Ukraina Tuding Rusia Jarah Pemukiman di Kherson, Persiapan Perang Kota?
Reporter
Tempo.co
Editor
Yudono Yanuar
Selasa, 8 November 2022 07:20 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ukraina menuduh Rusia menjarah rumah-rumah kosong di kota selatan Kherson dan menempatkan pasukan berpakaian sipil untuk mempersiapkan perang kota. Baik Kiev dan Moskow sama-sama memprediksi Kherson akan menjadi salah satu pertempuran paling penting.
Dalam beberapa hari terakhir, Rusia telah memerintahkan warga sipil keluar dari Kherson untuk mengantisipasi serangan Ukraina dalam merebut kembali kota itu, satu-satunya ibu kota regional yang dikuasai Moskow sejak invasinya pada Februari.
Kherson, dengan populasi sebelum perang hampir 300.000, telah dibiarkan dingin dan gelap setelah listrik dan air terputus ke daerah sekitarnya selama 48 jam terakhir, kata kedua belah pihak.
Pejabat Rusia menyalahkan "sabotase" Ukraina dan mengatakan mereka bekerja untuk memulihkan listrik. Pejabat Ukraina mengatakan Rusia telah merusak 1,5 km kabel listrik, dan listrik mungkin tidak akan kembali sampai pasukan Ukraina merebut kembali daerah tersebut.
Kyiv menggambarkan evakuasi daerah itu sebagai deportasi paksa dan merupakan kejahatan perang. Moskow mengatakan mengungsikan penduduk demi keselamatan.
Sekitar 100 anak cacat dipindahkan dari fasilitas medis di Dnipriany di wilayah Kherson ke wilayah Moskow, kata militer Ukraina. Pasien dari panti jompo di Kakhovka juga dipindahkan dan pasukan Rusia mengambil alih fasilitas itu, katanya.
Kherson terletak di satu-satunya kantong wilayah yang dikuasai Rusia di tepi barat Sungai Dnipro yang membelah Ukraina. Merebutnya kembali telah menjadi fokus utama dari serangan balik Ukraina di selatan, yang dipercepat sejak awal Oktober.
Situasi di dalam Kherson tidak dapat dikonfirmasi secara independen. Pasukan Ukraina di garis depan terdekat mengatakan kepada Reuters bahwa mereka memperkirakan pertarungan sengit melawan pasukan Rusia yang bertekad berjuang mati-matian mempertahankannya.
Militer Ukraina mengatakan pasukan Rusia, "menyamar dengan pakaian sipil, menduduki tempat warga sipil dan memperkuat posisi di dalam untuk melakukan pertempuran jalanan."
Pasukan Rusia "terlibat dalam penjarahan dan pencurian dari penduduk dan dari fasilitas infrastruktur dan mengambil peralatan, makanan dan kendaraan," kata militer Ukraina, Senin malam, 7 November 2022.
Rusia membantah melecehkan warga sipil.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan pada Senin bahwa wilayah Donetsk di timur tetap menjadi "pusat" pertempuran, dengan ratusan orang Rusia terbunuh setiap hari.
Kota Bakhmut dan Avdiivka adalah titik fokus pertempuran terberat di wilayah Donetsk.
Pembicaraan AS dan Rusia
Di bidang diplomatik, baik Gedung Putih maupun Kremlin menolak mengomentari laporan Wall Street Journal bahwa penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan telah mengadakan pembicaraan dengan para pembantu Presiden Vladimir Putin, yang bertujuan untuk mengurangi risiko eskalasi perang.
Perang telah menimbulkan kerusakan besar pada ekonomi global dan menimbulkan kekhawatiran akan konflik nuklir.
"Kami berhak untuk berbicara langsung di tingkat senior tentang masalah yang menjadi perhatian Amerika Serikat," kata sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre kemudian, menambahkan bahwa percakapan itu telah difokuskan "hanya pada pengurangan risiko."
Dukungan Amerika Serikat untuk Ukraina "tidak akan tergoyahkan" terlepas dari hasil pemilihan kongres hari Selasa, tambahnya.
Penasihat kepresidenan Ukraina Mykhailo Podolyak mengatakan Ukraina siap untuk menegosiasikan diakhirinya perang dengan pemimpin Rusia di masa depan tetapi tidak dengan Putin, setelah Washington Post melaporkan bahwa Amerika Serikat telah mendesak Kyiv untuk pembicaraan damai.
"Ukraina tidak pernah menolak untuk bernegosiasi. Posisi negosiasi kami diketahui dan terbuka," kata Podolyak di Twitter, menambahkan bahwa Rusia harus terlebih dahulu menarik pasukan dari Ukraina. "Apakah Putin siap? Jelas tidak."
Rusia kehilangan semua wilayah yang direbutnya di Ukraina utara dalam beberapa minggu setelah invasi, dan dalam beberapa bulan terakhir telah menghadapi kemunduran besar di timur dan selatan.
Putin telah menanggapi kerugian tersebut dengan memanggil ratusan ribu pasukan cadangan dan mengumumkan pencaplokan tanah yang diduduki. Dia mengatakan pada hari Senin 50.000 tentara cadangan yang baru direkrut telah bertempur di Ukraina.
Tetapi karena semakin banyak pasukan dikirim ke garis depan dan korban meningkat dengan sedikit tanda-tanda kemajuan, telah terjadi peningkatan keresahan di dalam Rusia atas pelaksanaan perang.
Reuters