Ini 5 Target Penangkapan ICC atas Kejahatan Perang di Gaza
Reporter
Tempo.co
Editor
Ida Rosdalina
Selasa, 21 Mei 2024 09:25 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Jaksa penuntut Mahkamah Pidana Internasional (ICC) pada Senin, 20 Mei 2024, mengatakan bahwa pihaknya telah meminta surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, kepala pertahanannya, dan tiga pemimpin Hamas atas dugaan kejahatan perang di Gaza.
Jaksa Karim Khan, mengatakan ia memiliki alasan yang masuk akal untuk meyakini bahwa kelima orang tersebut "memikul tanggung jawab pidana" atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Dia mengatakan bahwa dia telah mengajukan surat perintah penangkapan untuk Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant dan juga Netanyahu. Mereka telah mengawasi serangan Israel terhadap Hamas di Gaza sejak serangan mematikan kelompok militan Palestina itu pada 7 Oktober lalu terhadap Israel.
Khan juga telah mengajukan surat perintah penangkapan untuk pemimpin Hamas Yahya Sinwar, Mohammed Al-Masri, panglima tertinggi sayap militer Hamas yang secara luas dikenal sebagai Deif, dan Ismail Haniyeh, kepala Biro Politik Hamas.
Berikut fakta tentang kelima target penangkapan ICC:
1. Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel
Benjamin Netanyahu adalah salah satu pemimpin yang paling terpolarisasi dalam sejarah Israel. Ini terjadi jauh sebelum kejaksaan ICC mengatakan mereka telah meminta surat perintah penangkapan terhadapnya atas kemungkinan perang di Gaza.
Namun, dalam dunia politik Israel yang bergejolak, pengumuman tersebut menarik gelombang solidaritas terhadap perdana menteri, yang masa depan politiknya tampak kian tidak menentu saat perang Gaza memasuki bulan kedelapan.
Netanyahu adalah operator politik yang tak tertandingi, baik di dunia politik Israel yang penuh gejolak maupun di arena diplomatik internasional. Bahasa Inggrisnya yang sempurna telah menjadi ciri khasnya selama beberapa dekade.
Citra Netanyahu yang hawkish tercoreng oleh serangan oleh kelompok bersenjata Hamas pada tanggal 7 Oktober. Sebagian besar warga Israel menyalahkannya atas kegagalan keamanan yang memungkinkan terjadinya serangan paling mematikan sejak berdirinya negara tersebut lebih dari 75 tahun yang lalu.
Serangan balasannya yang hingga kini telah membunuh lebih dari 35.000 orang dalam pengeboman tanpa pandang bulu membuatnya menjadi sasaran kecaman dunia internasional.