Rusia Sambut Baik Kabar Turki Tertarik Bergabung BRICS
Reporter
Nabiila Azzahra
Editor
Suci Sekarwati
Rabu, 5 Juni 2024 09:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Rusia menyambut baik kabar Turki tertarik bergabung dalam kelompok negara BRICS. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Selasa, 4 Juni 2024, mengatakan topik keanggotaan Turki akan menjadi agenda pertemuan puncak BRICS berikutnya, yang dipimpin oleh Rusia.
“Kami, tentu saja, menyambut baik peningkatan minat negara-negara tetangga kami terhadap BRICS, termasuk mitra penting seperti Turkiye,” kata Peskov kepada wartawan dalam konferensi pers di Moskow, dikutip oleh kantor berita Anadolu.
Peskov mengatakan ada peningkatan minat terhadap BRICS, namun tidak mungkin mereka sepenuhnya memuaskan keinginan negara-negara tersebut. BRICS merupakan sebuah organisasi antarpemerintah yang awalnya terdiri dari Brazil, Rusia, India dan Cina, diikuti Afrika Selatan setahun setelah konferensi tingkat tinggi (KTT) pertamanya pada 2009. Negara-negara lain yang baru-baru ini telah bergabung dengan BRICS adalah Etiopia, Iran, Mesir dan Uni Emirat Arab (UEA).
“Tetapi BRICS tertarik untuk mempertahankan kontak dengan semua negara yang berkepentingan. Untuk tujuan ini, berbagai format untuk memelihara kontak kini sedang dipikirkan. Ini adalah proses yang diperpanjang seiring berjalannya waktu. Namun kami menyambut baik minat yang begitu besar,” ujar Peskov.
Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan berkunjung ke Beijing, Cina pada Senin, 3 Juni 2024 untuk berbicara dengan timpalannya yakni Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi dan pejabat-pejabat lainnya. Lawatan tersebut merupakan kunjungan tingkat tertinggi oleh seorang pejabat Turki ke Cina sejak 2012. Ketika ditanya apakah Turki ingin bergabung dengan BRICS dalam pembicaraan di Pusat Cina dan Globalisasi, Fidan menjawab, “Tentu saja kami ingin bergabung, mengapa tidak?” Namun, menlu tersebut tidak menjelaskan lebih lanjut.
Fidan mengatakan ia akan menghadiri pertemuan para menlu BRICS di kota Nizhny Novgorod, Rusia pada 10 – 11 Juni 2024. Turki yang merupakan anggota NATO telah mendapat kecaman dari sekutu-sekutunya di Barat dalam beberapa tahun terakhir karena hubungannya dengan Rusia, dan beberapa pihak mengatakan bahwa “porosnya” telah bergeser dari aliansi militer Barat. Ankara menolak penilaian tersebut, dengan mengatakan pihaknya tetap menjadi anggota aliansi yang berkomitmen dan mempertahankan tujuannya untuk menjadi anggota penuh Uni Eropa (UE).
ANADOLU | REUTERS
Pilihan editor: Mahmoud Ahmadinejad Siap Maju Kembali sebagai Capres Iran, Ini Profil Eks Presiden Iran 2005-2013
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini