar tidak tersentuh, dan memenuhi tanggung jawabnya untuk memfasilitasi bantuan kemanusiaan secara penuh, cepat, aman, dan tanpa hambatan dalam segala bentuk serta penyediaan layanan dasar yang sangat dibutuhkan oleh penduduk sipil," kata pernyataan itu.
<!--more-->
Operasi UNRWA mendekati titik puncak
Awal bulan ini, kepala badan bantuan PBB untuk Palestina menyatakan pada Rabu bahwa operasinya di Jalur Gaza mendekati titik puncak karena kondisi yang semakin menantang.
Kepala UNRWA, Philippe Lazzarini, mengatakan kepada para wartawan dalam sebuah konferensi pers di Berlin, "Saya tidak akan menyembunyikan fakta bahwa kami mungkin akan mencapai titik di mana kami tidak akan dapat beroperasi lagi", dan menambahkan, "Kami sudah sangat dekat dengan titik puncak yang mungkin terjadi. Kapan itu akan terjadi? Saya tidak tahu. Tapi kami sudah sangat dekat dengan itu."
Dia mencatat bahwa badan tersebut dihadapkan dengan segudang ancaman keuangan dan politik yang membahayakan kelangsungan hidupnya, di samping tantangan dalam operasi sehari-hari, karena kebutuhan akan bantuan semakin mendesak karena risiko penyakit dan kelaparan.
Lazzarini memperingatkan bahwa dengan semakin dekatnya musim dingin, risiko kelaparan atau malnutrisi akut semakin besar, terutama karena sistem kekebalan tubuh masyarakat yang semakin melemah.
Militer Israel mengatakan mereka telah membunuh seorang komandan Hamas yang ikut serta dalam serangan 7 Oktober 2023 dan yang juga bekerja untuk badan bantuan PBB tersebut di Jalur Gaza
Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) telah dituduh oleh Israel karena memiliki banyak pegawai yang merangkap sebagai anggota Hamas dan kelompok bersenjata lainnya. PBB mengatakan pada bulan Agustus bahwa sembilan staf UNRWA kemungkinan terlibat dalam serangan 7 Oktober dan memecat mereka.
Tidak ada komentar segera dari UNRWA mengenai tuduhan terbaru Israel tersebut. Secara terpisah, badan tersebut pada Rabu telah mengatakan bahwa salah satu anggota stafnya tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza tengah.
Militer Israel mengatakan bahwa Mohammad Abu Itiwi terbunuh pada Rabu. Mereka mengatakan bahwa ia adalah seorang komandan Hamas dan telah terlibat dalam pembunuhan dan penculikan warga sipil Israel. Mereka juga mengatakan bahwa dia telah dipekerjakan oleh UNRWA sejak Juli 2022 dan namanya muncul dalam daftar karyawan badan tersebut.
UNRWA menyediakan pendidikan, kesehatan, dan bantuan bagi jutaan warga Palestina di Gaza, Tepi Barat, Yordania, Lebanon, dan Suriah. Badan ini telah lama memiliki hubungan yang tegang dengan Israel, namun hubungan tersebut telah memburuk dengan tajam sejak dimulainya perang di Gaza dan Israel telah berulang kali menyerukan agar UNRWA dibubarkan.
AL MAYADEEN | REUTERS | AL JAZEERA
Pilihan Editor: Kecaman dan Seruan Menahan Diri: Reaksi Dunia terhadap Serangan Israel atas Iran