Studi Menunjukkan Lembaga Keuangan Top Dunia Terus Memicu Deforestasi

Reporter

Editor

Sapto Yunus

Selasa, 18 Oktober 2022 12:20 WIB

Foto udara yang menunjukkan traktor di perkebunan dekat hutan Amazon yang gundul di dekat Porto Velho, Negara Bagian Rondonia, Brasil, 22 Agustus 2019. Deforestasi di sejumlah kawasan negara bagian Para dan Roraima merupakan konsekuensi dari sikap Presiden Jair Bolsonaro yang pro-pertambangan. REUTERS/Ueslei Marcelino

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga keuangan terbesar di dunia meningkatkan dukungan mereka terhadap perusahaan di sektor pertanian, kehutanan, dan penggunaan lahan yang paling bertanggung jawab atas deforestasi pada 2021. Demikian menurut studi baru yang dilansir koalisi lembaga swadaya masyarakat Forests & Finance pada Selasa, 18 Oktober 2022, seperti dikutip kantor berita Reuters.

Baca: Nestle Hentikan Pasokan Minyak Sawit dari Perusahaan Indonesia

Dikeluarkan oleh lembaga yang berupaya meningkatkan transparansi, kebijakan, sistem, dan peraturan di sektor keuangan, laporan tersebut menemukan bahwa pembiayaan untuk perusahaan-perusahaan di sektor tersebut naik lebih dari 60 persen menjadi US$ 47 miliar antara 2020 dan 2021.

Analisis ini dilakukan menjelang putaran pembicaraan iklim global berikutnya pada November 2022, di mana perlindungan hutan hujan dan keanekaragaman hayati iklim krusial lainnya ditetapkan sebagai tema utama.

Menurut studi tersebut, bank telah menggelontorkan US$ 267 miliar ke perusahaan komoditas yang berisiko pada hutan sejak penandatanganan Perjanjian Paris tentang iklim pada 2015. Adapun investor memegang US$ 40 miliar dalam bentuk obligasi dan saham pada September lalu.

Advertising
Advertising

“Lembaga keuangan dunia sebenarnya meningkatkan pinjaman mereka ke industri yang mendorong umat manusia ke jurang,” kata Direktur Kampanye Jaringan Aksi Hutan Hujan Forests & Finance, Tom Picken, dalam sebuah pernyataan, mengutip kebijakan yang menurutnya sangat tidak memadai itu.

Penilaian kebijakan Forests & Finance dari 200 lembaga keuangan yang terpapar perusahaan yang bekerja di wilayah berisiko deforestasi di Amerika Latin, Asia Tenggara, serta Afrika Barat dan Tengah menunjukkan 59 persen dari mereka mencetak skor di bawah satu dari 10 poin. INi merupakan tanda "kegagalan besar" untuk mengurangi risiko lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG).

Di Indonesia, misalnya, produsen bubur kertas (pulp) dan kertas Asia Tenggara terus memperluas produksinya, membuat hutan negara yang tersisa terdesak; sedangkan di Brasil, industri daging sapi telah menyumbang 80 persen deforestasi Amazon sejak 1985. Demikian menurut studi itu.

Studi itu juga mencatat kebijakan lembaga keuangan dalam memberikan kredit atau investasi untuk kedua sektor tersebut sangat lemah dan tidak banyak berbuat untuk mencegah degradasi lingkungan, mendukung hak-hak masyarakat adat dan masyarakat lokal, atau memastikan perusahaan tidak mengeksploitasi orang melalui pemaksaan tenaga kerja.

“Penilaian terbaru ini menunjukkan betapa bank-bank besar dan investor kelembagaan buta terhadap urgensi saat ini,” kata Tom Picken.

Baca: Dubes Norwegia: 100 Juta Dollar Sudah Diberikan untuk Hutan Indonesia

REUTERS

Berita terkait

LPS Sudah Bayar Dana Nasabah BPRS Saka Dana Mulia yang Ditutup OJK Sebesar Rp 18 Miliar

2 hari lalu

LPS Sudah Bayar Dana Nasabah BPRS Saka Dana Mulia yang Ditutup OJK Sebesar Rp 18 Miliar

Kantor BPRS Saka Dana Mulia ditutup untuk umum dan PT BPRS Saka Dana Mulia menghentikan seluruh kegiatan usahanya.

Baca Selengkapnya

Citi Indonesia Raih Penghargaan FinanceAsia Awards 2024

3 hari lalu

Citi Indonesia Raih Penghargaan FinanceAsia Awards 2024

Citi Indonesia menerima lima penghargaan sekaligus dalam ajang FinanceAsia Awards 2024.

Baca Selengkapnya

Modus Penyelewengan Dana BOS

3 hari lalu

Modus Penyelewengan Dana BOS

Penyelewengan dana bantuan operasional sekolah atau dana BOS diduga masih terus terjadi di banyak satuan pendidikan secara nasional.

Baca Selengkapnya

Didemo Nasabah, BTN: Tak Ada Uang Nasabah yang Raib

4 hari lalu

Didemo Nasabah, BTN: Tak Ada Uang Nasabah yang Raib

PT Bank Tabungan Negara (Persero) atau BTN patuh dan taat hukum yang berlaku di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

4 hari lalu

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI mengklaim ekspor ke luar negeri turun, terutama di Eropa.

Baca Selengkapnya

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

5 hari lalu

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. telah menyalurkan kredit konsolidasi sebesar Rp 1.435 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

CIMB Niaga Belum Naikkan Suku Bunga Usai BI Rate Naik

7 hari lalu

CIMB Niaga Belum Naikkan Suku Bunga Usai BI Rate Naik

Bank CIMB Niaga belum berencana untuk menaikkan suku bunga, setelah BI menaikkan suku bunga acuan menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Airlangga Klaim Amerika Dukung Penundaan UU Anti Deforestasi Uni Eropa

9 hari lalu

Airlangga Klaim Amerika Dukung Penundaan UU Anti Deforestasi Uni Eropa

Amerika Serikat diklaim mendukung penundaan kebijakan UU Anti Deforestasi Uni Eropa yang dianggap merugikan sawit Indonesia.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

11 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Bank KB Bukopin Turunkan Rasio Kredit Berisiko

13 hari lalu

Bank KB Bukopin Turunkan Rasio Kredit Berisiko

PT Bank KB Bukopin menurunkan rasio kredit berisiko hingga di bawah 35 persen.

Baca Selengkapnya