Israel Bertekad Terus Lanjutkan Serangan terhadap Hizbullah
Editor
Ida Rosdalina
Selasa, 24 September 2024 00:24 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan pada Minggu, 22 September 2024, bahwa serangan terhadap kelompok Hizbullah Lebanon akan terus berlanjut hingga warga Israel yang mengungsi dari Israel utara kembali ke rumah mereka.
"Hizbullah mulai merasakan kekuatan tentara Israel, dan sudah ada perasaan kuat bahwa mereka sedang diburu," kata Gallant dalam sebuah inspeksi di sebuah pangkalan Angkatan Udara di Israel utara.
"Operasi militer akan terus berlanjut hingga penduduk Israel utara dapat kembali ke rumah dengan aman," katanya. "Ini adalah tujuannya, dan kami akan melakukan semua yang diperlukan untuk mencapainya."
Menteri Luar Negeri Israel Katz juga bersumpah untuk mendorong Hizbullah keluar dari wilayah perbatasan di utara Sungai Litani.
"Saya telah menghubungi puluhan menteri luar negeri dan menginstruksikan semua kedutaan besar Israel di seluruh dunia untuk menyampaikan pesan yang jelas: Israel akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk melindungi warganya dari Hizbullah," kata Katz dalam sebuah pernyataan.
"Jika dunia tidak bertindak untuk menyingkirkan Hizbullah dari bagian utara Litani, maka Israel yang akan melakukannya," tambahnya.
Dalam komentar pertamanya setelah serangan Israel di pinggiran selatan Beirut, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan: "Kami baru saja memulai... dan kami akan bekerja untuk mengubah Timur Tengah," demikian menurut Al-Qahera News.
Komentarnya itu muncul setelah tentara pendudukan Israel mengkonfirmasikan mereka telah melakukan serangan yang tepat di Beirut yang membunuh Ibrahim Aqil, kepala divisi operasi Hizbullah.
Tentara Israel menambahkan bahwa penyerbuan tersebut menyebabkan terbunuhnya sejumlah pemimpin divisi operasi di unit Radwan, termasuk mereka yang menyiapkan rencana untuk menyerbu Galilea.
Mereka melanjutkan bahwa Aqil dan para pemimpin yang ditargetkan termasuk di antara mereka yang berencana menyerbu Galilea dengan cara yang mirip dengan peristiwa 7 Oktober di Gaza.
Pada 11 Agustus 2006, Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat mengadopsi Resolusi 1701, yang menyerukan penghentian total permusuhan antara Lebanon dan Israel.
Resolusi PBB tersebut menyerukan agar Israel mundur ke belakang Garis Biru (perbatasan antara Lebanon selatan dan Israel) dan melucuti senjata di wilayah antara garis tersebut dan Sungai Litani di Lebanon, sehingga hanya tentara Lebanon dan Pasukan Sementara PBB di Lebanon yang boleh memiliki senjata dan peralatan militer di wilayah tersebut.
Ketegangan meningkat antara Hizbullah dan Israel menyusul serangan udara mematikan pada hari Jumat yang menewaskan sedikitnya 45 orang, termasuk anak-anak dan wanita, dan melukai puluhan orang di pinggiran selatan Beirut.
Hizbullah juga mengkonfirmasi bahwa setidaknya 16 anggotanya, termasuk pemimpin senior Ibrahim Aqil dan komandan tertinggi Ahmed Wahbi, tewas dalam serangan Israel.
Serangan tersebut terjadi dua hari setelah sedikitnya 37 orang tewas dan lebih dari 3.000 orang lainnya terluka dalam dua gelombang ledakan perangkat komunikasi nirkabel di seluruh Lebanon.
Pemerintah Lebanon dan Hizbullah menyalahkan Israel atas ledakan-ledakan tersebut, namun Tel Aviv tidak membantah atau mengkonfirmasi keterlibatannya.
Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam perang lintas batas sejak dimulainya perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 41.400 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menyusul serangan lintas batas oleh Hamas pada tanggal 7 Oktober tahun lalu.
ANADOLU | MIDDLE EAST MONITOR
Pilihan Editor: Hizbullah Balas Gempur Israel, Hujani Pangkalan Udara dengan Puluhan Roket