Netanyahu: Telepon dari Macron hingga Menolak Gencatan Senjata
Reporter
Haura Hamidah
Editor
Bram Setiawan
Selasa, 22 Oktober 2024 11:19 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Israel menggempur Beirut Selatan yang diklaim sebagai gudang senjata Hizbullah pada Sabtu, 19 Oktober 2024. Serangan itu merupakan aksi balasan dari Israel setelah pesawat tak berawak atau drone menarget rumah liburan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Netanyahu tidak berada di rumah tersebut pada saat serangan terjadi. Tidak ada memerinci kerusakan akibat serangan drone. Netanyahu menuding serangan itu sebagai upaya pembunuhan oleh kelompok yang didukung Iran, Hizbullah.
1. Peluang Fase Negosiasi
Gugurnya pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, pekan lalu dilihat sebagai peluang memulai fase negosiasi baru untuk terwujudnya gencatan senjata di Gaza, menurut Presiden Prancis Emmanuel Macron, dalam pembicaraan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin, 21 Oktober 2024.
Dikutip dari Antara, Macron, mendesak Netanyahu untuk melindungi infrastruktur sipil di Lebanon dan memprioritaskan keselamatan warga sipil sambil mengupayakan gencatan senjata. Ia mengecam serangan Israel terhadap UNIFIL, misi penjaga perdamaian PBB di Lebanon, yang melukai beberapa penjaga perdamaian dalam beberapa pekan belakangan.
2. Menentang Usulan Gencatan
Netanyahu mengatakan kepada Emmanuel Macron lewat panggilan telepon, bahwa Israel menentang gencatan senjata sepihak di Lebanon. Menurut Netanyahu, is menentang upaya penyelesaian lain yang tidak akan mengubah situasi keamanan di Lebanon.
"Perdana Menteri mengatakan kepada Presiden Macron bahwa dia menentang gencatan senjata sepihak, yang tidak akan mengubah situasi keamanan di Lebanon dan akan mengembalikan negara itu ke keadaan sebelumnya," pernyataan dari kantor Netanyahu.
Kementerian Luar Negeri Prancis pada 9 Oktober mengumumkan bahwa Macron akan menggelar konferensi internasional tentang konflik di Lebanon pada 24 Oktober 2024.
Konferensi itu akan mempertemukan negara-negara mitra Lebanon, PBB, Uni Eropa, organisasi-organisasi internasional dan regional, serta masyarakat sipil untuk menghimpun dukungan dan bantuan bagi Lebanon.
3. UNIFIL
Netanyahu sebelumnya mendesak PBB untuk menjauhkan pasukan UNIFIL dari bahaya, Jean-Pierre Lacroix, selaku under-secretary general PBB untuk operasi perdamaian, pada Senin, 14 Oktober 2024. Ia mengatakan bahwa pasukan penjaga perdamaian PBB akan tetap berada di semua pos mereka di Lebanon.
Juru Bicara (Jubir) UNIFIL, Andrea Tenenti, menyampaikan kepada Xinhua, bahwa UNIFIL melakukan kontak secara rutin dengan otoritas Lebanon dan Israel, serta negara-negara penyumbang pasukan. "Situasinya sulit, tetapi negara-negara yang mengirimkan pasukan penjaga perdamaian ke UNIFIL memahami bahwa tugas misi ini sekarang lebih penting dari sebelumnya," katanya, pada Jumat, 18 Oktober 2024.
IDA ROSDALINA | DEW RINA CAHYANI | ANTARA
Pilihan Editor: Media: Drone Hizbullah Membuat Angkatan Udara Israel Tetap Waspada