COP27: Bank Dunia Siap Danai Negara Miskin Untuk Atasi Perubahan Iklim

Reporter

magang_merdeka

Jumat, 11 November 2022 16:16 WIB

Bank Dunia. worldbank.org

TEMPO.CO, Jakarta -Bank Dunia siap meningkatkan pendanaan untuk mengatasi perubahan iklim di negara-negara termiskin di dunia. Namun, lembaga itu membutuhkan dana segar dari negara-negara donor kaya untuk melakukannya, kata direktur pelaksana operasi Bank Dunia kepada Reuters Jumat 11 November 2022 di sela-sela COP27.

Baca juga: COP27: Afrika Minta Diizinkan Teruskan Energi Fosil, Invasi Rusia ke Ukraina Jadi Sebab

Axel van Trotsenburg mengatakan hal ini di sela-sela konferensi tingkat tinggi iklim PBB, COP27, di Sharm el-Sheikh, Mesir. Kritik telah tumbuh terhadap upaya bank untuk memobilisasi dukungan yang cukup bagi negara-negara berkembang untuk beralih ke energi bersih.

"Tidak ada uang untuk pergi ke Afrika sub-Sahara. Saya menantang semua pihak untuk melakukan sebaliknya: kirim uang lebih banyak ke sana," kata van Trotsenburg.

Pemberi pinjaman multilateral terbesar di dunia itu dapat memberikan kontribusi yang menentukan untuk lebih meningkatkan pendanaan iklim. Namun, ini tergantung pada dukungan tambahan dari negara-negara anggota kaya, di antaranya Amerika Serikat, Inggris dan Jerman.

Advertising
Advertising

"Itu akan membebani keanggotaan karena tanpa sumber daya keuangan, Anda tidak dapat membuat perbedaan," katanya.

"Orang-orang ingin komunitas internasional, termasuk MDB (bank pembangunan multilateral), terlibat lebih banyak. Kami setuju. Jadi tantangan saya kepada mereka adalah: tentukan target, dan berapa banyak yang ingin Anda berikan?"

Grup Bank Dunia menyediakan US$31,7 miliar dalam pendanaan iklim kepada negara-negara pada tahun fiskal 2022, jumlah tertinggi hingga saat ini. Meski demikian, bank menghadapi pengawasan yang semakin ketat atas catatannya tentang perubahan iklim. Termasuk kurangnya garis waktu untuk menghentikan pembiayaan bahan bakar fosil dan tidak memanfaatkan modal swasta yang cukup untuk setiap dana pembangunan.

Kritik meningkat pada September lalu ketika Presiden Bank Dunia David Malpass menolak untuk mengatakan di sebuah acara yang diselenggarakan oleh New York Times jika dia menerima konsensus ilmiah tentang perubahan iklim. Dia kemudian mengklarifikasi pernyataannya dan mengatakan jelas bahwa emisi gas rumah kaca menyebabkan perubahan iklim.

Pernyataan Malpass memicu seruan lebih lanjut untuk perombakan yang lebih luas dari sistem keuangan internasional pasca-Perang Dunia II. Ini untuk memberikan lebih banyak uang tunai bagi negara-negara berkembang untuk berinvestasi dalam pengurangan emisi, tanpa dibebani dengan lebih banyak pinjaman berbunga tinggi.

Bank Dunia menggunakan uang tunai dari negara-negara kaya untuk menawarkan pinjaman dan hibah kepada negara-negara miskin - rute utama untuk pendanaan iklim ke negara berkembang.

Baca juga: COP27: Sumbang Emisi Terbesar, Pertanian Tak Punya Road Map Ekonomi Berkelanjutan

REUTERS (Nugroho Catur Pamungkas)

Berita terkait

Perhutanan Sosial Indonesia Jadi Contoh Mitigasi Iklim Berbasis Masyarakat

2 hari lalu

Perhutanan Sosial Indonesia Jadi Contoh Mitigasi Iklim Berbasis Masyarakat

Bank Dunia menggelar Konferensi Lahan 2024 yang mengangkat topik perhutanan sosial sebagai penopang manajemen lahan dan ketahanan iklim.

Baca Selengkapnya

5 Negara dengan Tingkat Urbanisasi Paling Tinggi di Asia, Indonesia Termasuk?

10 hari lalu

5 Negara dengan Tingkat Urbanisasi Paling Tinggi di Asia, Indonesia Termasuk?

Urbanisasi menjadi penentu zaman ketika lebih dari separuh populasi dunia kini tinggal di perkotaan.

Baca Selengkapnya

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

11 hari lalu

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

Sejak Juni 2023, setiap bulan temperatur bumi terus memanas, di mana puncak terpanas terjadi pada April 2024.

Baca Selengkapnya

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

11 hari lalu

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

Kanselir Jerman Olaf Scholz meminta Cina memainkan peran lebih besar dalam membantu negara-negara miskin yang terjebak utang.

Baca Selengkapnya

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

12 hari lalu

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

Program ini berupaya membangun 'Green Movement' dengan memperbanyak amal usaha Muhammadiyah untuk mulai memilah dan memilih sumber energi bersih di masing-masing bidang usaha.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

15 hari lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

17 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

18 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

19 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

19 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya