Hungaria Berselisih dengan Pemimpin Uni Eropa Soal Migran: Kami Diperkosa!

Reporter

Tempo.co

Sabtu, 7 Oktober 2023 10:30 WIB

Raja Felipe VI Spanyol, Ratu Letizia, dan para pemimpin negara Eropa berpose untuk foto keluarga saat berkunjung ke Istana Singa di Istana Alhambra, pada hari European Political Community Summit di Granada, Spanyol 5 Oktober 2023. REUTERS/Jon Nazca

TEMPO.CO, Jakarta - Para pemimpin sayap kanan Hungaria dan Polandia menolak pernyataan Uni Eropa mengenai migrasi tidak teratur menjelang berakhirnya pertemuan puncak para pemimpin Eropa.

Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban dan Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki menolak pernyataan yang diusulkan untuk dimasukkan dalam dokumen kesimpulan KTT pada Jumat.

Tindakan tersebut memaksa Presiden Dewan Eropa Charles Michel untuk mengeluarkan pernyataan terpisah atas namanya mengenai kebijakan suaka dan perlindungan perbatasan. Sementara pemimpin Perancis dan Jerman mengatakan proses legislatif mengenai masalah ini akan terus berjalan sesuai rencana.

Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez, yang menjadi tuan rumah KTT di Granada, menepis kekhawatiran mengenai perselisihan tersebut.

“Yang paling penting adalah apa yang dicapai para menteri dalam negeri kita beberapa pekan lalu dengan kesepakatan regulasi krisis, karena itu yang sangat relevan secara politik,” ujarnya.

Advertising
Advertising

Namun pertemuan tersebut memberikan kesempatan kepada Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki, yang menghadapi pemilihan umum akhir pekan ini, dan Viktor Orban dari Hungaria untuk menunjukkan kredibilitas populis kepada audiensi domestik mereka.

Morawiecki sesumbar bahwa “vetonya” terhadap pernyataan bersama mengenai migrasi “berarti bahwa proses ini tidak akan dilanjutkan… dan Polandia mempunyai peluang untuk menghentikannya.”

Orban membandingkan penerimaan pengungsi dengan kekerasan seksual.

“Kesepakatan mengenai migrasi, secara politik, tidak mungkin terjadi – tidak untuk saat ini [atau] secara umum untuk tahun-tahun mendatang,” kata Orban. “Karena secara hukum kami memang demikian, bagaimana mengatakannya – kami diperkosa. Jadi jika Anda diperkosa secara hukum, dipaksa menerima sesuatu yang tidak Anda sukai, bagaimana Anda ingin berkompromi?”

Blok negara-negara Eropa masih terpecah mengenai cara mengatasi migrasi tidak teratur, sebuah topik yang telah menjadi titik panas dalam politik benua tersebut dan menjadi fokus utama partai-partai sayap kanan yang menyerukan peningkatan pembatasan.

Pada Rabu, sebuah kesepakatan dicapai mengenai cara mengatasi periode kedatangan migran yang sangat tinggi. Ini menghilangkan hambatan utama dalam upaya melakukan perombakan imigrasi yang lebih besar sebelum pemilu Uni Eropa mendatang.

Selama bertahun-tahun, Eropa berada di garis depan dalam tren global mengenai militerisasi perbatasan, deportasi, dan tindakan pencegahan yang dimaksudkan untuk meningkatkan risiko migrasi tidak teratur.

Puluhan ribu migran dan pengungsi, banyak dari mereka melarikan diri dari perang dan konflik di negara-negara seperti Suriah dan Afghanistan, harus membayar dengan nyawa mereka, tenggelam dalam upaya putus asa untuk menyeberangi Laut Mediterania demi mencari keselamatan dan masa depan yang lebih baik.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia telah menempatkan tragedi-tragedi tersebut sebagai akibat dari tindakan pencegahan yang keras dari Uni Eropa. Pencegahan ini mencakup perjanjian-perjanjian dengan pemerintah asing yang menurut para kritikus melakukan outsourcing untuk elemen-elemen paling kotor dalam penegakan imigrasi dan mendorong pelanggaran hak asasi manusia.

Langkah-langkah tersebut tidak menghentikan partai-partai sayap kanan di negara-negara seperti Hungaria dan Polandia untuk memanfaatkan kekhawatiran mengenai migrasi. Mereka bersandar pada retorika yang menggambarkan migran sebagai penjahat dan “penjajah”.

Para pemimpin dari kedua negara tersebut dengan tegas menolak pernyataan bahwa semua negara Eropa harus berbagi distribusi migran yang baru tiba. Perdana Menteri Polandia Morawiecki mengatakan pada Jumat bahwa dia akan melawan “dikte yang datang dari Brussel dan Berlin”.

Meski demikian, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyampaikan pesan optimistis di akhir pertemuan puncak, dengan mengatakan bahwa perjanjian yang dicapai pada Rabu telah “sukses besar”. “Ini adalah bagian penting dari teka-teki keseluruhan perjanjian Migrasi dan Suaka,” katanya.

Piihan Editor: Hadang Imigran, Hungaria Berencana Bangun Tembok Tambahan

REUTERS | AL JAZEERA

Berita terkait

Ini 3 Alasan Australia Tingkatkan Jumlah Minimum Tabungan untuk Visa Pelajar

2 hari lalu

Ini 3 Alasan Australia Tingkatkan Jumlah Minimum Tabungan untuk Visa Pelajar

Australia meningkatkan jumlah minimum tabungan untuk visa pelajar sebagai upaya menekan angka migrasi yang tinggi.

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi Dorong Penghiliran Industri Jagung, Uni Eropa Jajaki Peluang Investasi IKN

7 hari lalu

Terkini: Jokowi Dorong Penghiliran Industri Jagung, Uni Eropa Jajaki Peluang Investasi IKN

Terkini: Presiden Jokowi dorong penghiliran industri jagung, Uni Eropa jajaki peluang investasi di IKN.

Baca Selengkapnya

Delegasi Uni Eropa Kunjungi IKN untuk Jajaki Peluang Investasi

7 hari lalu

Delegasi Uni Eropa Kunjungi IKN untuk Jajaki Peluang Investasi

Delegasi Uni Eropa mengunjungi Ibu Kota Nusantara (IKN) untuk penjajakan peluang investasi.

Baca Selengkapnya

Uni Eropa Cemas TikTok Lakukan Pelanggaran

9 hari lalu

Uni Eropa Cemas TikTok Lakukan Pelanggaran

Ursula von der Leyen mengakui TikTok telah menimbulkan ancaman, namun dia tidak menjelaskan lebih detail.

Baca Selengkapnya

Invasi Rusia di Ukraina Dorong Kemungkinan Ekspansi Uni Eropa

10 hari lalu

Invasi Rusia di Ukraina Dorong Kemungkinan Ekspansi Uni Eropa

Presiden Dewan Eropa mengatakan invasi Rusia ke Ukraina akan memberi dorongan bagi upaya Uni Eropa untuk menerima lebih banyak anggota.

Baca Selengkapnya

Airlangga Klaim Amerika Dukung Penundaan UU Anti Deforestasi Uni Eropa

13 hari lalu

Airlangga Klaim Amerika Dukung Penundaan UU Anti Deforestasi Uni Eropa

Amerika Serikat diklaim mendukung penundaan kebijakan UU Anti Deforestasi Uni Eropa yang dianggap merugikan sawit Indonesia.

Baca Selengkapnya

Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

14 hari lalu

Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

Pemblokiran Israel terhadap penyelidik internasional memasuki Jalur Gaza menghambat penyelidikan independen atas kuburan massal yang baru ditemukan

Baca Selengkapnya

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

14 hari lalu

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

Menteri Pertanian Ukraina Mykola Solsky ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka resmi dalam penyelidikan korupsi bernilai jutaan dolar

Baca Selengkapnya

BNPT Apresiasi Kerja Sama Penanggulangan Terorisme dengan Uni Eropa

15 hari lalu

BNPT Apresiasi Kerja Sama Penanggulangan Terorisme dengan Uni Eropa

Indonesia menjadi role model upaya penanggulangan terorisme. Uni Eropa sangat ingin belajar dari Indonesia.

Baca Selengkapnya

Setelah Gaduh Ferienjob Jerman, Giliran Mahasiswa Magang Kerja ke Hungaria Mengadu ke Hotline Bareskrim Polri

15 hari lalu

Setelah Gaduh Ferienjob Jerman, Giliran Mahasiswa Magang Kerja ke Hungaria Mengadu ke Hotline Bareskrim Polri

MIrip dengan keluhan peserta Ferienjob di Jerman, sejumlah mahasiswa magang kerja di Hungaria menyebut proram ini bukan magang melainkan TKI.

Baca Selengkapnya