Mahasiswa Adukan Universitas Columbia Soal Represi Demo Pro-Palestina

Reporter

Tempo.co

Jumat, 26 April 2024 15:30 WIB

Mahasiswa pro-Palestina mengambil bagian dalam protes mendukung Palestina di tengah konflik yang sedang berlangsung di Gaza, di Universitas Columbia di New York City, AS, 12 Oktober 2023. REUTERS/Jeenah Moon

TEMPO.CO, Jakarta - Sekelompok mahasiswa Universitas Columbia mengajukan pengaduan hak-hak sipil federal terhadap universitas di New York, Amerika Serikat itu atas tuduhan diskriminasi kepada mahasiswa Palestina dan pengunjuk rasa pro-Palestina.

Pengadukan itu diajukan ke Kantor Hak Sipil Departemen Pendidikan Amerika Serikat, dan menyebutkan bahwa para mahasiswa tersebut menjadi korban diskriminasi dan pelecehan anti-Palestina yang dilakukan oleh mahasiswa, profesor, dan administrator di Universitas Columbia, menurut laporan CBS News pada Jumat 26 April 2024.

Para mahasiswa, yang diwakili sebuah organisasi yang disebut Palestine Legal, merupakan anggota kelompok mahasiswa yang dinamai Mahasiswa Columbia untuk Keadilan di Palestina, menurut laporan itu.

Aduan tersebut mengutip peristiwa minggu lalu dimana universitas menggunakan petugas kepolisian New York City (NYPD) untuk menangkap lebih dari 100 pengunjuk rasa, menurut laporan tersebut.

Pengaduan tersebut mengutip universitas yang memanggil petugas NYPD untuk menangkap lebih dari 100 pengunjuk rasa minggu lalu sebagai bagian dari perlakuan diskriminatif di sekolah tersebut, dan mengatakan “universitas telah gagal untuk merespons dengan cepat dan efektif terhadap pemberitahuan tentang lingkungan yang tidak bersahabat,” termasuk doxing.

Advertising
Advertising

Batas waktu semakin dekat bagi pengunjuk rasa pro-Palestina di Universitas Columbia untuk mencapai kesepakatan dengan pihak administrasi sekolah. Rektor Universitas Dr. Minouche Shafik mengancam akan membersihkan perkemahan mereka jika kesepakatan tidak tercapai.

Pejabat kampus melakukan negosiasi dengan para demonstran pro-Palestina yang bersikeras bahwa mereka akan tinggal di tenda mereka hingga universitas menyetujui tuntutan mereka untuk melakukan divestasi keuangan dari perusahaan-perusahaan yang melakukan bisnis dengan Israel.

“Ini adalah kisah ribuan pelajar yang tidak ingin uang sekolah mereka digunakan untuk membantu hukuman kolektif dan pembunuhan massal warga Palestina,” kata Khymani James, salah satu pengunjuk rasa mahasiswa. “Kami mengutuk mereka yang berusaha melemahkan nilai-nilai kami dan membongkar gerakan kami untuk kemerdekaan Palestina.”

Shafik mengatakan jika pemerintahannya tidak dapat mencapai kesepakatan dengan para pengunjuk rasa pada Jumat pagi, ia akan mempertimbangkan opsi alternatif untuk membersihkan perkemahan.

Namun pada Kamis larut malam, pihak sekolah mengatakan, "Pembicaraan telah menunjukkan kemajuan dan berlanjut sesuai rencana. ... Kami mempunyai tuntutan kami; mereka juga mempunyai tuntutan mereka. Proses formal sedang berlangsung dan terus berlanjut. Ada rumor bahwa NYPD telah diundang ke kampus malam ini. Rumor ini tidak benar."

Kendati demikian, masih ada dua bus polisi yang diparkir di dekatnya dan "ada kehadiran petugas keamanan swasta dan polisi di pintu masuk kampus," menurut The Associated Press.

Dan tak lama setelah tengah malam, sekitar tiga lusin demonstran pro-Palestina memberikan tanda dan mulai bernyanyi di luar gerbang sekolah yang terkunci, AP melaporkan, menambahkan bahwa para pengunjuk rasa tersebut “berbaris pergi ketika setidaknya 40 petugas polisi berkumpul di dekatnya.”

Meski mahasiswa pro-Palestina mendapat diskriminasi, Menteri Pendidikan AS justru mengatakan kantornya sedang menyelidiki unjuk rasa anti-genosida Israel, sebagai laporan antisemitisme di kampus-kampus di seluruh negeri.

Demonstrasi pro-Palestina bermunculan di kampus-kampus AS dalam beberapa hari terakhir sebagai kecaman atas dukungan militer dan finansial serta diplomatik AS terhadap operasi Israel di Gaza. Para mahasiswa menuntut kampus-kampus mereka untuk mencabut investasi terhadap perusahaan-perusahaan Israel menyusul genosida terhadap warga Palestina di Gaza.

Gempuran Israel di Gaza menewaskan lebih dari 34.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 77.000 lainnya sejak 7 Oktober.

Protes yang paling banyak terjadi di Universitas Columbia, Universitas Yale, Universitas Austin, Texas dan kampus-kampus lainnya. Sejumlah pihak melaporkan adanya polisi penembak jitu di gedung kampus Ohio State University dan Indiana University. Pra penembak jitu itu mengarahkan senapannya ke arah pengunjuk rasa pro-Palestina.

Para mahasiswa ini mendesak pihak kampus untuk mengutuk serangan militer Israel yang didukung AS di Gaza. Mereka juga antara lain meminta kampus menghentikan kerja sama investasi dengan perusahaan-perusahaan yang terkait Israel, dan menghentikan program studi di luar negeri di universitas-universitas Israel.

Pilihan Editor: Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya

CBS NEWS | REUTERS

Berita terkait

Saat Pengacara Israel Diteriaki Pembohong di Sidang ICJ

42 menit lalu

Saat Pengacara Israel Diteriaki Pembohong di Sidang ICJ

Seorang wanita dikeluarkan dari sidang Mahkamah Internasional atau ICJ saat pejabat Israel menyampaikan pendapatnya.

Baca Selengkapnya

Pejabat AS Terbang ke Arab Saudi Temui Pangeran MBS, Apa yang Dibahas?

2 jam lalu

Pejabat AS Terbang ke Arab Saudi Temui Pangeran MBS, Apa yang Dibahas?

Utusan Joe Biden menemui Pangeran MBS di Arab Saudi untuk membahas sejumlah hal termasuk Palestina.

Baca Selengkapnya

Dua Aktor Pengisi Suara di AS Gugat Perusahaan AI yang Diduga Gunakan Suara Mereka Secara Ilegal

3 jam lalu

Dua Aktor Pengisi Suara di AS Gugat Perusahaan AI yang Diduga Gunakan Suara Mereka Secara Ilegal

Dua aktor pengisi suara menggugat salah satu startup kecerdasan buatan atau AI, yakni Lovo di pengadilan federal Manhattan, AS. Begini kasusnya.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Tengah Waspada FLiRT Subvarian Covid-19 Baru

5 jam lalu

Amerika Serikat Tengah Waspada FLiRT Subvarian Covid-19 Baru

Data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, subvarian Covid-19 dari SARS-CoV-2 disebut FLiRT kini menjadi varian dominan di AS.

Baca Selengkapnya

Kabinet Perang Israel Pecah, Netanyahu Tak Bisa Kendalikan Menterinya

5 jam lalu

Kabinet Perang Israel Pecah, Netanyahu Tak Bisa Kendalikan Menterinya

Netanyahu dan sejumlah pejabat Israel berselisih soal pengendalian Gaza setelah perang dengan Hamas selesai.

Baca Selengkapnya

UNRWA: 800.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Sejak Invasi Israel

7 jam lalu

UNRWA: 800.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Sejak Invasi Israel

Hampir separuh dari penduduk Rafah sudah meninggalkan wilayah itu sejak Israel melakukan serangan besar-besaran.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia; Daftar Orang dengan IQ Tertinggi di Dunia dan Israel Temukan 3 Jenazah Sandera

10 jam lalu

Top 3 Dunia; Daftar Orang dengan IQ Tertinggi di Dunia dan Israel Temukan 3 Jenazah Sandera

Top 3 Dunia, pada 18 Mei 2024, diurutan pertama berita tentang daftar orang tercerdas di dunia.

Baca Selengkapnya

Tentara Israel Membunuh Anggota Jihad Islam Palestina dalam Serangan Udara di Jenin

19 jam lalu

Tentara Israel Membunuh Anggota Jihad Islam Palestina dalam Serangan Udara di Jenin

IDF mengkonfirmasi tentara Israel membunuh seorang anggota senior Jihad Islam Palestina (PIJ) di Jenin, Tepi Barat.

Baca Selengkapnya

Mentan Sambut Baik Kelompok Tani Mahasiswa

20 jam lalu

Mentan Sambut Baik Kelompok Tani Mahasiswa

Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI), membentuk kelompok tani mahasiswa sebagai ujung tombak masa depan bangsa yang harus memiliki konsen terhadap sektor pertanian.

Baca Selengkapnya

Giliran Austria Lanjutkan Pendanaan ke UNRWA

20 jam lalu

Giliran Austria Lanjutkan Pendanaan ke UNRWA

Austria mengumumkan akan melanjutkan pendanaan bagi badan bantuan PBB untuk pengungsi Palestina atau UNRWA.

Baca Selengkapnya