Wirajuda : Sanksi Amerika Memperparah Penderitaan Rakyat Burma

Reporter

Editor

Selasa, 9 Juni 2009 13:36 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda hari Senin (9/6) mengekspresikan rasa frustasi dan kecewanya terhadap kegagalan penegakan hak asasi manusia dan demokrasi di Burma, tetapi ia juga mengkritik kebijakan sanksi ekonomi dan isolasi yang dilakukan pemerintah Amerika Serikat terhadap Burma justru memperparah penderitaan rakyat di negara tersebut.

Hassan Wirajuda dalam pernyataannya juga meminta pemerintah militer Burma untuk segera membebaskan tokoh demokrasi Aung San Suu Kyi dari tahanan politik.

Wirajuda juga mengatakan bahwa Indonesia menginginkan negara-negara tetangga Burma semakin terlibat dan menjalin hubungan yang lebih dekat dengan negara tersebut, untuk lebih mendorong para jendral di negara tersebut untuk semakin respek terhadap masalah hak asasi manusia dan mau membebaskan ribuan tahanan aktivis politik.

Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda sejak pekan lalu berada di Washington, untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Rodham Clinton, guna membicarakan masa depan kebijakan politik Amerika Serikat terhadap Burma.

Pertemuan kedua menteri luar negeri ini juga untuk membahas tentang peradilan yang tengah digelar pemerintah junta Burma terhadap tokoh demokrasi yang juga penerima nobel perdamaian Aung San Suu Kyi, yang diduga sebagai strategi politik untuk menghalangi tokoh demokrasi itu ikut dalam pemilihan umum tahun depan.

Kunjungan Wirajuda ke Amerika Serikat ini juga sekaligus sebagai balasan atas kunjungan Hillary Clinton ke Indonesia, bulan Pebruari 2009 lalu, dan keduanya mengeluarkan pernyataan bersama yang mendesak Burma segera membebaskan Suu Kyi. "Penahanan terhadapnya (Suu Kyi) adalah tidak beralasan, dan kami menghimbau untuk segera dibebaskan," ujar Clinton.

Wirajuda dalam pidatonya di Carnegie Endowment for Internasional Peace, sebelum pertemuan empat mata dengan Hillary Clinton mengatakan bahwa sanksi ekonomi dan isolasi telah membuat rakyat Burma semakin menderita, dan dia meminta kepada dunia agar mengurangi sanksi ini. "Kita harus mendorong Burma agar lebih terbuka," ujar Wirajuda.

Negara-negara di Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN juga mengeluhkan kebijakan Amerika Serikat dan Uni Eropa yang terus memberikan sanksi ekonomi dan politik isolasi terhadap Burma, kelompok-kelompok hak asasi manusia di Asia Tenggara juga telah mengkritik kebencian tradisional yang diekspresikan negara-negara ASEAN terhadap Burma, mereka mendesak agar ke-10 negara ASEAN lebih mendesak jendral-jendral Burma agar lebih menghormati hak asasi manusia dan membebaskan ribuan tahanan politik.

Wirajuda juga mengatakan bahwa pemilihan umum di Burma tahun depan akan diakui kredibilitasnya, jika melibatkan Aung San Suu Kyi dan partai politiknya National League Demokratic (NLD). "Indonesia akan terus mengikuti kasus pengadilan Aung San Suu Kyi secara lebih dekat," ujar Wirajuda.

Tokoh demokrasi Burma Aung San Suu Kyi berada dalam status tahana politik junta militer Burma sejak tahun 1990 setelah dia memenangkan pemilihan umum demokratis yang tidak diakui oleh junta. Sebelumnya ia ditahan di penjara politik Insein, Yangon, namun atas jasa diplomasi Ali Alatas, sejak tahun 1996 berubah statusnya menjadi tahanan rumah sampai kini.

Bulan ini Aung San Suu Kyi menghadapi peradilan yang mendakwanya telah melanggar peraturan status tahanan rumahnya, setelah pada bulan lalu, seorang pengunjung gelap warga Amerika Serikat diketahui merenangi danau yang melingkungi rumahnya, dan tinggal selama dua hari dirumahnya tanpa ijin. Diduga Aung San Suu Kyi akan mendapatkan perpanjangan lima tahun penjara lagi, atas insiden ini.

AP l WAHYU

Berita terkait

Ular Piton Betina Terbesar Ditemukan di Florida Amerika

9 April 2019

Ular Piton Betina Terbesar Ditemukan di Florida Amerika

Ular piton betina ini memiliki panjang lebih dari lima meter dengan bobot lebih dari 63 kilogram di temukan di Florida, Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Hentikan Ujaran Kebencian, Facebook Hapus Fitur Bahasa Burma

8 September 2018

Hentikan Ujaran Kebencian, Facebook Hapus Fitur Bahasa Burma

Facebook menghapus fitur terjemahan bahasa Burma untuk mengatasi ujaran kebencian terhadap suku Rohingya di Myanmar

Baca Selengkapnya

16 Koran Non-Pemerintah Akan Beredar di Burma

2 April 2013

16 Koran Non-Pemerintah Akan Beredar di Burma

Pada 1964, sejumlah media massa swasta, berbahasa Inggris atau lokal, ditutup paksa oleh militer.

Baca Selengkapnya

PMI-OKI Gagas Bantuan untuk Rohingya  

3 Desember 2012

PMI-OKI Gagas Bantuan untuk Rohingya  

Menurut Kalla, bantuan PMI-OKI untuk warga Rohingya bisa bermacam-macam sesuai kebutuhan.

Baca Selengkapnya

Singgah ke Amerika, Suu Kyi Ceramah di Universitas  

17 September 2012

Singgah ke Amerika, Suu Kyi Ceramah di Universitas  

Aung San Suu Kyi akan jadi pembicara di Universitas Yale dan Louisville. Kunjungannya ke Amerika untuk menjelaskan kondisi politik Burma.

Baca Selengkapnya

Era Sensor Media di Burma Berakhir

20 Agustus 2012

Era Sensor Media di Burma Berakhir

Pemerintah Myanmar menghapus penyensoran atas media. Apa komentar pekerja media?

Baca Selengkapnya

Bantu Rohingya, PMI Berangkat ke Myanmar

18 Agustus 2012

Bantu Rohingya, PMI Berangkat ke Myanmar

PMI juga akan mengajak palang merah dari negara-negara Islam ke Myanmar.

Baca Selengkapnya

Menlu: Indonesia Punya Pengalaman Soal Rohingya  

18 Agustus 2012

Menlu: Indonesia Punya Pengalaman Soal Rohingya  

Indonesia memahami kesulitan Myanmar menyelesaikan konflik Rohingya.

Baca Selengkapnya

Asean Siap Bantu Myanmar Soal Rohingya  

18 Agustus 2012

Asean Siap Bantu Myanmar Soal Rohingya  

Selama ini, warga Rohingya yang minoritas memang kerap jadi korban perlakuan diskriminatif.

Baca Selengkapnya

KTT OKI Diminta Cari Solusi untuk Rohingya  

29 Juli 2012

KTT OKI Diminta Cari Solusi untuk Rohingya  

Desakan ini datang dari Tunisia dan didukung sejumlah negara Arab.

Baca Selengkapnya