Pilot Israel yang Tewaskan Hassan Nasrallah Takut Dituntut Kejahatan Perang

Reporter

Tempo.co

Sabtu, 5 Oktober 2024 14:19 WIB

Sebuah pesawat tempur F-35 Israel terlihat di langit perbatasan Israel dengan Lebanon, di Israel utara, 9 Oktober 2023. REUTERS/Ammar Awad/File Foto

TEMPO.CO, Jakarta - Pilot di skuadron Israel yang melakukan serangan udara Beirut yang menewaskan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah khawatir bila reformasi peradilan dapat menyebabkan personel militer dituntut atas kejahatan perang. Serangan udara besar-besaran pada Jumat lalu, yang menurut Israel menargetkan markas bawah tanah Hizbullah, menghancurkan empat bangunan tempat tinggal di pinggiran selatan ibu kota Lebanon, Dariyeh.

Dengan reformasi peradilan yang sedang diusulkan, pilot di Skuadron ke-69 sebelumnya memainkan peran kunci dalam protes terhadap pemerintah Israel pada Maret tahun lalu, dapat membuat personel militer menghadapi tuntutan di Mahkamah Kriminal Internasional. Sebanyak 37 dari 40 pilot cadangan skuadron mengatakan saat itu bahwa mereka tidak akan mengambil bagian dalam latihan

Prajurit cadangan senior menyatakan kekhawatiran bahwa reformasi hukum tersebut, dapat menyebabkan personel militer tunduk pada penyelidikan dan penuntutan atas kejahatan perang oleh Mahkamah Internasional atau ICC.

Protes yang diajukan para pilot tersebut menuai kecaman dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. “Penolakan untuk mengabdi mengancam fondasi keberadaan kami, karenanya hal itu tidak boleh mendapat tempat di jajaran kami.”

Menteri Pertahanan Yoav Gallant juga mengkritik para pilot tersebut. Adapun media Israel melaporkan bahwa kepala staf Israel, Letnan Jenderal Herzl Halevi, secara pribadi telah memberi tahu Netanyahu bahwa bahkan diskusi mengenai penolakan untuk bertugas dapat membahayakan kapasitas operasional militer.

Advertising
Advertising

Setelah pertemuan dengan komandan skuadron dan pejabat angkatan udara, para prajurit cadangan mengatakan mereka akan menghadiri latihan. "Kami memiliki kepercayaan penuh kepada komandan kami. Kami akan terus melayani Negara Yahudi dan demokratis Israel selama diperlukan," kata mereka dalam sebuah pernyataan.

Mengomentari pada hari Senin, Brigadir Jenderal Amichai Levine, komandan pangkalan udara Hatzerim, mengatakan bahwa sekitar setengah dari pilot yang ikut dalam serangan yang menewaskan Hassan Nasrallah adalah prajurit cadangan.

"Tidak seorang pun di Israel boleh meragukan kecintaan mereka terhadap negara ini, kesediaan mereka untuk mengorbankan nyawa, dan bahkan mempertaruhkan nyawa mereka untuk misi jarak dekat maupun jauh," ujarnya.

Levine mengatakan skuadron itu terus beroperasi secara intensif dan signifikan di Gaza. Serangan Israel awal pekan ini menghantam gedung sekolah dan panti asuhan yang menampung orang-orang terlantar, menurut kementerian kesehatan Palestina.

“Selama 11 bulan, mereka bersiaga, terbang sepanjang waktu, dan mereka akan terus bersiaga selama perang berlangsung,” kata Levine.

Lebih dari 1.000 orang telah tewas, menurut kementerian kesehatan Lebanon, sejak Israel meningkatkan serangan udara awal bulan ini. Selain korban tewas, lebih dari 1,2 juta orang yang merupakan seperempat dari populasi, telah mengungsi, menurut Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati.

MIDDLE EAST EYE

Pilihan editor: Kim Jong Un Ancam Gunakan Senjata Nuklir Jika Negaranya Diserang

Berita terkait

Dua Tentara Israel Lagi-lagi Tewas Dihantam Drone dari Irak

58 menit lalu

Dua Tentara Israel Lagi-lagi Tewas Dihantam Drone dari Irak

Tentara israel kembali tumbang saat dihantam serangan dari Irak. Sebelumnya 8 tentara Israel tewas melawan Hizbullah.

Baca Selengkapnya

Militer Israel Bunuh Komandan Perang Sayap Bersenjata Hamas

8 jam lalu

Militer Israel Bunuh Komandan Perang Sayap Bersenjata Hamas

Militer Israel mengklaim telah membunuh salah satu komandan Brigade Al Qassam yang merupakan sayap bersenjata Hamas.

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Sarankan WNI di Lebanon Ikut Evakuasi Selagi Masih Ada Kesempatan

9 jam lalu

Kementerian Luar Negeri Sarankan WNI di Lebanon Ikut Evakuasi Selagi Masih Ada Kesempatan

Kementerian Luar Negeri meminta WNI di Lebanon agar tidak menunda evakuasi selagi masih ada kesempatan.

Baca Selengkapnya

Peran Besar Amerika Dalam Penggunaan Iron Dome

10 jam lalu

Peran Besar Amerika Dalam Penggunaan Iron Dome

Dalam pembangunan Iron Dome, Israel mendapat banyak bantuan Amerika

Baca Selengkapnya

Dokter Lintas Batas Ajukan 7 Tuntutan pada Israel dan Amerika Serikat

12 jam lalu

Dokter Lintas Batas Ajukan 7 Tuntutan pada Israel dan Amerika Serikat

Dokter Lintas Batas prihatin selama satu tahun, sekutu Israel terus memberikan dukungan militer, sementara anak-anak di Gaza dibunuh secara massal

Baca Selengkapnya

Ketika Krisis Gaza Meluas ke Lebanon, di Mana Pemimpin Hamas Yahya Sinwar?

14 jam lalu

Ketika Krisis Gaza Meluas ke Lebanon, di Mana Pemimpin Hamas Yahya Sinwar?

Israel masih belum mampu melacak keberadaan Yahya Sinwar setelah setahun berperang.

Baca Selengkapnya

Israel Diserang Rentetan Rudal Hizbullah, Netanyahu Segera Berlindung

16 jam lalu

Israel Diserang Rentetan Rudal Hizbullah, Netanyahu Segera Berlindung

Hizbullah memperluas wilayah operasinya dengan memasukkan permukiman baru, di antaranya Qisarya yang diduduki tempat Netanyahu tinggal.

Baca Selengkapnya

Menelisik 2 Ledakan Dekat Kedubes Israel di Denmark, Apa Hasil Penyelidikan Aparat?

22 jam lalu

Menelisik 2 Ledakan Dekat Kedubes Israel di Denmark, Apa Hasil Penyelidikan Aparat?

Dua ledakan diduga bom terjadi di Kedutaan Besar Israel di Kopenhagen, Denmark. Upaya penyelidikan masih berlangsung hingga akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Nasib WNI di Lebanon: Evakuasi di Tengah Bentrok Israel vs Hizbullah

23 jam lalu

Nasib WNI di Lebanon: Evakuasi di Tengah Bentrok Israel vs Hizbullah

Sebanyak 25 WNI yang tinggal di Lebanon telah dievakuasi dan berada di tempat yang aman. Evakuasi WNI selanjutnya sedang direncanakan.

Baca Selengkapnya

Khotbah Jumat Ali Khamenei: Serangan Rudal Iran terhadap Israel 'Legal' dan 'Sah'

23 jam lalu

Khotbah Jumat Ali Khamenei: Serangan Rudal Iran terhadap Israel 'Legal' dan 'Sah'

Di tengah-tengah kabar ia disembunyikan, pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei muncul dalam khotbah Jumat di Teheran.

Baca Selengkapnya