Laut Cina Selatan Rawan Konflik, Retno Marsudi: Butuh Paradigma Damai

Reporter

Daniel Ahmad

Selasa, 29 November 2022 14:00 WIB

Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, menyampaikan pidatonya saat konferensi pers di Jakarta, Kamis, 27 Oktober 2022. REUTERS/Willy Kurniawan

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyoroti ketegangan geopolitik yang meningkat di ranah maritim membuat penegakan Hukum Perjanjian Laut PBB atau UNCLOS jadi lebih menantang. Menurutnya, ASEAN selalu bertujuan menyelesaikan sengketa seperti di Laut Cina Selatan, dengan cara non-konfrontasi militer.

"UNCLOS adalah alat kunci untuk mencapai tujuan ini. Namun, penerapannya yang efektif membutuhkan paradigma yang mendorong penyelesaian sengketa secara damai," kata Retno yang bergabung secara virtual dalam pembukaan Konferensi ASEAN mengenai 40 Tahun UNCLOS, Selasa, 29 November 2022.

Sembilan garis putus-putus (warna biru), yang menandai klaim Cina di Laut Cina Selatan

Laut Cina Selatan merupakan wilayah strategis yang berbatasan dengan Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Cina. Di beberapa bagian, terjadi tumpang tindih yurisdiksi antara claimant states seperti Brunei Darussalam, Filipina, Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Cina, yang menjadikan potensi konflik di wilayah ini cukup tinggi.

Advertising
Advertising

Baru-baru ini, Cina dan Filipina ribut lagi di wilayah tersebut. Filipina menuding kapal penjaga pantai Cina telah merampas satu puing roket yang diamankan Filipina di Laut Cina Selatan. Beijing membantah telah merebut perangkat itu.

Baca juga: Bus Ekspress Tujuan Kuala Lumpur Tabrak Trailer, 16 Orang Luka-luka

Saling tuding antara Beijing dan Manila terjadi saat kunjungan Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris ke Filipina. Washington pun menjamin akan membantu Filipina secara militer.

Saat pidato di forum UNCLOS, Retno menggemakan pernyataan Presiden RI Joko Widodo supaya laut dilihat sebagai faktor yang mempersatukan, bukan memecah belah. Dia menyebut hukum internasional bagaimanapun harus tetap dihormati.

"Negara harus terus mematuhi hukum internasional, termasuk UNCLOS. UNCLOS harus menjadi norma utama yang membentuk perilaku negara di laut," kata Retno.

UNCLOS mengikat negara-negara dalam sebuah teknik standar untuk mengidentifikasi berbagai wilayah di laut, termasuk perairan pedalaman, perairan teritorial, zona tambahan, zona ekonomi eksklusif, dan landas kontinen. Dalam kasus tumpang tindih antara perairan teritorial, zona tambahan, dan landas kontinen negara tetangga, negara-negara akan berunding mengenai garis batas.

Ketegangan geopolitik yang berpotensi meningkatkan risiko eskalasi menjadi konflik terbuka, membuat UNCLOS menghadapi tantangannya. Indonesia akan menjadi ketua ASEAN pada 2023.

Baca juga: KPK Bilang Penyelidikan Kasus Kardus Durian Masih Berlanjut

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

8 jam lalu

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

Retno Marsudi menyoroti kesenjangan pembangunan sebagai tantangan besar yang dihadapi negara-negara anggota OKI

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Singgung Isu Palestina di KTT OKI

9 jam lalu

Retno Marsudi Singgung Isu Palestina di KTT OKI

Retno Marsudi mengingatkan seluruh negara anggota OKI berutang kemerdekaan kepada rakyat Palestina.

Baca Selengkapnya

Kunjungan Kerja ke Turkiye, Retno Marsudi Bawa Isu Palestina

2 hari lalu

Kunjungan Kerja ke Turkiye, Retno Marsudi Bawa Isu Palestina

Retno Marsudi menyebut Turkiye dan Indonesia sepakat perlunya memperkuat kolaborasi kedua negara guna mendukung perjuangan bangsa Palestina.

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

2 hari lalu

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

Retno Marsudi menilai situasi Timur Tengah telah mendesak Indonesia untuk mempersiapkan diri jika situasi semakin memburuk, termasuk pelindungan WNI

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Kunjungan Kerja ke Turkiye untuk Mempererat Hubungan Kedua Negara

3 hari lalu

Retno Marsudi Kunjungan Kerja ke Turkiye untuk Mempererat Hubungan Kedua Negara

Retno Marsudi kunjungan kerja ke Turkiye pada Rabu, 1 Mei 2024, untuk mempererat hubungan kedua negara.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

3 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

5 hari lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

5 hari lalu

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

Menteri Keuangan Sri Mulyani menemui Wakil Presiden Maruf Amin untuk melaporkan hasil pertemuan IMF-World Bank Spring Meeting dan G20 yang saya hadiri di Washington DC. pekan lalu. Dalam pertemuan itu, Sri Mulyani pun membahas mitigasi dampak geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

PM Singapura Sebut Jokowi Berkontribusi bagi Kawasan

6 hari lalu

PM Singapura Sebut Jokowi Berkontribusi bagi Kawasan

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengakui kontribusi Presiden Jokowi, baik bagi Indonesia maupun kawasan.

Baca Selengkapnya

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

8 hari lalu

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

Filipina menyangkal klaim Beijing yang menyebut kedua negara telah mencapai kata sepakat terkait sengketa Laut Cina Selatan

Baca Selengkapnya