TEMPO Interaktif, Jakarta: Korea Utara telah melakukan test senjata nuklirnya kembali, pada hari Senin (25/5), demikian bunyi pernyataan kantor berita Korea Utara, KCNA, Senin. Konfirmasi ini keluar, hanya sekitar satu jam setelah Dinas Survey Geologi Amerika Serikat mendeteksi adanya gelombang seismik sebesar 4,7 di tempat pertama kali Korea Utara melakukan test nuklir pada Oktober 2006. Kantor berita Korea Utara mengatakan Senin, bahwa test ini dilakukan sebagai bagian dari peningkatan kemampuan nuklirnya untuk kepentingan pertahanan diri dalam berbagai cara.
Di Seoul, Presiden Korea Selatan Lee Myung Bak, mengatakan negaranya akan segera melakukan investigasi atas laporan ini dan segera melakukan pertemuan darurat dewan keamanan nasional Korea Selatan. Sedangkan di Tokyo, Perdana Menteri Taro Aso, mengatakan negaranya akan membentuk tim khusus untuk menyelidiki percobaan nuklir ini dan bagaimana mereka akan segera memberikan respon. Sedangkan dari Washington, belum keluar respon khusus atas peristiwa ini.
"Test nuklir kali ini telah berlangsung dengan aman pada level kekuatan ledakan yang lebih dahsyat, dan kontrol teknologi yang lebih baik. Hasil test memuaskan untuk memperbaiki kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi senjata nuklir dan untuk mengembangkan teknologi nuklir," ujar kantor berita Korea Utara, KCNA.
Belum ada informasi berapa sebenarnya kekuatan senjata itu dapat digunakan. Tetapi dari ujicoba nuklir Korea Utara yang pertama, diperkirakan senjata nuklir yang dimiliki Korea Utara itu kurang lebih sebanding dengan ledakan 1.000 ton TNT, atau setingkat dengan bom yang digunakan Amerika Serikat dalam mengebom Jepang pada perang dunia II.
Presiden Barack Obama sebelumnya telah menunjuk utusan khusus, Stephen Bosworth, untuk menangani masalah ancaman nuklir Korea Utara, dengan mengadakan kerjasama dengan Cina, Korea Selatan, Jepang dan Rusia. Tetapi belum banyak perkembangan baru dalam masalah ini.
