500 Hari Perang Rusia Ukraina: Berapa Besar Biayanya?
Editor
Ida Rosdalina
Minggu, 9 Juli 2023 09:53 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Lima ratus hari lalu, di sebuah pagi Februari yang dingin, Rusia meluncurkan invasi berskala penuh di tetangga sebelah baratnya, Ukraina.
Kremlin berharap pada sebuah “operasi militer khusus” kilat tetapi enam belas setengah bulan kemudian, pertempuran masih berkobar tanpa tanda-tanda berakhir.
Saat perang Rusia Ukraina mencapai tonggak suram lainnya pada Sabtu, 8 Juli 2023, berikut adalah beberapa cara suram perang mengubah hidup puluhan juta orang:
Jutaan Orang Ukraina Menjadi Pengungsi
Konflik telah menyebabkan krisis pengungsi yang sangat cepat meningkat sejak Perang Dunia II, dengan 6,3 juta orang terpaksa pergi dari Ukraina sejak invasi 24 Februari 2022. Mayoritas – 5.967.100 – pergi ke negara-negara Eropa lain.
Enam juta lainnya mengungsi di dalam negeri Ukraina.
Sebagian besar pengungsi adalah kaum perempuan dan anak-anak, sementara laki-laki berusia antara 18 dan 60 diperintahkan untuk tetap di dalam negeri dan bertempur.
Ribuan Warga Sipil Tewas, Mungkin Lebih
OHCHR memperkirakan 9.083 warga sipil telah terbunuh di Ukraina dan 15.779 terluka sejak invasi Rusia. Namun, angka-angka ini diyakini kurang dari kenyataan.
Dalam wilayah yang dikuasai pemerintahan Ukraina, OHCHR telah mencatat setidaknya 20.073 korban (7.072 tewas dan 13.001 terluka). Sementara di wilayah yang dikuasai Rusia, OHCHR mencatat setidaknya 4.789 korban (2.011 tewas dan 2.778 terluka).
Korban Militer
Memperkirakan korban militer sulit karena baik pasukan Ukraina maupun Rusia mengecilkan kehilangan mereka, sementara data yang tepat waktu dan dapat diandalkan masih kurang.
Menurut Kementerian Pertahanan Inggris, pada tahun pertama perang, korban mencapai 200.000 di antara pasukan tentara Rusia dan pasukan kontraktor militer swasta, seperti Grup Wagner. Ini kemungkinan termasuk antara 40.000 hingga 60.000 tewas.
Baru-baru ini, menurut penilaian Badan Intelijen Pertahanan AS yang bocor pada April tahun ini, Rusia telah menderita antara 189.500 dan 223.000 total korban, termasuk 35.500 hingga 43.000 tewas dan 154.000 hingga 180.000 terluka.
AS mengatakan Ukraina telah menderita hingga 131.000 total korban, termasuk hingga 17.500 tewas dalam aksi dan hingga 113.500 terluka.
Al Jazeera tidak dapat memverifikasi secara independen jumlah yang dilaporkan, yang lebih tinggi dari angka korban yang diterbitkan Kyiv dan Moskow.
<!--more-->
Kehancuran yang Meluas
Sisi-sisi bangunan tinggi yang compang-camping di seluruh Ukraina telah menjadi ciri khas pengeboman Rusia.
Serangan-serangan rudal dan penembakan telah menghancurkan ratusan ribu bangunan dan arsitektur penting - dari rumah dan rumah sakit hingga pembangkit listrik dan fasilitas lainnya.
Sebuah laporan Bank Dunia, Maret, menyatakan bahwa Ukraina akan membutuhkan biaya US$411 miliar (sekitar Rp 6 kuadriliun) selama 10 tahun ke depan untuk memulihkan dan membangun kembali dari perang - yang merupakan dua kali lipat produk domestik bruto sebelum perang.
Bisnis telah menderita kerusakan yang signifikan, setidaknya hingga US$11,3 miliar, jumlah yang diperkirakan akan meningkat seiring dengan berlanjutnya perang. Biaya kerusakan sektor pertanian Ukraina yang biasanya tumbuh subur mencapai sekitar US$8,7 miliar.
Menurut Kyiv School of Economics, biaya mengganti bangunan dan infrastruktur yang rusak diyakini mencapai US$143,8 miliar.
Penguasaan Wilayah di Ukraina
Setahun yang lalu, lebih dari 20 persen wilayah Ukraina dianggap diduduki setelah Rusia merebut kota-kota utama dan pelabuhan strategis.
Namun, perkiraan itu sekarang kurang dari 20 persen dan menurut beberapa peneliti, bisa serendah 17 persen, karena Ukraina berjuang untuk membebaskan tanahnya.
Pada bulan-bulan pertama perang, pasukan Rusia bergerak cepat untuk merebut petak-petak wilayah dari timur laut Ukraina, yaitu di sekitar ibu kota, Kyiv, dan kota terbesar kedua di negara itu, Kharkiv.
Di bagian lain Ukraina, Rusia telah menguasai daerah sekitar Kherson, Mariupol, dan banyak desa di timur. Namun, upaya Moskow terhambat oleh perlawanan kuat Ukraina, masalah logistik, dan masuknya senjata Barat untuk mendukung Ukraina.
Serangan balasan besar pertama Ukraina mampu merebut kembali wilayah di sekitar Kharkiv dan Kherson. Pada awal Juni, Ukraina meluncurkan serangan balasan lain yang diantisipasi secara luas untuk merebut kembali wilayah di timur dan selatan, tetapi sejauh ini kemajuannya lambat.
AL JAZEERA
Pilihan Editor: Top 3 Dunia: Warga AS Ogah Dipimpin Lansia hingga Pasokan Bom Tandan untuk Ukraina