Data Global: 50 Juta Orang Hidup dalam Perbudakan Modern pada 2021

Reporter

Tempo.co

Jumat, 2 Desember 2022 10:47 WIB

Di sisi lain, Migrant Care melaporkan Terbit Rencana Peranginangin ke Komnas HAM dengan dugaan praktik perbudakan terkait temuan kerangkeng di rumahnya. Menurut temuan Migrant Care, kerangkeng berisi pekerja kebun kelapa sawit milik Terbit Rencana dan mengalami eksploitasi yang diduga kuat merupakan praktik perbudakan modern. Foto: Istimewa

TEMPO.CO, Jakarta - Perkiraan global terbaru menunjukkan bahwa 50 juta orang hidup dalam perbudakan modern pada 2021. Hal ini berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Kantor Berita Turki Anadolu bertepatan dengan Hari Internasional Penghapusan Perbudakan pada Jumat 2 Desember 2022.

Baca juga: PBB: 1 dari Setiap 150 Orang di Dunia Terjebak Perbudakan Modern

"Di antara orang-orang ini, 28 juta orang melakukan kerja paksa dan 22 juta terjebak dalam perkawinan paksa," demikian laporan bersama yang dirilis pada September lalu oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), dan lembaga nirlaba Walk Free.

Laporan berjudul "Global Estimates of Modern Slavery" itu juga menyebut bahwa dalam lima tahun terakhir, jumlah orang yang terjebak dalam perbudakan modern meningkat signifikan.

Ada 10 juta lebih banyak orang dalam perbudakan modern pada 2021 dibandingkan pada 2016, menurut laporan yang mengacu pada perkiraan global tersebut.

Advertising
Advertising

Bangkitnya Perbudakan Modern

Perbudakan modern terdiri dari dua komponen utama yaitu kerja paksa dan perkawinan paksa.

Keduanya merujuk pada situasi eksploitasi yang tidak dapat ditolak atau ditinggalkan seseorang karena adanya ancaman, kekerasan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan, atau bentuk pemaksaan lainnya.

"Perempuan dan anak perempuan mencapai 11,8 juta dari total pekerja paksa. Lebih dari 3,3 juta pekerja paksa adalah anak-anak," kata laporan tersebut.

Lebih dari dua pertiga dari mereka yang dipaksa menikah adalah perempuan, yang setara dengan sekitar 14,9 juta perempuan dan anak perempuan.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadopsi undang-undang yang bertujuan untuk memberantas bentuk-bentuk perbudakan kontemporer, seperti perdagangan manusia, eksploitasi seksual, pekerja anak, dan pernikahan paksa pada 2 Desember 1949.

Hari ini selanjutnya diperingati setiap tahun sebagai Hari Internasional Penghapusan Perbudakan.

Baca juga: Korban Kerangkeng Manusia Alami Trauma Bertemu Sosok Tinggi Besar

ANADOLU

Berita terkait

Pengeluaran Militer Global Capai Rekor Tertinggi pada 2023, Israel Naik 24 Persen

13 hari lalu

Pengeluaran Militer Global Capai Rekor Tertinggi pada 2023, Israel Naik 24 Persen

Pengeluaran militer global pada 2023 mencapai rekor tertinggi dengan angka US$2.443 miliar atau sekitar Rp39,66 kuadriliun.

Baca Selengkapnya

Pelapor Khusus PBB: Lebih Banyak Anak Tewas di Gaza daripada Konflik Global dalam 4 Tahun

51 hari lalu

Pelapor Khusus PBB: Lebih Banyak Anak Tewas di Gaza daripada Konflik Global dalam 4 Tahun

Dalam lima bulan, Israel membunuh lebih banyak anak-anak di Gaza dibandingkan dengan total anak yang tewas karena konflik global 4 tahun terakhir

Baca Selengkapnya

OJK: Sektor Jasa Keuangan Stabil di Tengah Ketidakpastian Perekonomian Global

5 Maret 2024

OJK: Sektor Jasa Keuangan Stabil di Tengah Ketidakpastian Perekonomian Global

OJK mengungkapkan, sektor jasa keuangan tetap stabil di tengah ketidakpastian ekonomi global karena disokong oleh permodalan dan likuiditas yang baik.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia Perkirakan Ekonomi Global 2024 Lebih Lemah dari Tahun Lalu

29 Februari 2024

Bank Indonesia Perkirakan Ekonomi Global 2024 Lebih Lemah dari Tahun Lalu

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung, memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2024 hanya akan mencapai 3 persen.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Kerja Paksa Penjajahan Jepang dapat Kompensasi

20 Februari 2024

Keluarga Korban Kerja Paksa Penjajahan Jepang dapat Kompensasi

Keluarga seorang pria Korea Selatan yang menjadi korban kerja paksa selama penjajahan Jepang menerima kompensasi 60 juta won.

Baca Selengkapnya

BI Sebut Konflik di Laut Merah Hambat Distribusi Barang, termasuk ke RI

7 Februari 2024

BI Sebut Konflik di Laut Merah Hambat Distribusi Barang, termasuk ke RI

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengatakan perekonomian global dan domestik saat ini saling terkait satu sama lain.

Baca Selengkapnya

Gara-gara Nonton K-Pop, Remaja Korea Utara Dihukum 12 Tahun Kerja Paksa

20 Januari 2024

Gara-gara Nonton K-Pop, Remaja Korea Utara Dihukum 12 Tahun Kerja Paksa

Korea Utara secara terbuka menghukum dua remaja dengan hukuman kerja paksa selama 12 tahun karena menonton K-pop.

Baca Selengkapnya

DANA Resmi Gabung World Economic Forum Unicorn Community 2024

17 Januari 2024

DANA Resmi Gabung World Economic Forum Unicorn Community 2024

DANA resmi jadi anggota Komunitas Unicorn World Exonomic Forum.

Baca Selengkapnya

Microsoft Gulingkan Apple, Pimpin Kapitalisasi Pasar Global

15 Januari 2024

Microsoft Gulingkan Apple, Pimpin Kapitalisasi Pasar Global

Microsoft menggulingkan Apple untuk menjadi pemimpin kapitalisasi pasar global.

Baca Selengkapnya

Talon Gabung ke PUBG Mobile Esport, Bermitra dengan Indonesia di Event Asia Tenggara 2024

15 Januari 2024

Talon Gabung ke PUBG Mobile Esport, Bermitra dengan Indonesia di Event Asia Tenggara 2024

Talon telah bergabung dengan PUBG Mobile Esport sebagai kemitraan resmi untuk event PUBG Mobile Super League - Asia Tenggara 2024.

Baca Selengkapnya