8 Ciri-ciri Flu Babi Afrika, dari Demam Tinggi Hingga Diare

Reporter

Tempo.co

Senin, 15 Mei 2023 17:24 WIB

Babi Pigcasso bersiap melukis di Farm Sanctuary di Franschhoek, Afrika Selatan, Kamis, 21 Februari 2019. Pigcasso menjadi hewan pertama di dunia yang pernah menyelenggarakan pameran lukisannya sendiri. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Virus Flu Babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) ditemukan di peternakan PT Indo Tirta Suaka (ITS) Pulau Bulan, Batam. Imbasnya, pemerintah Singapura mulai menghentikan impor babi hidup dari Indonesia sementara pada April 2023 lalu. Meski banyak ahli yang menyebut penyakit ini tidak dapat menular ke manusia, masyarakat tentu tetap merasa khawatir. Lantas, bagaimana ciri-ciri Flu Babi Afrika?

Apa itu Flu Babi Afrika?

Menurut Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH), Flu Babi Afrika adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang babi ternak dan liar dengan tingkat kematian mencapai 100 persen. Virus ini sangat resisten terhadap lingkungan, sehingga dapat bertahan hidup di pakaian bahkan pada produk olahan daging babi.

Virus ini diklaim tidak berbahaya bagi kesehatan manusia, tetapi berdampak buruk terhadap populasi babi dan perekonomian. Pasalnya, hingga saat ini tidak ada vaksin yang secara efektif melawan ASF. Sementara itu, daging bagi menjadi sumber utama protein hewani global dengan persentase 35 persen.

Ciri-ciri Flu Babi Afrika

Layanan Inspeksi Kesehatan Hewan dan Tumbuhan Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) mengatakan bahwa Flu Babi Afrika ditemukan di negara-negara di seluruh dunia. Baru-baru ini, telah menyebar ke Republik Dominika dan Haiti. ASF juga menyebar ke Cina, Vietnam, Mongolia, dan beberapa bagian Uni Eropa.

Gejala Flu Babi Afrika pada ternak dapat ditandai dengan:

Advertising
Advertising

- Demam tinggi.

- Lemas.

- Nafsu makan menurun.

- Kulit merah, lesi kulit, atau berjerawat.

- Diare.

- Muntah.

- Ciri-ciri Flu Babi Afrika juga berupa batuk.

- Kesulitan bernapas.

Cara Penyebaran Flu Babi Afrika

Tanpa disadari, wisatawan internasional berpotensi membawa pulang penyakit setelah berkunjung dari negara yang terjangkit ASF, terutama jika datang ke peternakan. Beberapa makanan yang terbuat dari daging babi juga menjadi sumber penyebaran virus. Maka dari itu, USDA mengimbau masyarakat dunia untuk melakukan beberapa hal, diantaranya:

- Bersihkan atau disinfeksi pakaian hingga sepatu yang dikenakan di sekitar babi.

- Jangan pergi ke peternakan, pasar ternak, gudang penjualan, sirkus, kebun binatang, toko hewan peliharaan, atau fasilitas hewan lainnya sementara waktu.

Perbedaan Flu Babi Afrika dengan Flu Babi Biasa

Menurut Departemen Sumber Daya Alam dan Lingkungan Tasmania, Flu Babi Afrika dan demam babi klasik (Classical Swine Fever atau CSF) secara klinis serupa, tidak dapat dibedakan secara mudah di lapangan, serta perlu pemeriksaan laboratorium untuk memastikan diagnosis. Meski begitu, kedua penyakit disebabkan oleh virus yang sama sekali tidak sama.

CSF sering dikenal sebagai Hog Cholera diakibatkan oleh virus dari genus pestivirus atau famili Flaviviridae. Virus ini berkerabat dekat dengan virus penyebab diare, virus bovine (menyerang mukosa) pada sapi, dan penyakit perbatasan (hairy shaker disease) domba.

Flu Babi Afrika dan Flu Babi Biasa dapat diketahui dengan melihat ciri-ciri klinis, seperti demam, tidak bersemangat, kehilangan nafsu makan, bercak (merah, ungu, atau biru) pada telinga, hidung, dan area badan lainnya, muntah, diare berdarah, batuk, kesulitan bernapas, hingga keguguran pada induk babi.

Wabah CSF tersebar luas di Asia, Afrika, Amerika Selatan, dan sebagian di Eropa. Sementara ASF hadir pertama kali di Afrika sub-Sahara dan Eropa timur. Pada September 2018, penyakit ini terdeteksi di Belgia dan terus ditemukan secara berjeda.

Itulah ciri-ciri Flu Babi Afrika yang tidak menyerang manusia. Meski begitu, para ahli mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dan menghindari kontak langsung dengan hewan ini. Semoga bermanfaat.

Pilihan editor: Bedanya African Swine Fever dengan Flu Babi, Ini Kata Kemenkes

NIA HEPPY | MELYNDA DWI PUSPITA

Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

2 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

4 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

4 hari lalu

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

Pasien pembekuan darah pertama yang disebabkan oleh vaksin AstraZeneca adalah Jamie Scott.

Baca Selengkapnya

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

6 hari lalu

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

Masih ada warga yang menganggap vaksinasi dapat menyebabkan kematian sehingga pelaksanaannya masih sering menemui kendala.

Baca Selengkapnya

Alasan Masyarakat Perlu Imunisasi Seumur Hidup

7 hari lalu

Alasan Masyarakat Perlu Imunisasi Seumur Hidup

Imunisasi atau vaksinasi tidak hanya diperuntukkan bagi bayi dan anak-anak tetapi juga orang dewasa. Simak alasannya.

Baca Selengkapnya

Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

12 hari lalu

Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

Empat jenis vaksin sangat penting bagi jemaah haji, terutama yang masuk populasi berisiko tinggi seperti lansia dan pemilik komorbid.

Baca Selengkapnya

Tak Disediakan Vaksinasi Meski Flu Singapura Merebak, Ini Penjelasan IDAI

32 hari lalu

Tak Disediakan Vaksinasi Meski Flu Singapura Merebak, Ini Penjelasan IDAI

Vaksin untuk menangkal penyebaran flu Singapura belum ada di Indonesia, padahal tingkat penyebaran dan infeksinya cukup signifikan mengalami lonjakan.

Baca Selengkapnya

Hari Tuberkulosis Sedunia, Kendalikan TB dengan Inovasi Vaksin

43 hari lalu

Hari Tuberkulosis Sedunia, Kendalikan TB dengan Inovasi Vaksin

Vaksinasi tuberkulosis sebagai penanganan imunologi diharapkan bisa perpendek durasi pengobatan, sederhanakan regimen atau perbaiki hasil pengobatan

Baca Selengkapnya

Jangan Cemas, Vaksin Tidak Sebabkan Autisme pada Anak

23 Februari 2024

Jangan Cemas, Vaksin Tidak Sebabkan Autisme pada Anak

Rumor vaksin dapat menyebabkan autisme pada anak tidak benar adanya. Dokter anak beri penjelasan.

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Bocorkan Ilmuwan Rusia sedang Membuat Vaksin untuk Obati Kanker

15 Februari 2024

Vladimir Putin Bocorkan Ilmuwan Rusia sedang Membuat Vaksin untuk Obati Kanker

Vladimir Putin mengkonfirmasi ilmuwan bidang medis di Rusia sedang berusaha membuat vaksin untuk melawan penyakit kanker.

Baca Selengkapnya