Suriah, Tempat Aman Terakhir bagi ISIS
Reporter
Tempo.co
Editor
Ida Rosdalina
Rabu, 3 Mei 2023 07:49 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Abu Hussein al-Qurashi adalah yang terbaru dari serangkaian anggota senior ISIS yang ditangkap atau dibunuh di barat laut Suriah, sepotong wilayah yang dikuasai oleh milisi saingan, termasuk kelompok bersenjata garis keras dan faksi jihadis yang didukung oleh Turki.
Daerah tersebut telah menjadi tempat berlindung ISIS yang paling signifikan di wilayah tersebut setelah kelompok itu dikalahkan secara teritorial di Irak pada 2017 dan Suriah pada 2019, dengan anggota dan pendukung menyelinap melintasi perbatasan Irak-Suriah sepanjang 600 km.
Navvar Shaban, dari Pusat Studi Strategis Omran, mengatakan: "Ada banyak sel tidur di area ini yang dapat memfasilitasi lebih banyak pejabat ISIS yang masuk ke zona tersebut, dan banyak pos pemeriksaan di mana mereka dapat membayar uang untuk melewatinya dengan mudah. "
Seorang pejabat intelijen Irak mengatakan: "Satu-satunya tempat yang aman bagi para pemimpin senior Daesh (ISIS) adalah di Suriah, dan khususnya di daerah yang berbatasan dengan Turki."
Kerja sama intelijen Irak dengan Turki memainkan peran utama dalam operasi baru-baru ini yang menargetkan anggota senior ISIS, menurut seorang sumber keamanan Suriah dan seorang pejabat intelijen Irak kedua yang berfokus pada aktivitas utama para pemimpin ISIS di Irak, Suriah, dan Turki.
Kerja sama ini membantu Turki menentukan perkiraan keberadaan Qurashi di Suriah.
<!--more-->
Suksesi
Dengan kepergian Qurashi, para analis memperkirakan ISIS akan mengumumkan pemimpin baru. Ia akan menjadi yang keempat dalam beberapa tahun, memimpin sebuah kelompok yang telah mengalami penurunan aktivitas yang signifikan di seluruh wilayah operasinya, terutama Timur Tengah dan Afrika.
Pejabat intelijen Irak mengatakan pemimpin baru ISIS kemungkinan seorang Irak, seperti para pendahulunya, tetapi hanya ada sedikit pemimpin yang tersisa untuk mengambil alih peran itu, tiga di antaranya telah diketahui Intelijen Irak.
Hassan Hassan, penulis buku tentang ISIS dan editor majalah New Lines yang menerbitkan karya kelompok itu, mengatakan ISIS sebelumnya membangun profil kepemimpinan untuk mempersiapkan pengikut untuk suksesi tetapi belum mampu melakukannya dalam beberapa tahun terakhir.
"ISIS tidak lagi memiliki tipe pemimpin yang kredibel yang dapat diiklankan, setidaknya secara internal, dan situasi keamanan juga menjadi terlalu rumit untuk memprioritaskan aspek itu," katanya kepada Reuters.
“Pemimpin terakhir paling sulit ditebak bahkan oleh intelijen Irak dan Amerika, dan ini terlebih berlaku untuk pemimpin mendatang,” katanya.
ISIS belum memastikan atau berkomentar tentang pembunuhan pemimpinnya.
Militan ISIS terus mengobarkan serangan pemberontak dan sebuah laporan PBB yang diterbitkan pada Februari mengatakan ISIS diperkirakan memiliki 5.000 hingga 7.000 anggota dan pendukung yang tersebar antara Suriah dan Irak, kira-kira setengah dari mereka adalah kombatan.
REUTERS
Pilihan Editor: Biden Kerahkan 1500 Pasukan Tambahan ke Perbatasan Amerika dengan Meksiko