PBB: Jumlah Tertinggi Pengantin Anak Ada di Asia Selatan

Reporter

Tempo.co

Editor

Ida Rosdalina

Kamis, 20 April 2023 07:00 WIB

UNICEF. REUTERS/Denis Balibouse

TEMPO.CO, Jakarta - Asia Selatan adalah rumah bagi pengantin anak dengan jumlah tertinggi di dunia karena meningkatnya tekanan keuangan dan penutupan sekolah karena Covid-19 memaksa keluarga untuk menikahkan anak perempuan mereka, menurut perkiraan baru yang dirilis oleh UNICEF, Rabu, 19 April 2023.

Ada 290 juta pengantin anak di kawasan ini, terhitung 45% dari jumlah total di dunia, kata badan PBB untuk anak-anak. Sambil menyerukan lebih banyak upaya untuk mengakhiri praktik ini.

"Fakta bahwa Asia Selatan memiliki beban pernikahan anak tertinggi di dunia bukanlah hal yang tragis," kata Noala Skinner, direktur regional UNICEF untuk Asia Selatan, dalam sebuah pernyataan.

"Perkawinan anak membuat anak perempuan tidak bisa belajar, membahayakan kesehatan dan kesejahteraan mereka, dan membahayakan masa depan mereka."

Sebuah kajian baru oleh badan tersebut yang juga mencakup wawancara-wawancara dan diskusi di 16 lokasi di Bangladesh, India, Nepal menyimpulkan bahwa banyak orang tua melihat pernikahan sebagai opsi terbaik untuk para anak perempuan yang memiliki pilihan terbatas untuk belajar selama pengucian Covid-19.

Advertising
Advertising

Usia legal pernikahan untuk perempuan adalah 20 tahun di Nepal, 18 di India, Sri Lanka dan Bangladesh dan 16 di Afghanistan. Sementara itu di Pakistan 16 tahun kecuali untuk provinsi Sindh, di mana usia minimum 18.

Studi PBB juga menemukan bahwa keluarga didorong oleh tekanan keuangan selama pandemi untuk menikahkan anak perempuan mereka di usia muda demi mengurangi biaya di rumah.

Badan itu mengatakan potensi solusi yang diidentifikasi dalam diskusi termasuk memberlakukan langkah-langkah perlindungan sosial untuk melawan kemiskinan, melindungi hak setiap anak atas pendidikan, memastikan kerangka kerja yang memadai untuk menegakkan hukum dan melakukan lebih banyak upaya untuk menangani norma-norma sosial.

“Kita harus berbuat lebih banyak dan memperkuat kemitraan untuk memberdayakan anak perempuan melalui pendidikan, termasuk pendidikan seksualitas yang komprehensif, dan membekali mereka dengan keterampilan, sambil mendukung masyarakat untuk bersama-sama mengakhiri praktik yang mengakar ini,” kata Björn Andersson, direktur regional Asia-Pasifik dari Dana Kependudukan PBB.

REUTERS

Pilihan Editor: KBRI Khartoum Evakuasi 15 WNI ke Safe House di Gedung KBRI

Berita terkait

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

7 jam lalu

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

Pejabat PBB mengatakan penutupan perbatasan Rafah dan Karem Abu Salem (Kerem Shalom) merupakan "bencana besar" bagi warga Palestina di Gaza

Baca Selengkapnya

Sebab Anak Perempuan Lebih Rentan Terserang Lupus

8 jam lalu

Sebab Anak Perempuan Lebih Rentan Terserang Lupus

Dokter anak menyebut anak perempuan lebih berisiko terkena lupus dibanding laki-laki dengan perbandingan 9:1. Ini sebabnya.

Baca Selengkapnya

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

9 jam lalu

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

UN Women memperingatkan bahwa serangan darat Israel di Rafah, Gaza, akan memperburuk penderitaan 700.000 perempuan dan anak perempuan Palestina

Baca Selengkapnya

Ukraina Tolak Akui Vladimir Putin sebagai Presiden Sah Rusia

11 jam lalu

Ukraina Tolak Akui Vladimir Putin sebagai Presiden Sah Rusia

Kementerian Luar Negeri Ukraina mengatakan tidak ada dasar hukum untuk mengakui Vladimir Putin sebagai presiden Rusia yang sah.

Baca Selengkapnya

Temuan PBB tentang Kuburan Massal Gaza: Ada yang Disiksa, Ada yang Dikubur Hidup-hidup

13 jam lalu

Temuan PBB tentang Kuburan Massal Gaza: Ada yang Disiksa, Ada yang Dikubur Hidup-hidup

Para ahli PBB mendesak penjajah Zionis Israel untuk mengakhiri agresinya terhadap Gaza, dan menuntut ekspor senjata ke Israel "segera" dihentikan.

Baca Selengkapnya

Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

2 hari lalu

Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

Menteri Luar Negeri Turkiye sangat yakin pengakuan banyak negara terhadap Palestina sebagai sebuah negara akan menjadi pukulan telak bagi Israel

Baca Selengkapnya

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

3 hari lalu

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

Delegasi PBB mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

3 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

3 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

4 hari lalu

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

Dubes Palestina untuk Austria menilai upaya membahas Gaza pada forum PBB tidak akan berdampak pada kebijakan AS dan Eropa yang mendanai genosida.

Baca Selengkapnya