Garda Revolusi Iran Tembaki Demonstran di Wilayah Kurdi, 4 Orang Tewas
Reporter
Terjemahan
Editor
Sapto Yunus
Senin, 21 November 2022 09:55 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Tindakan keras pasukan Garda Revolusi Iran terhadap protes antipemerintah terus berlanjut di wilayah Kurdi. Kelompok hak asasi manusia melaporkan sedikitnya empat orang tewas ketika pemerintah mengerahkan pasukan di kota sebelah barat, Mahabad, pada Ahad, 20 November 2022.
Baca: Demonstran Iran Membakar Rumah Ayatullah Khomeini
Protes nasional yang dipicu oleh kematian perempuan Kurdi Iran, Mahsa Amini, menjadi yang paling intens di daerah di mana mayoritas dari 10 juta orang Kurdi Iran tinggal. Amini, 22 tahun, tewas dalam tahanan polisi moral pada September lalu. Ia ditahan atas tuduhan melanggar aturan berpakaian bagi perempuan Iran.
Video yang diunggah di media sosial, yang tidak dapat diverifikasi oleh Reuters, menunjukkan konvoi kendaraan militer dengan pasukan bersenjata lengkap di Mahabad. Bunyi senjata berat terdengar di beberapa video lainnya.
Kelompok hak asasi manusia yang berbasis di Norwegia, Hengaw, menyatakan helikopter militer membawa anggota Garda Revolusi Iran yang ditakuti secara luas untuk memadamkan protes di kota Mahabad yang didominasi kaum Sunni Kurdi.
Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh media pemerintah, Garda Revolusi Iran menegaskan memperkuat pasukan mereka di wilayah Kurdi barat laut untuk menghadapi kelompok separatis teroris di daerah tersebut.
"Keamanan rakyat adalah garis merah kami dan menangani teroris secara tegas adalah mandat kami," demikian isi pernyataan itu.
Pemerintah Iran, yang menyalahkan kematian Amini karena kondisi medis yang sudah ada sebelumnya, mengatakan kerusuhan itu dipicu oleh musuh asing dan menuduh separatis bersenjata melakukan kekerasan.
Ulama Sunni terkemuka Molavi Abdolhamid, suara pembangkang yang kuat di Republik Islam yang dikuasai kaum Syiah, meminta pasukan keamanan tidak menembaki orang-orang di Mahabad.
"Berita meresahkan muncul dari wilayah Kurdi, terutama dari Mahabad. Tekanan dan tindakan keras akan menyebabkan ketidakpuasan lebih lanjut," Abdolhamid mencuit di Twitter.
<!--more-->Hengaw menyatakan setidaknya empat pengunjuk rasa tewas di daerah Kurdi. Akun aktivis 1500Tasvir, yang diikuti secara luas, menyebutkan seorang siswa berusia 16 tahun dan seorang guru sekolah tewas di kota Kurdi, Javanrud. Detail kejadian itu tidak dapat dikonfirmasi secara independen.
Media pemerintah Iran melaporkan ketenangan telah dipulihkan di daerah tersebut. Namun para aktivis dan Hengaw mencuit di Twitter bahwa perlawanan berlanjut di beberapa kota Kurdi.
"Di (kota Kurdi) Marivan, pasukan yang represif telah menembaki orang-orang," kata Hengaw.
Aksi protes telah berubah menjadi pemberontakan rakyat Iran yang marah, menjadi salah satu tantangan paling berani bagi pemimpin ulama negara itu sejak Revolusi Islam 1979 yang membawa mereka ke tampuk kekuasaan.
Ehsan Hajsafi, pesepak bola yang bermain di klub AEK Athena (Yunani), pada Ahad menjadi anggota pertama tim nasional Iran yang berbicara dari Piala Dunia 2022 di Doha untuk mendukung protes di dalam negeri. Pemain lain tetap diam dan beberapa aktivis menyerukan protes terhadap tim.
Protes telah mencapai bulan ketiga meskipun tindakan keras negara dan hukuman mati dikeluarkan untuk setidaknya enam pengunjuk rasa.
Kantor berita HRANA menyebutkan 410 pengunjuk rasa tewas dalam kerusuhan hingga Sabtu lalu, termasuk 58 anak-anak. Sekitar 54 anggota pasukan keamanan juga tewas. Lebih dari 17.251 orang telah ditangkap. Pihak berwenang belum memberikan perkiraan jumlah orang yang tewas.
Dua aktris Iran, yang mengunggah foto diri mereka di Instagram tanpa hijab sebagai bentuk solidaritas terhadap protes rakyat, ditangkap pada Ahad lalu karena dianggap memicu protes.
Video yang diunggah di media sosial menunjukkan warga Iran di beberapa kota lain terus melakukan protes, dari Teheran hingga kota Tabriz di barat laut, menyerukan penggulingan Republik Islam dan meneriakkan "Matilah Pemimpin Tertinggi Ayatullah Ali Khamenei".
Baca: Al Qaeda Larang Umat Islam Tonton Piala Dunia, Sarat Maksiat
REUTERS