Profil Anura Kumara Dissanayake, Presiden Terpilih Sri Lanka tanpa Dinasti Politik
Editor
Ida Rosdalina
Senin, 23 September 2024 10:20 WIB
Apa yang dijanjikannya?
Dissanayake mencalonkan diri sebagai kandidat dari aliansi Kekuatan Rakyat Nasional (NPP), yang mencakup JVP yang secara tradisional memperjuangkan kebijakan ekonomi Marxis yang berpusat pada proteksionisme dan intervensi negara.
Dalam beberapa tahun terakhir, partai ini telah mengambil posisi yang lebih sentris.
Dissanayake menarik banyak orang pada rapat umum pemilu, menyerukan kepada rakyat Sri Lanka untuk meninggalkan penderitaan akibat krisis ekonomi yang mendalam.
"Pemungutan suara ini menentang korupsi dan salah urus. Orang-orang melihat transparansi dan efisiensi dalam dirinya dalam hal pemerintahan," kata Thirangana Weerasinghe, 28 tahun, seorang pengusaha.
Dissanayake, yang merupakan seorang lulusan ilmu fisika, menampilkan dirinya selama kampanye sebagai kandidat perubahan, berjanji untuk membubarkan parlemen dalam waktu sekitar 45 hari setelah berkuasa dan mencari mandat baru dalam pemilihan umum untuk kebijakannya.
"Kita mungkin akan melihat pemilihan umum lagi dalam beberapa bulan ke depan," kata Bhavani Fonseka, peneliti senior di Pusat Alternatif Kebijakan Kolombo.
"Kita harus melihat apakah ia memutuskan untuk tetap dengan perdana menteri dan kabinet ini, menunjuk perdana menteri sendiri atau pemerintahan sementara."
Rencana-rencana manifesto Dissanayake, yang mencakup penyusunan ulang program restrukturisasi utang yang merupakan inti dari dana talangan Dana Moneter Internasional (IMF) sebesar $2,9 miliar dan janji untuk memangkas pajak yang akan berdampak pada target-target fiskal, telah menimbulkan kekhawatiran di antara para investor dan para pelaku pasar mengenai kebijakan-kebijakan ekonominya.
Namun selama pidato-pidato kampanye ia mengambil pendekatan yang lebih lunak, dengan mengatakan bahwa setiap perubahan akan dilakukan melalui konsultasi dengan IMF dan bahwa ia berkomitmen untuk memastikan pembayaran hutang.
JVP pimpinan Dissanayake melakukan dua pemberontakan yang gagal - pada tahun 1971 dan 1988 - terhadap pemerintah terpilih yang menyebabkan kematian ribuan orang ketika pasukan keamanan menumpas pemberontakan.
Partai ini sejak saat itu telah merangkul politik arus utama dan Dissanayake, yang bukan seorang pemimpin pada saat itu, tidak mengomentari pemberontakan-pemberontakan tersebut dalam beberapa tahun terakhir.
REUTERS | TIMES OF INDIA | HINDUSTAN TIMES
Pilihan Editor: Top 3 Dunia: Tentara Israel Serbu Al Jazeera, Serangan Balasan Hizbullah