Dubes Ajak Dunia Bersolidaritas untuk Ribuan Tahanan Palestina di Penjara Israel
Reporter
Nabiila Azzahra
Editor
Dewi Rina Cahyani
Selasa, 6 Agustus 2024 20:02 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Al-Shun mengajak komunitas internasional untuk bersolidaritas dengan ribuan warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel. Perwakilan RI dan warga Palestina yang menetap di Indonesia berkumpul di gedung Kedutaan Besar Palestina di Jakarta Pusat pada Selasa, 6 Agustus 2024 untuk menunjukkan solidaritas mereka.
Direktur Timur Tengah di Kementerian Luar Negeri RI, Ahrul Tsani Fathurrahman, berbicara singkat untuk menyampaikan dukungan Indonesia.
“Atas nama Kementerian Luar Negeri, saya ingin menyampaikan rasa solidaritas kepada perjuangan saudara kita di Palestina, khususnya mereka yang memang saat ini menjadi tahanan,” ujarnya. “Kita semua berharap mudah-mudahan para tahanan dapat segera mendapatkan kebebasan dan dapat hidup dengan mulia di tanah mereka, tanah Palestina.”
Al-Shun mengatakan, hari ini dunia harus mengingat pelanggaran dan kejahatan yang telah dilakukan Israel terhadap tahanan Palestina. Ia juga menyerukan komunitas internasional untuk bertindak terhadap serangan Israel yang masih berlangsung di Jalur Gaza, yang telah menewaskan sedikitnya 39.653 orang.
“Kami menyerukan kepada masyarakat internasional hari ini untuk menunjukkan solidaritas penuh dengan tahanan Palestina di penjara pendudukan (Israel) dan untuk menegakkan prinsip hak atas kebebasan dan penentuan nasib sendiri,” kata Al-Shun.
Seruan itu datang tiga hari setelah lembaga hak-hak tahanan dan warga Palestina di seluruh dunia menyatakan solidaritas dengan tahanan Palestina.
Ahad, 3 Agustus 2024 telah dinyatakan sebagai hari ketika para aktivis hak tahanan dan warga Palestina “menyoroti kejahatan Israel dan pelanggaran hak-hak tahanan Palestina”, serta “genosida” Israel yang terus berlanjut di Gaza, menurut Kepala Komisi Urusan Tahanan di Palestina Qadura Fares.
<!--more-->
Dalam sebuah tulisan opini untuk Al Jazeera, Fares mengatakan tahanan Palestina telah menghadapi “kejahatan yang mengerikan” di penjara-penjara Israel sejak 7 Oktober 2023, ketika Hamas menyerbu Israel selatan dan Israel membalasnya dengan pembantaian bertubi-tubi di Gaza.
Sejak saat itu, tentara dan dinas keamanan Israel dikatakan telah meningkatkan jumlah penangkapan warga Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem Timur menjadi 9.800 orang. Dari jumlah tersebut, setidaknya 335 perempuan dan 680 anak-anak telah ditangkap, menurut data pemerintah Otoritas Palestina (PA).
Lebih dari 3.400 orang telah ditempatkan di bawah penahanan administratif, yakni ditahan tanpa batas waktu dan tanpa dakwaan. Di antara mereka, ada 22 perempuan dan 40 anak-anak. “Tidak pernah ada jumlah tahanan administratif setinggi ini sejak 1967,” kata Fares.
Israel juga telah menangkap sejumlah warga Palestina yang tidak diketahui jumlahnya di Jalur Gaza. “Mungkin melebihi ribuan, menurut perkiraan kami yang sederhana,” ujar Fares. Mereka ditahan berdasarkan “Undang-Undang Penahanan Pejuang yang Melanggar Hukum” tahun 2002, yang memungkinkan tentara Israel menahan orang tanpa mengeluarkan perintah penahanan.
Fares mengatakan, penyiksaan dan perlakuan buruk secara sistematis terhadap para tahanan Palestina oleh Israel diprediksi telah mencapai tahap extrajudicial killing atau pembunuhan di luar hukum.
“Warga Palestina yang telah dibebaskan mengatakan apa yang mereka alami lebih mengerikan daripada apa yang mereka dengar terjadi di pusat penahanan Abu Ghraib dan Guantanamo, tempat pasukan Amerika menyiksa dan secara paksa menghilangkan orang Arab dan pria muslim lainnya,” tulis pejabat urusan tahanan itu.
Menurut laporan terbaru oleh harian Haaretz, 48 warga Palestina telah tewas di pusat-pusat penahanan, dan 36 tahanan Gaza juga telah meninggal di kamp Sde Teiman.
NABIILA AZZAHRA A. | AL JAZEERA