Pejabat Gaza: Dua Pasien Meninggal Dunia di Rumah Sakit yang Dikepung Israel
Editor
Ida Rosdalina
Sabtu, 11 November 2023 20:46 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang bayi meninggal di inkubator rumah sakit terbesar di Gaza setelah fasilitas tersebut mati listrik, dan seorang lainnya terbunuh oleh peluru Israel saat dirawat intensif, kata juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina pada Sabtu, 11 November 2023.
Militer Israel, yang menurut warga telah memerangi orang-orang bersenjata Hamas sepanjang malam di dan sekitar Kota Gaza di mana rumah sakit tersebut berada, tidak segera menanggapi pertanyaan atas komentar juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf Al-Qidra.
“Situasinya lebih buruk dari yang bisa dibayangkan siapa pun. Kami terkepung di dalam Kompleks Medis Al Shifa, dan penjajah telah menargetkan sebagian besar bangunan di dalamnya,” kata Qidra, yang mewakili kementerian kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas.
Militer Israel mengatakan bahwa militan Hamas yang mengamuk di Israel selatan bulan lalu telah menempatkan pusat komando di bawah rumah sakit Al Shifa dan lainnya di Gaza, sehingga membuat mereka rentan untuk dianggap sebagai sasaran militer.
“Rumah sakit perlu dievakuasi untuk menghadapi Hamas. Kami bermaksud menghadapi Hamas yang telah mengubah rumah sakit menjadi posisi yang dibentengi,” katanya ketika ditanya apakah mereka berencana memasuki rumah sakit di Gaza suatu saat nanti.
Hamas membantah menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia dan para pejabat kesehatan mengatakan semakin banyak serangan Israel di atau dekat rumah sakit yang membahayakan pasien, staf medis, dan ribuan pengungsi yang berlindung di dalam dan dekat gedung mereka.
Qidra mengatakan penembak jitu tentara Israel yang memimpin atap gedung dekat rumah sakit sesekali menembak ke kompleks medis, sehingga membatasi kemampuan petugas medis dan orang untuk bergerak.
Militer Israel tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Rumah sakit menghentikan operasinya setelah bahan bakar habis, kata Qidra, sambil menambahkan: "Akibatnya, satu bayi baru lahir meninggal di dalam inkubator, di mana terdapat 45 bayi."
Hamas membantah menggunakan rumah sakit tersebut untuk tujuan militernya dan telah meminta PBB dan Komite Palang Merah Internasional untuk mengirimkan misi datang ke Shifa untuk menyelidiki tuduhan Israel.
<!--more-->
39 Bayi Berisiko
Kementerian Kesehatan Palestina, yang berbasis di Tepi Barat yang diduduki Israel – dipisahkan dari Gaza oleh Israel dan dijalankan oleh pemerintahan saingan Hamas – mengatakan secara terpisah bahwa 39 bayi berisiko berada di rumah sakit.
Menteri Mai Alkaila awalnya mengatakan mereka meninggal karena tidak mendapatkan oksigen atau obat-obatan dan listrik padam, namun kementerian kemudian mengoreksi informasi tersebut dengan mengatakan bahwa satu orang telah meninggal dan 39 orang dalam bahaya.
“39 bayi prematur di Kompleks Medis Al-Shifa terancam meninggal setiap saat, dan salah satunya meninggal pagi ini. Kegagalan membawa bahan bakar ke rumah sakit akan menjadi hukuman mati bagi sisanya. Inkubator hanya akan bisa bekerja sampai malam ini, setelah itu bahan bakar akan habis."
Dihubungi kembali terkait pernyataan kementerian, Qidra kembali menegaskan bahwa di rumah sakit tersebut tidak ada listrik dan tidak ada internet.
“Kami bekerja keras untuk menjaga mereka tetap hidup, tapi kami khawatir akan kehilangan mereka dalam beberapa jam mendatang,” katanya. “Tidak ada listrik sama sekali di rumah sakit.”
Pada Jumat, para pejabat Gaza mengatakan rudal mendarat di halaman Al Shifa, menewaskan satu orang dan melukai lainnya. Militer Israel kemudian mengatakan bahwa proyektil yang salah sasaran yang diluncurkan oleh militan Palestina di Gaza telah mengenai Shifa.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan petugas kesehatan yang dihubungi kelompok tersebut di Shifa terpaksa meninggalkan rumah sakit untuk mencari keselamatan.
“Banyak dari ribuan orang yang berlindung di rumah sakit terpaksa dievakuasi karena risiko keamanan, sementara banyak yang masih bertahan di sana,” tulis Tedros di media sosial pada Jumat.
REUTERS
Pilihan Editor: Dukung Palestina Pasukan Houthi dari Yaman Mulai Ikut Serang Israel, Siapakah Milisi Ini?