Presiden Iran yang Baru Dihadapkan pada Tantangan Ekonomi
Reporter
Tempo.co
Editor
Suci Sekarwati
Rabu, 26 Juni 2024 15:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Para kandidat presiden Iran berjanji akan menghidupkan kembali perekonomian Iran. Warga Iran ada yang pesimis terhadap biaya hidup ke depannya yang tidak akan ringan tanpa dilonggarkannya sanksi dan isolasi internasional.
Kehidupan warga Iran dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari penuh tantangan. Pemerintah Iran sangat takut adanya gelombang unjuk rasa yang bisa meletup sewaktu-waktu karena pendapat warga Iran yang rendah dan kalangan masyarakat berpendapatan menengah yang marah dengan kerasnya pemerintahan Iran.
Pemberlakuan kembali sanksi Amerika Serikat pada 2018 telah memukul sektor ekspor minyak Iran sehingga memangkas revenue Tehran dan memaksa negara itu mengambil langkah-langkah yang tidak populer, seperti menaikkan pajak dan defisit anggaran yang besar-besaran. Segala kebijakan itu telah membuat inflasi di Iran hampir 40 persen.
Kendati Iran berhasil menghindari krisis ekonomi total, ekspor minyak buminya masih di bawah level sebelum 2018. Ekonomi Iran lolos dari krisis ekonomi besar-besaran karena sebagian besar ekspor minyaknya ke Cina dan tingginya harga minyak mentah.
Sebagain besar kandidat presiden Iran pengganti Ebrahim Raisi mengaku akan meniru kebijakan ekonomi Raisi yakni kemandirian ekonomi dan lebih banyak membangun bisnis dengan negara-negara Asia. Ada pula beberapa kandidat presiden yang berkukuh ingin memperluas hubungan dengan dunia internasional, namun belum menawarkan langkah-langkah praktis untuk mengatasi sanksi-sanksi yang dijatuhkan pada Iran. Raisi meninggal dalam sebuah kecelakaan helikopter pada bulan lalu.
Selama tiga tahun Raisi berkuasa, ekonomi Iran telah bangkit dari keterpurukan pada 2018-2019 yang disebabkan penerapan kembali sanksi-sanksi pada 2018. Pertumbuhan ekonomi Iran menyentuh angka tertinggi pada akhir Maret 2024 sebesar 5.7 persen berdasarkan Pusat Data Statistik Iran.
Akan tetapi, sebagian besar ekspansi ini didorong oleh sektor energi, di mana Iran mengalami peningkatan produksi minyak sebesar 70 persen yang sekarang sekitar 3.5 juta barrel per hari. Ekspor minyak Iran kelebihan 1.4 juta barrel per hari dan sebagian besar ekspornya lari ke Cina.
Mohammad Rezvanifar Kepala layanan beacukai Iran mengatakan tanpa hydrocarbons, pertumbuhan ekonomi Iran pada tahun lalu mungkin hanya 3.4 persen dan neraca perdagangannya mungkin defisit sampai USD 16.8 miliar (Rp276 triliun). Sedangkan UNCTAD mengungkap foreign direct investment juga terhenti pada USD1.5 miliar (Rp24 triliun) pada 2022.
Sumber: Reuters
Pilihan editor: Limousine Aurus Oleh-oleh Vladimir Putin untuk Kim Jong Un, Ini Spesifikasinya
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini