Profil Pervez Musharraf: Mantan Diktator Militer Pakistan yang Lari dari Hukuman Mati

Senin, 6 Februari 2023 11:25 WIB

Mantan Presiden Pakistan, Pervez Musharraf. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Kematian mantan Presiden Pakistan Pervez Musharraf di Dubai, Minggu, 5 Februari, dari penyakit organ langka yang disebut amiloidosis menandai akhir dari perjalanan naik-turun dan kerap tidak masuk akal, bertransisi dari jenderal bintang empat menjadi diktator militer menjadi calon negarawan menjadi paria yang diadili sebagai pengkhianat.

Baca Juga: Mantan Presiden Pakistan Pervez Musharraf Meninggal di Dubai

Musharraf, yang memimpin negara itu selama hampir sembilan tahun (1999-2008), ditunjuk oleh mantan PM Nawaz Sharif sebagai panglima angkatan darat hanya setahun sebelum ia melakukan kudeta militer untuk menggulingkan pemerintahan terpilih. Ironisnya, Musharraf menggantikan Jenderal Jehangir Karamat, yang mundur sebagai panglima militer hanya dua hari setelah menyerukan agar militer diberi peran kunci dalam proses pembuatan keputusan. Pada saat itu banyak yang menganggap kepergian Jenderal Karamat sebagai pertanda bagi kekuatan polisik Sharif yang kian meningkat atas kemapanan militer yang sangat berpengaruh di negeri itu.

Serangan teror 9/11 di Amerika Serikat terjadi beberapa bulan setelah Musharraf menjadi presiden akan menjadi momen menentukan bagi masa jabatannya, berkat kejatuhan di negerinya. Ia hanya memiiki sedikit pilihan untuk masuk ke dalam aliansi AS untuk perang atas terorisme kemudian setelah pemerintahan George W. Bush pada masa itu mengirim pesan yang tegas: “Anda bersama kami atau melawan kami.”

Pada Oktober 2002, sebuah koalisi pro-Musharraf memenangi mayoritas kursi parlemen dalam pemilu dan, dua tahun kemudian, ia membuat kesepakatan dengan koalisi partai-partai Islam yang melegitimasi kudetanya pada 1999 dan mengizinkannya untuk tetapi berada di ketentaraan dan sekaligus mempertahankan jabatan presiden.

Advertising
Advertising

Dia melakukan penarikan investasi asing ke Pakistan, demi perkembangan ekonomi selama 30 tahun menjabat, dan dia menikmati dukungan dari militer dan Pakistan yang mendukung tindakan kerasnya terhadap kelompok militan.

Tetapi selama pemerintahannya ada juga kerusakan yang disebabkan oleh pendekatan terhadap perbedaan pendapat, termasuk menangkap saingannya seperti perdana menteri Sharif dan memberlakukan keadaan darurat selama hampir enam minggu di mana dia menangguhkan konstitusi dan menyensor undang-undang tersebut.

"Pada awalnya dia gagal membangun popularitas untuk menghasilkan reformasi ekonomi dan politik yang berkelanjutan dan menjadi tawanan kekuatan militer dan kepentingan pribadi," kata Shuja Nawaz, penulis beberapa buku tentang militer Pakistan dan seorang peneliti di Dewan pemikir Atlantik AS.

Berita terkait

Setahun Menjabat PM Skotlandia Humza Yousaf Mengundurkan Diri, Ini Alasannya

1 hari lalu

Setahun Menjabat PM Skotlandia Humza Yousaf Mengundurkan Diri, Ini Alasannya

PM Skotlandia Humza Yousaf dilantik saat usianya masih 37 tahun, setahun lalu. Tak sampai setahun ia mengundurkan diri. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Diserang Israel, Presiden Iran Justru Kunjungi Pakistan Pekan Ini

10 hari lalu

Diserang Israel, Presiden Iran Justru Kunjungi Pakistan Pekan Ini

Presiden Iran Ebrahim Raisi akan melakukan kunjungan resmi ke Pakistan mulai pekan ini, meski negara itu baru saja diserang Israel pada Jumat lalu

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

14 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya

10 Negara dengan Biaya Hidup Termurah di Dunia, Indonesia Masuk?

16 hari lalu

10 Negara dengan Biaya Hidup Termurah di Dunia, Indonesia Masuk?

Negara dengan biaya hidup termurah di dunia pada 2024, Pakistan berada di urutan pertama

Baca Selengkapnya

Profil Korban Jiwa Penusukan di Australia: Ibu Baru, Mahasiswi Cina hingga Pengungsi Ahmadiyah

17 hari lalu

Profil Korban Jiwa Penusukan di Australia: Ibu Baru, Mahasiswi Cina hingga Pengungsi Ahmadiyah

Warga Australia berduka atas kematian lima perempuan dan seorang pria penjaga keamanan pengungsi asal Pakistan.

Baca Selengkapnya

Jerman Disebut Minta NATO Blokir Embargo Senjata PBB terhadap Israel

27 hari lalu

Jerman Disebut Minta NATO Blokir Embargo Senjata PBB terhadap Israel

Menlu Jerman Annalena Baerbock disebut mendesak NATO untuk memblokir rancangan resolusi PBB yang menyerukan penghentian ekspor senjata ke Israel.

Baca Selengkapnya

Risiko Genosida di Gaza, Dewan HAM PBB Rancang Resolusi Embargo Senjata Israel

28 hari lalu

Risiko Genosida di Gaza, Dewan HAM PBB Rancang Resolusi Embargo Senjata Israel

Dewan HAM PBB akan mempertimbangkan rancangan resolusi pada Jumat 5 April 2024 yang menyerukan embargo senjata terhadap Israel.

Baca Selengkapnya

Asif Ali Zardari Terpilih sebagai Presiden Pakistan, Mengenali Perjalanan Politiknya

51 hari lalu

Asif Ali Zardari Terpilih sebagai Presiden Pakistan, Mengenali Perjalanan Politiknya

Asif Ali Zardari mantan suami Benazir Bhutto yang dua kali menjabat perdana menteri Pakistan

Baca Selengkapnya

Putusan Pengadilan Pakistan: Hukuman Gantung Zulfikar Ali Bhutto Sewenang-wenang

57 hari lalu

Putusan Pengadilan Pakistan: Hukuman Gantung Zulfikar Ali Bhutto Sewenang-wenang

44 tahun lalu, Zulfikar Ali Bhutto, ayah Benazir Bhutto, dihukum gantung dengang sewenang-wenang di bawah rezim militer Pakistan Jenderal Zia-ul-Haq.

Baca Selengkapnya

Partai Sekutu Imran Khan Tak Penuhi Syarat Masuk Parlemen Pakistan

58 hari lalu

Partai Sekutu Imran Khan Tak Penuhi Syarat Masuk Parlemen Pakistan

Kandidat independen dari Dewan Sunni Ittehad (SIC) yang didukung partai Imran Khan, yakni Pakistan Tehreek-e-Insaf tak memenuhi syarat masuk parlemen.

Baca Selengkapnya