Amnesty: Junta Myanmar Mengalihkan Bahan Bakar Sipil ke Militer

Reporter

Editor

Sapto Yunus

Jumat, 4 November 2022 20:00 WIB

Jet tempur Myanmar membentuk formasi saat berpartisipasi dalam parade pada peringatan Hari Angkatan Bersenjata di Naypyitaw, Myanmar, 27 Maret 2021. REUTERS/Stringer

TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok hak asasi manusia Amnesty International menyerukan negara dan perusahaan untuk menghentikan pasokan bahan bakar penerbangan ke junta Myanmar.

Dalam laporan baru yang dirilis pada Kamis, 3 November 2022, Amnesty meminta pemasok bahan bakar penerbangan menangguhkan pengiriman ke Myanmar untuk mencegah junta militer menggunakannya untuk serangan udara terhadap sasaran sipil.

Baca: Mantan Politikus Myanmar Dihukum 173 Tahun Penjara

Menurut Amnesty, junta Myanmar mengalihkan bahan bakar untuk pesawat sipil ke militer. Angkatan Udara Myanmar telah dikaitkan dengan kejahatan perang.

“Tidak ada pembenaran untuk berpartisipasi dalam pasokan bahan bakar penerbangan ke militer yang secara mencolok menghina hak asasi manusia dan telah berulang kali dituduh melakukan kejahatan perang,” kata Sekretaris Jenderal Amnesty Agnes Callamard.

Advertising
Advertising

“Serangan udara ini telah menghancurkan keluarga, meneror warga sipil, korban tewas dan cacat. Tetapi jika pesawat tidak dapat mengisi bahan bakar, mereka tidak dapat terbang dan menimbulkan malapetaka,” kata Callamard.

“Kami meminta pemasok, agen pengiriman, pemilik kapal, dan perusahaan asuransi maritim untuk menarik diri dari rantai pasokan yang menguntungkan Angkatan Udara Myanmar,” ujar dia.

Sejak militer merebut kekuasaan di Myanmar pada Februari 2021, lebih dari 2.300 warga sipil tewas oleh pasukan militer, termasuk mereka yang menjadi sasaran serangan udara.

Selama penelitiannya, Amnesty menyatakan telah mendokumentasikan 16 serangan udara yang terjadi antara Maret 2021 dan Agustus 2022 di negara bagian Kayah, Kayin, Chin, dan wilayah Sagaing.

Serangan udara itu menewaskan sedikitnya 15 warga sipil, melukai sedikitnya 36 lainnya, dan menghancurkan rumah, bangunan keagamaan, sekolah, fasilitas kesehatan, dan kamp pengungsi.

Dalam dua serangan udara, militer Myanmar menggunakan amunisi klaster, yang dilarang secara internasional karena sifat senjata tersebut yang tidak pandang bulu.

Amnesty juga mengatakan telah menghubungkan empat pangkalan udara militer—Hmawbi, Magway, Tada-U, dan Taungoo—dengan serangan yang merupakan kejahatan perang.

“Dalam sebagian besar kasus yang terdokumentasi ini, hanya warga sipil yang tampaknya berada di lokasi serangan pada saat serangan,” kata Amnesty.

Dalam laporan itu, kelompok hak asasi manusia melacak delapan pengiriman bahan bakar penerbangan yang tiba di terminal pelabuhan Thilawa, yang terletak di luar Yangon, antara Februari 2021 dan September 2022.

Sebagian dikirim ke bandara yang berbagi fasilitas pengisian bahan bakar dengan pangkalan militer terdekat, kata Amnesty, mengutip data satelit dan dokumen yang bocor.

Mengutip data Bea Cukai dan surat yang merinci pengiriman, Amnesty menyebutkan setidaknya dua dari delapan pengiriman bahan bakar—Singapore Petroleum Company yang dimiliki PetroChina dan Thai Oil—yang dikirim langsung ke militer.

Amnesty menyatakan Puma Energy, yang berafiliasi dengan perusahaan minyak milik pemerintah Myanmar, Myanmar Petroleum Products Enterprise (MPPE), juga membayar perusahaan lokal untuk mengangkut bahan bakar ke fasilitas penyimpanan yang dikendalikan militer untuk bahan bakar jet.

Menggunakan data pelacakan penerbangan dan wawancara dengan mantan personel militer, Amnesty mengatakan telah mendokumentasikan serangan udara yang diluncurkan dari dua pangkalan udara yang biasanya dipasok oleh fasilitas penyimpanan itu selama periode penelitian.

Menurut Amnesty, beberapa serangan udara oleh pesawat yang berasal dari dua pangkalan tersebut merupakan kejahatan perang.

Pada Juli lalu, Myanmar Witness–sebuah kelompok yang berbasis di London yang mengumpulkan bukti pelanggaran HAM—mengatakan telah memverifikasi penyebaran pesawat Yak-130 buatan Rusia dengan kemampuan serangan darat terhadap warga sipil di Myanmar. Jet itu menggunakan roket terarah dan meriam 23 mm.

Serangan udara oleh militer Myanmar bulan lalu di negara bagian Kachin menewaskan sekitar 80 orang, sebagian besar adalah warga sipil yang menghadiri perayaan dan konser musik yang diadakan oleh kelompok pemberontak etnis.

Singapore Petroleum Company, Rosneft, Chevron, dan Thai Oil, yang semuanya menyediakan bahan bakar tersebut selama periode penelitian Amnesty International, mengatakan kepada kelompok HAM itu bahwa mereka percaya telah menyediakan bahan bakar penerbangan hanya untuk tujuan sipil.

Setelah penyelidikan—yang dilakukan dengan kelompok aktivis Justice For Myanmar—Amnesty mengatakan Thai Oil dan agen pengiriman serta anak perusahaan kelompok maritim Norwegia Wilhelmsen telah mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan semua bisnis yang melibatkan bahan bakar penerbangan di Myanmar.

Amnesty juga mengatakan Puma Energy menyatakan telah menerima laporan bahwa militer telah melanggar kontrol yang diberlakukan untuk menjaga pemisahan pasokan sipil. Perusahaan menyebut pelanggaran ini sebagai alasan mereka keluar dari Myanmar—pada tanggal yang belum diumumkan.

Amnesty meminta semua perusahaan yang terlibat dalam rantai pasokan Myanmar segera menangguhkan pasokan, penjualan, dan transfer langsung dan tidak langsung, termasuk transit, pengiriman, dan perantara bahan bakar penerbangan.

Baca: Jadi Ketua ASEAN 2023, Begini Sikap Indonesia dalam Masalah Myanmar

AL JAZEERA | AMNESTY INTERNATIONAL

Berita terkait

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

4 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

5 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

10 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

12 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

12 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

15 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

15 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

16 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

17 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

18 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya