Mengenang Banjir Yangtze 1931, Banjir Bandang di China yang Menewaskan 3,6 Juta Jiwa

Editor

Nurhadi

Rabu, 15 Mei 2024 15:07 WIB

Warga membersihkan puing-puing bangunan yang hancur akibat banjir bandang di Nagari Bukik Batabuah, Kabupaten Agam, 14 Mei 2024. Warga sudah mulai membersihkan puing-puing, material lumpur dan tumpukan kayu yang memasuki rumahnya, dan hingga saat ini korban meninggal meninggal akibat banjir yang terjadi pada Sabtu 11 Mei 2024 di Sumatra Barat itu sudah mencapai angka 47 orang. TEMPO/Fachri Hamzah.

TEMPO.CO, Jakarta - Banjir bandang disertai longsor terjadi di Sumatera Barat pada Sabtu, 12 Mei 2024. Hingga kini Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat korban meninggal mencapai 50 orang. Bencana itu menambah daftar banjir bandang dengan korban jiwa yang banyak.

Banjir bandang memang menjadi salah satu bencana yang berbahaya. Kedatangannya yang tiba-tiba dan tanpa peringatan membuat warga tidak begitu siap untuk menanggulanginya. Pada 1931, telah terjadi banjir bandang terparah di dunia dengan jumlah korban jutaan jiwa.

Dikutip dari Britannica, banjir Yangtze pada 1931 merupakan salah satu bencana alam terburuk dalam sejarah China, bahkan di dunia. Banjir tersebut menelan korban jiwa lebih dari 3,6 juta orang dan menyebabkan kerusakan parah di sepanjang Sungai Yangtze.

Penyebab utama banjir Yangtze adalah kombinasi antara faktor alam dan manusia. Musim dingin 1930-1931 di China mengalami curah hujan yang luar biasa tinggi, di atas rata-rata selama 100 tahun. Salju yang mencair di pegunungan juga berkontribusi pada peningkatan volume air di Sungai Yangtze.

Pada awal Juli 1931, hujan tanpa henti selama berminggu-minggu membanjiri lembah Yangtze. Sungai meledak, airnya naik hingga ketinggian 15 meter di beberapa tempat. Bendungan dan tanggul kewalahan, runtuh satu demi satu, melepaskan gelombang air raksasa yang menghancurkan desa-desa dan kota-kota di sepanjang sungai.

Advertising
Advertising

Di Wuhan, salah satu kota paling terpukul, lebih dari 1 juta orang kehilangan tempat tinggal. Kota itu terendam air selama berminggu-minggu, dan penyakit menular seperti kolera dan tifus menyebar dengan cepat.

Selain itu, faktor manusia juga berperan dalam memperparah situasi. Bendungan Danjiangkou yang dibangun di hulu Sungai Yangtze belum sepenuhnya selesai dan tidak dapat menahan tekanan air yang besar. Deforestasi di wilayah hulu sungai juga mengurangi kemampuan tanah untuk menyerap air hujan, sehingga mempercepat aliran air ke sungai.

Tragedi ini tak hanya merenggut nyawa jutaan orang, tetapi juga menyebabkan kerusakan infrastruktur yang luas dan kerugian ekonomi yang sangat besar. Lahan pertanian yang luas terendam, ternak mati, dan tanaman hancur, memicu kelaparan dan kemiskinan yang meluas. Banjir juga menyebabkan penyebaran cepat penyakit seperti kolera dan tifus yang menjangkiti masyarakat terdampak banjir bandang.

Upaya pemulihan pasca banjir Yangtze 1931 membutuhkan waktu dan sumber daya yang besar. Pemerintah Tiongkok saat itu, yang sedang bergelut dengan perang saudara, tidak memiliki kapasitas untuk menangani bencana ini secara optimal. Bantuan internasional pun terbatas.

Masyarakat lokal berinisiatif untuk saling membantu dan membangun kembali kehidupan mereka setelah banjir bandang. Organisasi-organisasi amal dan relawan dari berbagai negara juga memberikan bantuan. Upaya pemulihan ini membutuhkan waktu bertahun-tahun, dan banyak orang yang tidak pernah pulih sepenuhnya dari tragedi ini.

IRSYAN HASYIM | HISTORY

Pilihan Editor: 5 Banjir Besar yang Pernah Melanda Berbagai Belahan Dunia

Berita terkait

Donald Trump bertemu Zelensky di New York, Apa Saja yang Dibahas?

11 jam lalu

Donald Trump bertemu Zelensky di New York, Apa Saja yang Dibahas?

Kyiv khawatir perjanjian perdamaian yang ditengahi oleh calon presiden dari Partai Republik Donald Trump akan mengakibatkan hilangnya wilayah Ukraina.

Baca Selengkapnya

Terkini: Utang Perusahaan Media Milik Bakrie Rp 8,79 Triliun, Ekonom Sebut Kelas Menengah Rentan Jadi Miskin

1 hari lalu

Terkini: Utang Perusahaan Media Milik Bakrie Rp 8,79 Triliun, Ekonom Sebut Kelas Menengah Rentan Jadi Miskin

Empat perusahaan media milik keluarga Aburizal Bakrie bisa terancam pailit. Sebanyak 12 kreditur menagih utang sebesar Rp 8,79 triliun.

Baca Selengkapnya

BI Promosikan Peluang Investasi di Indonesia ke China: Ada Proyek Geothermal di Jawa Tengah

1 hari lalu

BI Promosikan Peluang Investasi di Indonesia ke China: Ada Proyek Geothermal di Jawa Tengah

BI mengajak investor China memanfaatkan peluang investasi di Indonesia pada proyek strategis pembangkit listrik tenaga panas bumi atau geothermal.

Baca Selengkapnya

BI Ajak Investor China untuk Investasi di RI: dari Proyek Energi Terbarukan hingga Hilirisasi Industri

1 hari lalu

BI Ajak Investor China untuk Investasi di RI: dari Proyek Energi Terbarukan hingga Hilirisasi Industri

Bank Indonesia mengajak para investor di China untuk memanfaatkan peluang investasi di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jerman Berikan Bantuan Militer Senilai Rp6,7 T untuk Ukraina

1 hari lalu

Jerman Berikan Bantuan Militer Senilai Rp6,7 T untuk Ukraina

Jerman akan mengirimkan tambahan senjata senilai 400 juta euro atau sekitar sekitar Rp6,7 triliun kepada Ukraina

Baca Selengkapnya

Tren Pola Konsumsi Gen Z di China Semakin Bergeser, Tak Berminat Merek Barang Mewah

2 hari lalu

Tren Pola Konsumsi Gen Z di China Semakin Bergeser, Tak Berminat Merek Barang Mewah

Gen Z China berupaya meredefinisi barang-barang mewah yang mengubah pola konsumsi mereka. Pola konsumsi belanja mereka pun berubah.

Baca Selengkapnya

Gen Z China Mulai Tinggalkan Barang Mewah, Beralih ke Produk Replika Berkualitas Alias KW

2 hari lalu

Gen Z China Mulai Tinggalkan Barang Mewah, Beralih ke Produk Replika Berkualitas Alias KW

Ada pergeseran tren konsumsi di kalangan Gen Z di China yang beralih menggunakan replika barang-barang mewah. Apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya

Gen Z China Mulai Tinggalkan Merek Barang Mewah, Apa Beda Generasi Z, Milenial, dan Gen X

2 hari lalu

Gen Z China Mulai Tinggalkan Merek Barang Mewah, Apa Beda Generasi Z, Milenial, dan Gen X

Generasi Z China mulai tinggalkan produk dan merek barang-barang mewah, kenapa? Berikut perbedaan Gen Z, Milenial, dan Gen X.

Baca Selengkapnya

Polemik Pesangon 254 Karyawan PLTU Celukan Bawang, Manajemen Angkat Bicara

3 hari lalu

Polemik Pesangon 254 Karyawan PLTU Celukan Bawang, Manajemen Angkat Bicara

Tak kurang dari 250 karyawan PLTU Celukan Bawang tak jelas kompensasi pesangonnya. Apa kata manajemen?

Baca Selengkapnya

Sengkarut di PLTU Celukan Bawang: Persoalan Alih Daya hingga Tak Jelas Pesangon 254 Karyawan

4 hari lalu

Sengkarut di PLTU Celukan Bawang: Persoalan Alih Daya hingga Tak Jelas Pesangon 254 Karyawan

Sebanyak 254 buruh PLTU Celukan Bawang, Buleleng, Bali, dihadapkan pada situasi pelik ditengah ketidakjelasan urusan pesangon. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya