Sejarah Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, Beda Simbol Satu Tujuan untuk Kemanusiaan

Selasa, 7 November 2023 09:35 WIB

Sekretaris Jenderal PMI, A.M. Fachir dalam acara penutupan operasi Covid-19 oleh Palang Merah Indonesia (PMI) dan Bulan Sabit Merah atau IFRC di Gedung SMESCO Jakarta, Senin, 25 September 2023. Dok. PMI.

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Palang Merah, Bulan Sabit Merah, dan Kristal Merah berperan penting dalam upaya kemanusiaan di tengah konflik Palestina-Israel, di Jalur Gaza.

Ketiga simbol universal ini melambangkan pertolongan kemanusiaan dan perlindungan bagi para korban konflik. Namun bagaimanakah sejarahnya?

Lahirnya gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional pada 24 Juni 1859 di Solferino, Italia Utara, merupakan tonggak penting dalam sejarah kemanusiaan. Dikutip dari situs Palang Merah Indonesia Kota Medan, saat itu pasukan Prancis dan Italia terlibat dalam peperangan brutal melawan pasukan Austria.

Di tengah penderitaan akibat pertempuran tersebut, seorang pemuda Swiss bernama Henry Dunant turut menjadi saksi. Puluhan ribu tentara terluka, dan bantuan medis militer tak mencukupi untuk merawat 40.000 korban.

Tergetar oleh penderitaan yang dilihatnya, Henry Dunant bekerja sama dengan penduduk setempat untuk memberikan bantuan. Setelah kembali ke Swiss, ia menceritakan pengalamannya dalam buku berjudul "Kenangan dari Solferino".

Advertising
Advertising

Buku ini menggemparkan Eropa dan mengemukakan dua gagasan penting. Pertama, untuk membentuk organisasi kemanusiaan internasional yang dapat membantu prajurit yang terluka dalam peperangan. Kedua, untuk menjalankan perjanjian internasional yang melindungi prajurit yang cedera dan sukarelawan yang memberikan pertolongan di masa perang.

Pada 1863, empat warga Jenewa bergabung dengan Henry Dunant dan mendirikan Komite Internasional untuk Bantuan Para Tentara yang Cedera, yang sekarang dikenal sebagai Komite Internasional Palang Merah atau ICRC.

Selain itu, organisasi sukarelawan seperti Perhimpunan Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah juga dibentuk untuk memberikan bantuan medis pada masa perang. Pada tahun 1864, Konvensi Jenewa pertama diadakan untuk mengatur kondisi prajurit yang terluka di medan perang, yang kemudian berkembang menjadi Konvensi Jenewa I, II, III, dan IV pada tahun 1949.

Setelah penilaian validitas yang sama secara de facto untuk kedua simbol ini, pada 1878 ICRC menyatakan bahwa pada prinsipnya perlu mengadopsi tanda pelindung resmi tambahan untuk negara-negara non-Kristen. Bulan Sabit Merah mulai diakui resmi pada 1929 ketika Konvensi Jenewa diamandemen (Pasal 19).

Fungsi Lambang Palang Merah, Bulan Sabit Merah, dan Kristal Merah

Lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai tanda pelindung dan tanda pengenal. Prinsip pembedaan yang diakui dalam Konvensi Jenewa 1949 sebagai bagian dari Hukum Humaniter Internasional bertujuan membedakan antara kombatan (peserta tempur) dan non-kombatan, seperti penduduk sipil dan kesatuan medis militer.

Sebagai tanda pengenal, lambang tersebut digunakan oleh pihak yang terkait dengan Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, termasuk Komite Internasional Palang Merah (ICRC), Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC), dan Perhimpunan Nasional.

Penggunaan lambang ini harus memenuhi ketentuan tertentu dan memastikan bahwa pihak yang menggunakannya terkait dengan kegiatan kemanusiaan. Lambang digunakan oleh Dinas Kesehatan Angkatan Perang dan anggota Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional sepanjang waktu.

Menurut ICRC Indonesia, penggunaan lambang ini juga dapat diberikan izin oleh Perhimpunan Nasional untuk organisasi lain yang membutuhkannya, dan ukurannya lebih kecil daripada tanda pelindung.

Sementara itu, sebagai tanda pembeda, lambang digunakan untuk tujuan perlindungan. Selama situasi perang, lambang tersebut digunakan agar pasukan lawan mengidentifikasi mereka sebagai pihak yang tidak harus diserang.

Penggunaan lambang ini dibatasi dan hanya diperbolehkan dalam konteks tertentu, seperti oleh Dinas Kesehatan Angkatan Perang, ICRC, dan Perhimpunan Nasional atas izin militer. Lambang pelindung berukuran besar dan dikenakan di lengan kiri, tanpa gambar tambahan.

Pilihan Editor: ICRC: Tanpa Listrik, Rumah Sakit Gaza Bisa Berubah Menjadi Kamar Mayat

Berita terkait

64 Tahun Bono U2, Popularitasnya untuk Kegiatan Sosial dan Kemanusiaan

1 hari lalu

64 Tahun Bono U2, Popularitasnya untuk Kegiatan Sosial dan Kemanusiaan

Selain berkiprah sebagai penyanyi, Bono U2 juga kerap melakukan berbagai kegiatan sosial dan aktivitas kemanusiaan.

Baca Selengkapnya

Biaya Perang Israel di Gaza Tembus Rp258 Triliun, Anggaran Mulai Tergerus

2 hari lalu

Biaya Perang Israel di Gaza Tembus Rp258 Triliun, Anggaran Mulai Tergerus

Israel telah menghabiskan dana sebesar 60 miliar shekel atau sekitar Rp258 triliun setelah tujuh bulan perang di Gaza.

Baca Selengkapnya

Lawan Pasukan TNI Polri di Papua, TPNPB Mengaku Berbaur dengan Masyarakat adalah Strategi Perang

2 hari lalu

Lawan Pasukan TNI Polri di Papua, TPNPB Mengaku Berbaur dengan Masyarakat adalah Strategi Perang

TPNPB menyatakan sudah meminta masyarakat untuk meninggalkan delapan daerah yang mereka klaim sebagai wilayah perang di Papua.

Baca Selengkapnya

Banjir Bandang dan Tanah Longsor di Kenya Menewaskan 181 Orang

10 hari lalu

Banjir Bandang dan Tanah Longsor di Kenya Menewaskan 181 Orang

Banjir bandang ini telah berdampak pada negara tetangga Kenya yakni Burundi dan Tanzania

Baca Selengkapnya

Temuan Kuburan Massal, Bisakah Menjadi Bukti Kejahatan Perang Israel?

16 hari lalu

Temuan Kuburan Massal, Bisakah Menjadi Bukti Kejahatan Perang Israel?

Penemuan kuburan massal di dua rumah sakit di Gaza telah memicu seruan kepala HAM PBB dan pihak lainnya untuk penyelidikan internasional.

Baca Selengkapnya

Profil 3 Pemimpin Perempuan di Kerajaan Majapahit

17 hari lalu

Profil 3 Pemimpin Perempuan di Kerajaan Majapahit

Tak hanya dipimpin raja, Majapahit pernah dipimpin perempuan. Siapa saja mereka?

Baca Selengkapnya

Temu Biden dan Delegasi AS, Irak Mengaku Khawatir Terseret Perang di Timur Tengah

26 hari lalu

Temu Biden dan Delegasi AS, Irak Mengaku Khawatir Terseret Perang di Timur Tengah

Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani memimpin delegasi untuk bertemu Presiden AS Joe Biden dan pejabat lainnya di tengah ketegangan antara Iran dan Israel.

Baca Selengkapnya

Proyeksi Serangan Balasan Israel ke Iran

27 hari lalu

Proyeksi Serangan Balasan Israel ke Iran

Israel membahas kemungkinan serangan balasan ke Iran setelah 300 misil dan drone Iran menyerang Israel pada Ahad dinihari.

Baca Selengkapnya

Kim Jong Un: Sekarang Waktunya Bersiap untuk Perang

31 hari lalu

Kim Jong Un: Sekarang Waktunya Bersiap untuk Perang

Kim Jong Un mengatakan Korea Utara siap untuk perang.

Baca Selengkapnya

Kepala Kemanusiaan PBB Sebut Perang Gaza Pengkhianatan terhadap Kemanusiaan

35 hari lalu

Kepala Kemanusiaan PBB Sebut Perang Gaza Pengkhianatan terhadap Kemanusiaan

Memasuki enam bulan perang Gaza, kepala UN OCHA Martin Griffiths menyebutnya sebagai pengkhianatan terhadap kemanusiaan.

Baca Selengkapnya