Puji Mahasiswa Pro-Palestina di AS, Pemimpin Iran: Kalian Berada di Sisi yang Benar dalam Sejarah
Reporter
Nabiila Azzahra
Editor
Sita Planasari
Jumat, 31 Mei 2024 14:52 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memuji mahasiswa di Amerika Serikat yang menggelar protes di universitas masing-masing untuk mendukung Palestina dan mengecam serangan Israel di Gaza.
Dalam surat yang dipublikasikan di situs webnya pada Kamis, 30 Mei 2024, Khamenei mengatakan para mahasiswa tersebut “berdiri di sisi yang benar dari sejarah”.
“Ini adalah pesan simpati dan solidaritas kami dengan kalian. Kalian saat ini berdiri di sisi yang benar dari sejarah yang sedang berlangsung,” kata dia.
Khamenei mengatakan para mahasiswa tersebut telah “menjadi bagian dari front perlawanan” di bawah “tekanan brutal” pemerintah AS yang membela Israel. “Kalian telah memulai sebuah perjuangan yang terhormat,” tulisnya.
Gelombang protes pro-Palestina mulai menyebar di seluruh kampus AS sejak April 2024, setelah polisi menangkap lebih dari 100 mahasiswa pengunjuk rasa yang mendirikan kamp di Universitas Columbia. Mereka menuntut pihak universitas untuk melakukan divestasi dari Israel, yang menghadapi tuduhan genosida atas tindakannya terhadap rakyat Palestina di Gaza.
Sejak itu, setidaknya 2.950 pengunjuk rasa di lebih dari 60 kampus telah ditangkap, termasuk anggota fakultas dan profesor. Bahkan, beberapa universitas seperti Columbia dan University of Southern California (USC) membatalkan upacara wisuda mereka karena protes besar-besaran tersebut.
Protes di ruang akademik ini mendapat sorotan nasional di AS dan mulai menyebar di Eropa pada awal Mei, di negara-negara seperti Belanda hingga Irlandia. Puluhan kamp juga telah didirikan di berbagai universitas Inggris, Australia dan Kanada.
Kepada para mahasiswa AS, Khamenei berkata, “Tujuan dari perjuangan ini adalah untuk menghentikan penindasan nyata yang dilakukan oleh jaringan teroris kejam bernama ‘Zionis’ terhadap bangsa Palestina bertahun-tahun yang lalu dan telah menempatkan mereka di bawah tekanan dan penyiksaan paling berat setelah menduduki negara mereka.”
Serangan Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 36.224 orang dan melukai 81.777 orang lainnya, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Lebih dari sebagian populasi Gaza telah menjadi pengungsi internal, dan mereka menghadapi bencana kelaparan di tengah sulitnya akses bantuan kemanusiaan.
Kampanye militer itu dilakukan setelah kelompok Palestina Hamas menyerbu Israel selatan pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.139 orang dan menyandera lebih dari 250 orang lainnya, menurut penghitungan Al Jazeera berdasarkan angka resmi Israel.
Israel telah menduduki wilayah Palestina, termasuk Gaza yang diperintah oleh Hamas dan Tepi Barat yang diperintah oleh Otoritas Palestina (PA), sejak 1967. Kedua wilayah tersebut sebelumnya berada di bawah kuasa Yordania.
Baru-baru ini, tiga Eropa yaitu Spanyol, Irlandia dan Norwegia mengakui Palestina sebagai negara pada 28 Mei 2024. Pengumuman tersebut dilakukan setelah 143 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendukung sebuah resolusi yang mendorong keanggotaan penuh Palestina di PBB.
“Saya ingin meyakinkan kalian bahwa saat ini situasinya sedang berubah,” kata Khamenei dalam suratnya. “Banyak hati nurani telah terbangun dalam skala global dan kebenaran tengah terungkap. Front perlawanan menjadi semakin kuat dan kokoh. Sejarah juga tengah berubah.”
Ia berpesan kepada mahasiswa AS bahwa dukungan dari para dosen mereka merupakan hal yang penting, dan bahwa orang-orang di universitas-universitas di berbagai negara juga turut melakukan protes membela Palestina.
Pilihan Editor: Harvard Tahan 13 Gelar Mahasiswa, Ratusan "Walkout" Saat Wisuda
NABIILA AZZAHRA