Amerika Serikat Tuding Rusia Langgar Perjanjian Kontrol Senjata Nuklir

Rabu, 1 Februari 2023 19:43 WIB

Sebuah rudal balistik antarbenua Yars Rusia diluncurkan selama latihan oleh pasukan nuklir di lokasi yang tidak diketahui di Rusia, pada 19 Februari 2022. Rudal balistik antarbenua Yars mampu membawa hingga 10 MIRV masing-masing berisi hulu ledak termonuklir seberat 300 kiloton. Russian Defence Ministry/Handout via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta -Amerika Serikat menuduh Rusia melanggar Perjanjian New START terkait kontrol senjata nuklir bilateral. Washington mengatakan Moskow menolak untuk mengizinkan kegiatan inspeksi di wilayahnya.

Baca juga: Lagi, AS Siapkan Paket Bantuan Senjata dan Amunisi Rp 30 T untuk Ukraina

New START adalah pilar utama sekaligus terakhir dari kontrol senjata nuklir pasca-Perang Dingin antara kedua negara. Perjanjian itu mulai berlaku pada 2011 dan diperpanjang pada 2021 selama lima tahun lagi.

Ini dapat membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis yang dapat dikerahkan Amerika Serikat dan Rusia. Kesepakatan ini juga dapat membatasi penyebaran rudal dan pembom berbasis darat, hingga kapal selam untuk mengirimkannya.

Baik AS dan Rusia masih menyumbang sekitar 90 persen dari hulu ledak nuklir dunia. Selama Perang Dingin keduanya dibatasi oleh perjanjian kontrol senjata.

Advertising
Advertising

Washington sangat ingin mempertahankan perjanjian itu. Namun demikian, hubungan dengan Moskow berada di titik terburuk dalam beberapa dekade disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina. Upaya pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mempertahankan dan mencapai kesepakatan lanjutan ini diperkirakan akan lebih sulit.

"Penolakan Rusia untuk memfasilitasi kegiatan inspeksi mencegah Amerika Serikat menggunakan hak-hak penting berdasarkan perjanjian dan mengancam kelangsungan kontrol senjata nuklir AS-Rusia," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri dalam pesan yang dikirim melalui email, dikutip Reuters.

Pemimpin komite keamanan nasional di Senat AS, yang bertugas menyetujui perjanjian, mengatakan, kegagalan Moskow untuk mematuhinya akan memengaruhi pakta senjata di masa depan.

"Tetapi untuk menjadi sangat jelas, kepatuhan terhadap kewajiban perjanjian New START akan sangat penting untuk pertimbangan Senat tentang perjanjian pengendalian senjata strategis di masa depan dengan Moskow," kata Senator Demokrat Bob Menendez, Jack Reed dan Mark Warner dalam sebuah pernyataan.

Menendez mengepalai Komite Hubungan Luar Negeri Senat. Sementara Reed panel Angkatan Bersenjata Senat, dan Warner Komite Intelijen Senat.

Moskow pada Agustus menangguhkan kerja sama dengan inspeksi di bawah perjanjian itu. Mereka menyalahkan pembatasan perjalanan yang diberlakukan oleh Washington dan sekutunya setelah pasukan Rusia menginvasi negara tetangga Ukraina pada Februari tahun lalu. Akan tetapi pihaknya mengatakan masih berkomitmen untuk mematuhi ketentuan perjanjian itu.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri menambahkan, Rusia memiliki "jalur yang jelas" untuk kembali ke kepatuhan dengan mengizinkan kegiatan inspeksi. Washington tetap siap untuk bekerja dengan Rusia untuk sepenuhnya mengimplementasikan perjanjian tersebut.

"Perjanjian START Baru tetap menjadi kepentingan keamanan nasional Amerika Serikat," kata juru bicara itu.

Pembicaraan antara Moskow dan Washington tentang melanjutkan inspeksi di bawah START Baru dijadwalkan berlangsung pada November di Mesir. Rusia telah menundanya dan tidak ada pihak yang menetapkan tanggal baru.

Pada Senin, Rusia mengatakan kepada Amerika Serikat bahwa perjanjian itu dapat berakhir pada 2026 tanpa penggantian. Sebab Washington disebut berusaha untuk menimbulkan "kekalahan strategis" pada Moskow di Ukraina.

Saat ditanya apakah Moskow dapat membayangkan tidak ada perjanjian pengendalian senjata nuklir setelah 2026, Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov mengatakan kepada kantor berita negara RIA: "Ini adalah skenario yang sangat mungkin terjadi."

Amerika Serikat telah memasok lebih dari USD$27 miliar atau sekitar Rp 404 triliun bantuan keamanan ke Ukraina sejak invasi. Paket itu termasuk lebih dari 1.600 sistem roket anti-pesawat Stinger, 8.500 sistem rudal anti-tank Javelin, dan 1 juta peluru artileri 155mm.

Baca juga: AS: Rusia Memberi Tahu Akan Gelar Latihan Nuklir

REUTERS

Berita terkait

Pejabat AS Terbang ke Arab Saudi Temui Pangeran MBS, Apa yang Dibahas?

12 jam lalu

Pejabat AS Terbang ke Arab Saudi Temui Pangeran MBS, Apa yang Dibahas?

Utusan Joe Biden menemui Pangeran MBS di Arab Saudi untuk membahas sejumlah hal termasuk Palestina.

Baca Selengkapnya

Dua Aktor Pengisi Suara di AS Gugat Perusahaan AI yang Diduga Gunakan Suara Mereka Secara Ilegal

13 jam lalu

Dua Aktor Pengisi Suara di AS Gugat Perusahaan AI yang Diduga Gunakan Suara Mereka Secara Ilegal

Dua aktor pengisi suara menggugat salah satu startup kecerdasan buatan atau AI, yakni Lovo di pengadilan federal Manhattan, AS. Begini kasusnya.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Tengah Waspada FLiRT Subvarian Covid-19 Baru

15 jam lalu

Amerika Serikat Tengah Waspada FLiRT Subvarian Covid-19 Baru

Data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, subvarian Covid-19 dari SARS-CoV-2 disebut FLiRT kini menjadi varian dominan di AS.

Baca Selengkapnya

Uni Eropa Menolak Media asal Rusia, Ketua Parlemen Berang

18 jam lalu

Uni Eropa Menolak Media asal Rusia, Ketua Parlemen Berang

Ketua parlemen Rusia mengecam Uni Eropa yang melarang distribusi empat media Rusia. Hal itu sama dengan menolak menerima sudut pandang alternatif

Baca Selengkapnya

Bantuan Kemanusiaan Mulai Masuk ke Gaza Lewat Dermaga Buatan Amerika Serikat

1 hari lalu

Bantuan Kemanusiaan Mulai Masuk ke Gaza Lewat Dermaga Buatan Amerika Serikat

Amerika Serikat mulai mengirimkan bantuan kemanusiaan melalui dermaga terapung buatannya di lepas pantai Jalur Gaza.

Baca Selengkapnya

Joe Biden Tanda Tangani Rancangan Undang-undang Penerbangan

2 hari lalu

Joe Biden Tanda Tangani Rancangan Undang-undang Penerbangan

Rancangan undang-undang penerbangan yang ditanda-tangani Joe Biden diharapkan bisa meningkatkan kualitas di sejumlah sektor.

Baca Selengkapnya

26 Perusahaan Kapas dari Cina Masuk Daftar Hitam Amerika Serikat

2 hari lalu

26 Perusahaan Kapas dari Cina Masuk Daftar Hitam Amerika Serikat

26 perusahaan kapas asal Cina tak bisa melakukam impor ke Amerika Serikat karena diduga melakukan kerja paksa ke minoritas warga Uighur.

Baca Selengkapnya

PBB: Dermaga Bantuan Terapung Buatan AS di Gaza Kurang Layak

2 hari lalu

PBB: Dermaga Bantuan Terapung Buatan AS di Gaza Kurang Layak

PBB menyebut dermaga terapung yang baru saja selesai dibangun di Gaza untuk pengiriman bantuan dinilai kurang layak dibandingkan jalur darat

Baca Selengkapnya

DPR AS Loloskan RUU yang Mendorong Biden Kirim Senjata ke Israel

2 hari lalu

DPR AS Loloskan RUU yang Mendorong Biden Kirim Senjata ke Israel

RUU tersebut diperkirakan tidak akan menjadi undang-undang, tetapi lolosnya beleid itu di DPR AS menunjukkan kesenjangan pada tahun pemilu soal Israel

Baca Selengkapnya

Ini Poin-poin Penting dari 'Era Baru' Kemitraan Strategis Putin dan Xi

3 hari lalu

Ini Poin-poin Penting dari 'Era Baru' Kemitraan Strategis Putin dan Xi

Putin dan Xi Jinping sepakat memperdalam kemitraan strategis mereka sekaligus mengecam Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya