Global Witness: Hampir 2.000 Aktivis Lingkungan Global Tewas Terbunuh dalam Satu Dekade Terakhir

Reporter

Tempo.co

Kamis, 14 September 2023 12:12 WIB

Aktivis mengambil bagian dalam protes menolak jalur rel Kereta Cepat Lyon-Turin antara Prancis dan Italia, di dekat Saint-Jean-de-Maurienne, Prancis, 17 Juni 2023. Demonstran mengklaim bahwa proyek jalur kereta memiliki potensi bahaya bagi lingkungan dan dapat berdampak negatif pada sumber daya air di wilayah tersebut. REUTERS/Denis Balibouse

TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 1.910 aktivis lingkungan hidup telah tewas terbunuh antara 2012-2022, dengan Amerika Latin memegang persentase tertinggi secara global. Hal ini diungkapkan Global Witness, sebuah organisasi non-pemerintah (LSM) internasional pada Rabu.

Global Witness merilis laporan yang mengungkapkan statistik pembunuhan aktivis lingkungan menjelang Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP28) ke-28, yang akan diadakan di Uni Emirat Arab pada November.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa Kolombia menjadi negara paling mematikan di dunia bagi para aktivis lingkungan hidup, dengan total 60 kematian pada tahun lalu. Amerika Latin menyumbang 88 persen kematian pada tahun lalu.

Negara-negara mematikan lainnya tahun lalu di kawasan ini termasuk Brasil dengan 34 kasus pembunuhan, Meksiko dengan 31 kasus, dan Honduras dengan 14 kasus, katanya.

Studi ini juga menyoroti bahwa 177 aktivis lingkungan hidup di seluruh dunia dibunuh tahun lalu. Global Witness mendokumentasikan 16 pembunuhan di Asia, 11 di antaranya terjadi di Filipina, yang menduduki peringkat teratas di kawasan ini setiap tahunnya tanpa kecuali.

Advertising
Advertising

Sementara Indonesia mencatat kematian tiga aktivis lingkungan pada 2022, yakni Danil, Erni Pinem dan Erfaldi Erwin Lahadado. Jumlah ini sama dengan kematian aktivis lingkungan setahun sebelumnya.

“Penelitian ini juga menemukan lagi bahwa masyarakat adat di seluruh dunia menghadapi tingkat serangan mematikan yang tidak proporsional, karena mereka menjadi korban dari lebih dari sepertiga (34 persen) pembunuhan global pada tahun lalu, sementara jumlah mereka hanya sekitar 5 persen dari populasi dunia,” Global Research mengatakan di situsnya.

Meskipun masyarakat adat memiliki fungsi penting dalam memerangi krisis iklim, masyarakat adat “dikepung” di negara-negara seperti Brazil, Peru dan Venezuela, kata Laura Furones, penasihat senior Kampanye Pembela Tanah dan Lingkungan dari LSM tersebut.

Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Eropa mendukung aktivitas penambangan emas dan penebangan kayu yang mengancam komunitas domestik di hutan hujan Amazon.

Pilihan Editor: Polisi Belanda Bubarkan Demo dengan Meriam Air, Aktivis Lingkungan Menyambut dengan Tarian

ANADOLU

Berita terkait

Pesawat Singapore Airlines Lakukan Pendaratan Darurat, Satu Penumpang Tewas

8 jam lalu

Pesawat Singapore Airlines Lakukan Pendaratan Darurat, Satu Penumpang Tewas

Pesawat Singapore Airlines melakukan pendaratan darurat di Bangkok pada Selasa 21 Mei 2024 karena turbulensi parah, menyebabkan satu penumpang tewas

Baca Selengkapnya

Polisi Sudah Periksa 5 Saksi di Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

9 jam lalu

Polisi Sudah Periksa 5 Saksi di Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Polisi akan gelar perkara kasus dugaan penipuan beasiswa ke Filipina.

Baca Selengkapnya

Selain Presiden Iran, Inilah 5 Pemimpin Negara yang Meninggal karena Kecelakaan

12 jam lalu

Selain Presiden Iran, Inilah 5 Pemimpin Negara yang Meninggal karena Kecelakaan

Presiden Iran Ebrahim Raisi meninggal dalam kecelakaan helikopter. Berikut daftar pemimpin negara yang meninggal karena kecelakaan.

Baca Selengkapnya

BNN Bersiap Jemput Gembong Narkoba Jaringan Asia Johann Gregor dari Filipina

13 jam lalu

BNN Bersiap Jemput Gembong Narkoba Jaringan Asia Johann Gregor dari Filipina

Badan Narkotika Nasional (BNN) sedang berkoordinasi dengan Kedubes dan otoritas Filipina untuk menjemput gembong narkoba jaringan Asia, Johann Gregor

Baca Selengkapnya

Indonesia Perlu Waspada Tiga Hal Ini Jika Donald Trump Menang Pilpres AS

13 jam lalu

Indonesia Perlu Waspada Tiga Hal Ini Jika Donald Trump Menang Pilpres AS

Mantan dubes AS untuk RI menilai ada tiga hal yang Indonesia perlu waspadai jika Donald Trump terpilih menjadi presiden Amerika untuk kedua kalinya.

Baca Selengkapnya

The Arrival of Starlink in Indonesia Market

14 jam lalu

The Arrival of Starlink in Indonesia Market

The inauguration ceremony in Bali attended by Elon Musk marks Starlink's entry into the Indonesia market.

Baca Selengkapnya

Mantan Duta Besar Beri Saran Perwakilan Diplomatik yang Cocok Ditugaskan di Amerika Serikat

17 jam lalu

Mantan Duta Besar Beri Saran Perwakilan Diplomatik yang Cocok Ditugaskan di Amerika Serikat

Mantan Duta besar Amerika Serikat berharap Indonesia segera mengirimkan duta besar yang baru dan yang berpengalaman ke Amerika.

Baca Selengkapnya

Korban Tewas Pesawat Jatuh di BSD Tangerang, Kepala RS Polri Kramat Jati : 1 Korban Sudah Dipulangkan

1 hari lalu

Korban Tewas Pesawat Jatuh di BSD Tangerang, Kepala RS Polri Kramat Jati : 1 Korban Sudah Dipulangkan

Kepala Rumah Sakit Polri Kramat Jati sebut 1 korban tewas dalam tragedi pesawat jatuh di Lapangan Sunburst, BSD City, Tangerang Selatan telah dipulangkan ke keluarga.

Baca Selengkapnya

Ekonom Sebut Ekonomi Indonesia Terlalu Bergantung pada Sumber Daya Alam

3 hari lalu

Ekonom Sebut Ekonomi Indonesia Terlalu Bergantung pada Sumber Daya Alam

Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin kondisi ekonomi Indonesia dalam masalah karena terlalu tergantung pada sumber daya alam.

Baca Selengkapnya

Pekerja Tambang Timah Ilegal Air Bunut Parit Tiga Bangka Barat Tewas Tertimbun Longsor

3 hari lalu

Pekerja Tambang Timah Ilegal Air Bunut Parit Tiga Bangka Barat Tewas Tertimbun Longsor

Satu pekerja tambang timah yang diduga ilegal meninggal dunia setelah tertimbun tanah longsor.

Baca Selengkapnya