Uni Eropa Pelajari Kemungkinan Memasukkan Garda Revolusi Iran sebagai Teroris
Reporter
Terjemahan
Editor
Sapto Yunus
Senin, 31 Oktober 2022 13:36 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Jerman dan Uni Eropa sedang mempelajari kemungkinan untuk mengklasifikasikan Korps Garda Revolusi Iran (IGRC) sebagai organisasi teroris. Demikian dikatakan Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock pada Ahad, 30 Oktober 2022.
Baca: Kontestan Produce 101 Lee Jihan Tewas dalam Tragedi Halloween Itaewon
“Saya menjelaskan pekan lalu bahwa kami akan meluncurkan paket sanksi lain, bahwa kami akan memeriksa bagaimana kami juga dapat memasukkan Garda Revolusi Iran sebagai organisasi teroris,” kata Baerbock dalam sebuah wawancara dengan jaringan televisi ARD.
Komentar Baerbock itu muncul setelah kepala Garda Revolusi Iran memperingatkan para pengunjuk rasa bahwa Sabtu, 29 Oktober 2022, merupakan hari terakhir mereka turun ke jalan. Peringatan itu sebagai tanda bahwa pasukan keamanan dapat mengintensifkan tindakan keras terhadap kerusuhan yang meluas di negara itu.
Pekan lalu, Jerman menyatakan pihaknya memperketat pembatasan masuk ke Iran di luar paket sanksi Uni Eropa yang sudah diumumkan.
Baebock juga mengatakan saat ini tidak ada negosiasi tentang perjanjian nuklir antara Iran dan Barat.
Sebelumnya, Komandan Garda Revolusi Iran Hossein Salami memperingatkan para pengunjuk rasa bahwa Sabtu, 29 Oktober 2022, akan menjadi hari terakhir mereka turun ke jalan.
“Jangan turun ke jalan! Hari ini adalah hari terakhir kerusuhan,” katanya.
Aki protes meluas di Iran menyusul kematian Mahsa Amini dalam tahanan polisi moral Iran. Amini, perempuan Kurdi berusia 22 tahun, ditangkap polisi moral atas tuduhan melanggar aturan berpakaian yang pantas bagi perempuan Iran.
Aksi unjuk rasa yang meluas di negara itu merupakan salah satu protes terbesar bagi kepemimpinan ulama sejak Revolusi Iran 1979. Kelompok hak asasi manusia menyebutkan setidaknya 250 pengunjuk rasa telah tewas dan ribuan ditangkap di seluruh Iran.
Pada Jumat lalu, rekaman video di media sosial memperlihatkan para demonstran menyerukan kematian Pemimpin Tertinggi Ayatullah Ali Khamenei dan milisi Basij, yang dituding memainkan peran utama dalam tindakan keras terhadap para demonstran.
Baca: Mahasiswa Iran Nekat Demo di Bawah Ancaman Pengawal Revolusi
AL ARABIYA