Keganasan Topan Mocha, Angin Berkecepatan 210 Km per Jam yang Hantam Bangladesh dan Myanmar
Reporter
Tempo.co
Editor
Naufal Ridhwan
Selasa, 16 Mei 2023 09:12 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Angin topan mocha menyapu wilayah bibir pantai Bangladesh dan Myanmar pada Minggu, 14 Mei 2023, sehingga memaksa ribuan orang dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Banyak rumah di bibir pantai tersebut dibangun tidak tahan terhadap sapuan badai.
Angin topan mocha yang menyapu pada hari Minggu kemarin berkekuatan 210 kilometer per jam sehingga cukup kuat untuk membuat air laut naik hingga ketinggian 4 meter. Lebih dari 2 juta orang terdampak oleh musibah ini, yang sebagian besar mereka yang tinggal di negara bagian Rakhine dan Chin, Myanmar.
Topan Mocha dikategorikan sebagai badai siklon yang sangat parah yang dapat melepaskan gelombang laut hingga 12 kaki (3,66 meter).
Peringatan United Nations Satellite Centre
Akan tetapi, United Nations Satellite Centre memperingatkan jumlah warga yang terdampak oleh musibah ini kemungkinan bertambah karena angin topan mocha bergerak ke wilayah daratan dari Teluk Bengal.
“Menyelamatkan nyawa warga adalah prioritas kami,” kata Mijanur Rahman, anggota tim penyelamat dari Bangladesh, yang juga mengabarkan sekitar 300 ribu orang sudah dievakuasi pihaknya sebelum badai menghantam pada siang hari.<!--more-->
Kekhawatiran pada pengungsi Rohingya
Tim relawan saat ini mengkhawatirkan soal risiko yang bakal dihadapi lebih dari satu juta pengungsi etnis minoritas Rohingya, di mana separuh dari jumlah tersebut adalah anak-anak. Para pengungsi itu saat ini tinggal di kamp-kamp pinggir pantai di Kota Cox Bazar dekat jalur yang dilintasi angin topan mocha.
“Orang-orang yang berisiko tersapu angin topan mocha sudah diungsikan ke tempat-tempat penampungan dan kami sedang mempersiapkan paket-paket bantuan,” kata Farah Kabir dari ActionAid Bangladesh.
Sejak junta merebut kekuasaan dua tahun lalu, Myanmar terjerumus ke dalam kekacauan dan gerakan perlawanan memerangi militer di berbagai bidang setelah tindakan keras berdarah terhadap pengunjuk rasa. Belum ada komentar resmi dari junta Myanmar.
Di Bangladesh, Mohammad Shamsud Douza, seorang pejabat pemerintah yang bertanggung jawab atas pengungsi, mengatakan berfokus untuk menyelamatkan nyawa penduduk."Orang yang berisiko tanah longsor akan dievakuasi," katanya.
Ribuan pekerja masyarakat dan relawan telah dikerahkan, bersama petugas medis dan penyelamat. Di luar kamp pengungsi, sedikitnya 5.000 orang telah pindah ke tempat perlindungan. Pihak berwenang telah mengatur untuk mengevakuasi 500.000 orang dari jalur badai, kata Netai Chandra Dey Sarker dari Departemen Manajemen Bencana Bangladesh.
Di Myanmar, Program Pangan Dunia mengatakan sedang menyiapkan makanan dan pasokan bantuan yang dapat membantu lebih dari 400.000 orang di Rakhine dan sekitarnya selama sebulan. Setidaknya 10.000 orang telah meninggalkan rumah mereka di negara bagian Rakhine Myanmar untuk mencari daerah yang lebih aman.
"Semua orang berusaha meninggalkan kota sejak kemarin sore," kata seorang warga berusia 20 tahun di ibu kota Rakhine, Sittwe, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya. "Tidak banyak orang yang tersisa di jalan saya, hanya keluarga saya."
100 ribu orang dievakuasi
Setidaknya 100 ribu orang di negara bagian Rakhine, Myanmar, sudah dipindahkan ke area yang lebih aman sejak akhir pekan lalu. Juru bicara Angkatan Darat Myanmar untuk wilayah Arakan Khine Thu Kha mengatakan tempat ibadah dan sekolah-sekolah sekarang difungsikan sebagai tempat penampungan.
“Kami telah berkoordinasi untuk mengatur konsumsi bagi para pengungsi, namun jika ini bersifat jangka panjang, akan muncul sejumlah masalah,” kata Thu Kha. "Kami menggunakan biara dan sekolah sebagai tempat berlindung,"
Tentara berseragam yang mengenakan pelampung oranye memindahkan penduduk dengan perahu kayu, dalam gambar dan video yang disediakan oleh milisi.
SUCI SEKARWATI | YUDONO YANUAR | DEWI RINA CAHYANI
Pilihan Editor: Erdogan dan Kilicdaroglu Saling Sebut Pihak Luar dalam Pemilu Turki, Benarkah Rusia dan AS Terlibat?