Memperingati 'Flag March', Pemukim Israel Serbu Al Quds, Serang Warga Palestina
Editor
Ida Rosdalina
Kamis, 6 Juni 2024 10:18 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan ribu pemukim yang mengibarkan bendera Israel mengadakan pawai tahunan melalui Yerusalem Timur pada Rabu, 5 Juni 2024. Pawai Bendera (Flag March) tersebut digelar untuk menandai perebutan kota itu dalam perang tahun 1967, dalam apa yang digambarkan oleh para pemimpin mereka sebagai pesan yang menantang karena bentrokan dengan musuh saat ini di Gaza dan Lebanon masih terus berlanjut.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, beberapa peserta pawai bentrok dengan warga Palestina di Kota Tua Yerusalem yang bertembok, tempat yang menjadi titik rawan bagi tiga agama besar. Polisi mengatakan 18 orang, di antaranya remaja, ditangkap, termasuk karena menyerang seorang wartawan.
Kali ini, ketegangan semakin diperparah oleh perang yang telah berlangsung selama hampir delapan bulan melawan Hamas Palestina di Gaza, dan pertempuran sengit dengan Hizbullah di Lebanon - di antara kelompok-kelompok bersenjata regional yang didukung oleh musuh bebuyutan Israel, Iran.
Israel menganggap seluruh Yerusalem sebagai ibu kotanya yang tak terpisahkan, berdasarkan akar Yahudi kuno di kota itu, namun kedaulatan tersebut belum diakui secara luas di luar negeri. Warga Palestina menginginkan bagian timur Yerusalem sebagai ibu kota negara masa depan yang mereka harapkan.
"Kami adalah bangsa kuno, bangsa pejuang pemberani, kami berdiri sebagai satu kesatuan dan mempertahankan diri," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kepada kabinetnya, mengacu pada perang 1967 melawan beberapa tentara Arab.
"Kita melakukan hal yang sama hari ini melawan Hamas di selatan, Hizbullah di utara dan Iran di timur."
Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel, Itamar Ben-Gvir, yang menyerukan agar larangan shalat bagi umat Yahudi dicabut, menggambarkan pawai tersebut sebagai aksi bela diri.
"Saya mengatakan kepada Hamas, bahwa Yerusalem, Gerbang Damaskus (di Kota Tua) dan masjid Al Aqsa adalah milik kami," katanya. "Kami tidak akan menyerah sampai menang. Kami tidak akan berhenti. Kami harus menang."
Dengan perlindungan polisi penjajah Israel, para pemukim Israel menyerbu Kota Tua Al Quds yang diduduki dari daerah Bab al-Amoud.
Warga Palestina yang menghadapi serangan di berbagai lingkungan di Kota Tua saat ini menyaksikan provokasi oleh para pemukim Israel, yang sebagian besar bersenjata.
Para pemukim menyerang para jurnalis dan warga Palestina di Bab al-Amoud, memaksa para jurnalis untuk meninggalkan daerah tersebut. Selain itu, para pemukim melontarkan hinaan terhadap Islam dan Arab.
<!--more-->
3.000 polisi Israel Melindungi Pemukim
Koresponden Al Mayadeen di Palestina yang diduduki menyoroti bahwa lebih dari 1.200 pemukim Israel menyerbu halaman Masjid Al Aqsa di Al Quds yang terjajah. Para pemukim menyerang warga Palestina dan pemilik toko selama penyerbuan mereka ke Kota Tua. Dia mengatakan bahwa lebih dari 3.000 petugas polisi dikerahkan untuk melindungi serbuan pemukim.
Pasukan pendudukan Israel memaksa pemilik toko di Kota Tua untuk menutup toko mereka, memasang penghalang besi, mengerahkan unit kavaleri, dan bahkan memanggil kendaraan air limbah, yang secara efektif mengubah Bab al-Amoud menjadi barak militer tempat warga Palestina ditekan dan ditahan.
Hamas mengutuk apa yang disebutnya sebagai "otorisasi pemerintah fasis Israel" terhadap para pemukim untuk melakukan apa yang disebut "Pawai Bendera" di jalan-jalan al-Quds yang diduduki di bawah perlindungan penuh polisi pendudukan.
Gerakan ini menganggap bahwa hal ini menegaskan "kesombongan pemerintah fasis dan kebijakan pendudukan yang bertujuan untuk Yahudisasi tempat-tempat suci" dan melanggar sentimen ratusan juta Muslim di seluruh dunia.
Otoritas Islam di al Quds yang diduduki juga mengutuk serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh pemukim Israel terhadap Masjid al Aqsa yang suci sementara pasukan pendudukan Israel terus memberlakukan "penjagaan keamanan yang ketat yang mencegah ribuan jemaah mencapai Masjid."
Dalam sebuah pernyataan, pihak berwenang memperingatkan "konsekuensi serius dari meningkatnya pelanggaran" terhadap Masjid Al Aqsa yang diberkahi, menunjuk pada serangkaian serangan dan serbuan terus menerus yang dapat "berpotensi membawa seluruh dunia ke dalam perang agama yang tidak menyenangkan."
Pernyataan tersebut mengecam berkumpulnya pemukim Israel di gerbang Masjid al Aqsa, serangan mereka terhadap warga Palestina di dekatnya dan rumah-rumah mereka di bawah perlindungan polisi Israel, serta tarian dan pelemparan terhadap kuburan Muslim di pemakaman Bab al-Rahma dalam sebuah "adegan histeris tanpa rasa malu."
Otoritas Islam mengatakan bahwa pelanggaran-pelanggaran ini menggarisbawahi "provokasi kekerasan dan krisis yang disengaja oleh penjajah Israel" dan "pengabaiannya terhadap sentimen umat Islam" yang terus berlanjut dengan mencegah mereka melindungi tempat-tempat suci mereka.
Pernyataan tersebut memperingatkan bahwa pelanggaran Israel "mengacaukan status quo historis, hukum, dan agama di Masjid Al Aqsa yang diberkati." Situasi ini, otoritas Islam menekankan, "mengharuskan kita untuk membunyikan alarm" dan menggalang umat Islam untuk memenuhi kewajiban mereka terhadap kiblat pertama mereka.
REUTERS |AL MAYADEEN
Pilihan Editor: Balita di Gaza Setidaknya 1 dari 3 Hari tanpa Makanan