Desak Warga Arab di Jerman Kecam Hamas, Presiden Steinmeier Dikritik
Reporter
Tempo.co
Editor
Sita Planasari
Kamis, 9 November 2023 14:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier mengatakan warga Jerman keturunan Arab dan Palestina harus mengambil langkah-langkah untuk menjauhkan diri dari anti-Semitisme dan mengecam kelompok Palestina Hamas. Pernyataan ini dilontarkan ketika demonstrasi pro-Palestina di negara tersebut telah memicu kontroversi.
Dalam sambutannya pada Rabu, Steinmeier mengatakan dia khawatir bahwa perang Israel dan Hamas dapat mengganggu hubungan sosial di Jerman.
“Berbicaralah sendiri dan tegaskan sikap melawan teror,” kata Steinmeier, seraya menambahkan bahwa warga Palestina mempunyai hak untuk mengungkapkan kesedihan atas warga sipil yang terbunuh dalam serangan Israel di Gaza, namun kebebasan ini tidak termasuk “seruan untuk menghancurkan negara Israel.”
Komentar tersebut menuai kritik, menambah kekhawatiran bahwa upaya negara-negara Eropa untuk menahan ketegangan akibat perang yang dimulai pada 7 Oktober mungkin akan berubah menjadi diskriminasi terhadap warga Palestina.
“Orang-orang Yahudi tidak boleh dimintai pertanggungjawaban atas tindakan Israel,” kata Hugh Lovatt, analis kebijakan luar negeri di Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa, dalam sebuah postingan di media sosial. “Jadi mengapa Jerman harus meminta warga Muslimnya untuk bertanggung jawab atas tindakan Hamas?”
Steinmeier menambahkan bahwa tidak boleh ada rasisme anti-Muslim atau “kecurigaan umum terhadap Muslim”.
Bulan ini, Jerman mengumumkan larangan total terhadap aktivitas Hamas dan memerintahkan pembubaran kelompok pro-Palestina yang dituduh menyebarkan gagasan anti-Israel dan anti-Semit. Hamas sudah ditetapkan sebagai organisasi “teroris” di negara tersebut.
Pada Selasa, sebuah laporan oleh Pusat Penelitian Integrasi dan Migrasi Jerman (DeZIM) menemukan bahwa hampir 40 persen pria Muslim Jerman mengatakan mereka pernah mengalami rasisme atau diskriminasi ketika berhadapan dengan polisi dan kantor publik.
Eyup Kalyon, Sekretaris Jenderal Persatuan Islam-Turki untuk Urusan Agama (DITIB), telah menyatakan keprihatinan mendalam atas meningkatnya serangan terhadap masjid-masjid di Jerman. Kalyon mencontohkan, selama 2023, sekitar setengah dari serangan terhadap 81 masjid di seluruh negeri terjadi setelah pecahnya konflik antara Israel dan Palestina pada 7 Oktober.
Kalyon menyoroti peningkatan signifikan dalam serangan terhadap masjid-masjid di Jerman, terutama sejak dimulainya konflik Israel-Palestina. Dia mengaitkan lonjakan serangan ini dengan bahasa kasar yang digunakan dalam wacana publik mengenai umat Islam. Kalyon mengindikasikan bahwa provokasi yang menargetkan masjid menjadi semakin umum.
“Masjid-masjid kami dirusak dengan simbol-simbol Neonazi, dan salinan kitab suci kami, Al-Quran, dibakar dan dibuang di depan masjid-masjid,” kata Kalyon.
“Di negara bagian Rhine-Westphalia Utara, total tujuh masjid telah menerima surat-surat yang menghina dan mengancam, bersama dengan potongan daging babi dan halaman-halaman Al-Quran yang dibakar. Ini jelas merupakan tindakan provokasi,” tambahnya.
Komunitas Yahudi, Muslim dan Arab di seluruh dunia telah menyatakan kekhawatirannya akan meningkatnya diskriminasi dan bahkan kekerasan seiring dengan berkobarnya pertempuran di Gaza.
Di Amerika Serikat, seorang anak laki-laki Palestina-Amerika berusia enam tahun ditikam 26 kali sampai tewas oleh seorang tuan tanah yang menurut polisi marah terhadap konflik Israel-Hamas.
Pada pertengahan Oktober, sebuah sinagoga Yahudi di Berlin dibom, sehingga mendorong Kanselir Jerman Olaf Scholz menyatakan bahwa Jerman “bersatu untuk melindungi orang Yahudi”.
Penduduk Palestina di Jerman mengatakan pihak berwenang telah menindak protes damai, yang dilarang sepenuhnya di banyak wilayah di negara tersebut. Di Berlin, sekolah juga diberi wewenang untuk melarang pakaian tradisional Palestina, seperti hiasan kepala keffiyeh.
Ekspor militer Jerman ke Israel telah meningkat sepuluh kali lipat dalam satu tahun terakhir, kantor berita Reuters melaporkan pada Rabu. Berlin mempercepat perizinan bahkan ketika perang Israel di Gaza, yang menurut pihak berwenang Palestina telah menewaskan lebih dari 10.569 orang, semakin mendapat kecaman.
Israel mengatakan pihaknya berupaya untuk membubarkan Hamas, yang melancarkan serangan mematikan di Israel selatan pada 7 Oktober, yang menurut pihak berwenang Israel menewaskan lebih dari 1.400 orang, sebagian besar dari mereka tentara dan polisi.
Pilihan Editor: Konflik di Gaza, Jerman Laporkan Lonjakan Ekspor Senjata ke Israel
AL JAZEERA | REUTERS